Effect of Knowledge, Peer Group, Family, Cigarette Price, Stipend, Access to Cigarette, and Attitude, on Smoking Behavior

dokumen-dokumen yang mirip
TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

Oleh Yulia Yekti Subekti S

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU ANGGOTA SEKAA TERUNA TERUNI TENTANG PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI DESA KESIMAN

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN MENGKONSUMSI ROKOK PADA MAHASISWA (IKAWASBA) DI TLOGOMAS KOTA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA IKLAN ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Semarang) ARTIKEL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

ANALISIS PENGETAHUAN TENTANG DAMPAK BURUK ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA LAKI-LAKI DI SMP TARUNA BHAKTI

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

With the Actions of Smoking within Students of 9 State High School Manado.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

ANALISIS PERILAKU MEROKOK WARGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS KEDOKTERAN DAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

Interactive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK KASATRIAN SOLO KARTASURA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU MEROKOK SISWA/SISWI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YAYASAN PENDIDIKAN INDONESIA MEMBANGUN NAMORAMBE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

Transkripsi:

Soesyasmoro et al./ Effect of Knowledge, Peer Group, Family, Cigarette Price, Stipend Effect of Knowledge, Peer Group, Family, Cigarette Price, Stipend, Access to Cigarette, and Attitude, on Smoking Behavior R. Asto Soesyasmoro 1), Argyo Demartoto 2), Rita Benya Adriani 1) 1) School of Health Polytechnics Surakarta 2) Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta ABSTRACT Background: Passive smokers inhale 75% of ambient smoke and 50% of exhaled smoke. A cigarette contains 4.000 poisonous chemical agents, at least 69 of which are carcinogenic. Therefore ambient tobacco smoke is detrimental to health. The purpose of this study was to analyze the effect of knowledge, peer group, family, cigarette price, stipend, access to cigarette, and attitude, on smoking behavior. Subjects and Method: This was an analytic and observational study with cross sectional design. This study was conducted at School of Health Polytechnics, Surakarta, Central Java. A total of 105 male students was selected for this study. The dependent variable smoking status. The independent variables knowledge, peer group, family, cigarette price, stipend, access to cigarette, and attitude. The data were collected by a set of questionnaire, and were analyze by logistic regression model. Results: Smoking peer group (= 3.21; 95% CI=1.18-8.72; p= 0.022), stipend (= 3.66; 95% CI= 1.28-10.49; p= 0.016), access to cigarette (= 3.02; 95% CI= 1.04-8.73; p= 0.042) increased the likelihood of smoking. Knowledge about tobacco smoking (= 0.35; 95% CI=0.13-0.95; p = 0.039) and non-smoking family (= 0.16; 95% CI=0.03-0.70; p= 0.015) decreased the likelihood of smoking. Price of cigarette (= 0.86; 95% CI= 0.23-3.19; p= 0.819) and attitude (= 0.88; 95% CI= 0.33-2.36; p= 0.795) did not show statistically significant effect on smoking. Conclusion: Smoking peer group, stipend, access to cigarette increase the probability of smoking. Knowledge about tobacco smoking and non-smoking family decrease the probability of smoking. Keywords: knowledge, peer group, family, cigarette price, stipend, access to cigarette, attitude, smoking behavior Correspondence: R. Asto Soesyasmoro School of Health Polytechnics, Surakarta Email: asto_monti@yahoo.co.id LATAR BELAKANG Meluasnya dampak penggunaan produk tembakau terhadap kesehatan masyarakat di seluruh penjuru dunia telah melahirkan keprihatinan besar dari komunitas internasional. World Health Organization (WHO) Organisasi Kesehatan Dunia) menyusun sebuah instrumen untuk melakukan pengendalian tembakau secara efektif, tepat, dan menyeluruh. Instrumen ini dikenal Framework Convention on Tobacco Control (FC TC-Kerangka Kerja Pengendalian Tem bakau). Keprihatinan yang sama juga menyeruak dalam wacana publik di tanah air. Kelompok-kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tergabung dalam The Indonesian NGO Coalition for Tobacco Control bahwa Pemerintah Indonesia harus segera melakukan tindakan yang bersifat segera dan strategis atas situasi yang mereka sebut sebagai Ancaman Darurat Nasional Konsumsi Tembakau di Indonesia karena para perokok di Indone- ISSN: 2549-1172 (online) 205

Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(3): 205-214 sia telah mengkonsumsi tak kurang dari 360 miliar batang rokok pertahun (Mulyana, 2014). Rokok yang telah dikonsumsi menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan si perokok sendiri sebagai perokok aktif, maupun orang lain yang ada di sekitarnya sebagai perokok pasif. Pada dasarnya asap rokok terdiri dari asap utama yang mengandung 25% kadar berbahaya dan asap sampingan yang mengandung 75% kadar berbahaya. Perokok pasif menghisap 75% bahan berbahaya ditambah separuh dari asap yang dihembuskan. Dari sebatang rokok mengandung 4000 bahan kimia beracun dan tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik. Sehingga rokok dan lingkungan yang tercemar asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Kandungan bahan kimia tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti jantung dan gangguan pembuluh darah, stroke, kanker paru, dan kanker mulut. Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan penurunan kesuburan, pertumbuhan janin baik fisik maupun IQ (Intelegent Quotient) yang melambat, gangguan imunitas bayi, dan peningkatan kematian (Aditama, 2006). Sekitar 34.7% penduduk Indonesia berusia 10 tahun ke atas adalah perokok. Secara nasional, prevalensi perokok tahun 2010 sebesar 34.7% tertinggi di Provinsi Kalimantan Tengah (43.2%) dan terendah di Sulawesi Tenggara sebesar (28.3%). Prevalensi perokok usia 10-14 tahun. 1995 sebesar 0.3% atau sekitar 71.000 orang, dan pada tahun 2010 meningkat tajam menjadi sekitar 426.000 orang. Artinya dalam kurun waktu 15 tahun, jumlah perokok pada kelompok umur ini meningkat enam kali lipat. Diperkirakan lebih dari 40.3 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar asap rokok, yang berisiko mengalami peningkatan resiko Bronchitis, Pnemonia, Infeksi Telinga Tengah, Asma serta keterlambatan pertumbuhan paru-paru dan menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa (Depkes, 2010). yang terjadi saat ini akan mengakibatkan sekitar 500 juta orang yang kini hidup pada akhirnya akan mati karena komsumsi tembakau dan lebih dari separuhnya adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia perokok pemula semakin muda usianya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja usia 11-18 tahun sudah. Risiko akibat akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan apalagi bagi remaja sebagai calon pembentuk keluarga dan penerus cita-cita bangsa. Selain itu dipertegas oleh data WHO yang menyatakan 30% perokok di dunia adalah para remaja (Mubarok, 2009). Remaja lebih sering diistilahkan masa adolscense, yang banyak mencakup arti luas, dalam hal ini kemantangan mental, emosional, spasial dan fisik sangat mempengaruhi perkembangan. Pada masa remaja ini, mereka mulai merentangkan sayapnya dengan berbagai impian dan dasarnya mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar, maka mereka cenderung mudah terpengaruh oleh kebiasaan sehari-hari dan pengaruh lingkungan sekitar mereka bergaul. Faktor lingkungan bagi remaja sangat berperan penting bagi perkembangan remaja. Remaja umumnya bergaul dengan sesama mereka berdasarkan karakteristik persahabatan remaja. Karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan usia, jenis kelamin dan ras. Kesamaan dalam penggunaan obat-obatan, dan minum-minuman keras sangat berpengaruh kuat pemilihan teman (Permatasari dan Wahyuni, 2011). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh pengetahuan tentang rokok, teman sebaya, keluarga, harga, uang saku, akses terhadap rokok 206 ISSN: 2549-1172 (online)

Soesyasmoro et al./ Effect of Knowledge, Peer Group, Family, Cigarette Price, Stipend dan sikap tentang bahaya rokok terhadap perilaku pada mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang rokok, teman sebaya, keluarga, harga, uang saku, akses terhadap rokok dan sikap tentang bahaya rokok terhadap perilaku pada mahasiswa di Politeknik Kesehatan Surakarta. SUBJEK DAN METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki Poltekkes Surakarta sebanyak 105 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan dengan simple random sampling. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (pengetahuan tentang rokok, teman sebaya, keluarga, harga, uang saku, akses terhadap rokok dan sikap tentang bahaya rokok), dan variabel dependen yaitu perilaku. Alat pengumpul data adalah kuesioner dan studi pustaka. Analisis data menggunakan regresi logistik. HASIL 1. Analisis Univariat Tabel 1 hasil karakteristik subjek penelitian menunjukkan bahwa mayoritas memiliki pengetahuan tentang rokok yang baik yaitu (50.5%), dengan pengaruh teman sebaya yang tinggi (63.8%), tingginya pengaruh keluarga (79.0%), murahnya harga rokok (84.8%), sebagian besar mahasiswa memperoleh dukungan uang saku untuk membeli rokok (69.5%), kemudahan akses memperoleh rokok (69.5%), dan sebagian besar mahasiswa memiliki sikap positif tentang bahaya rokok (52.4%). Tabel 1. Karakteristik sampel Pengetahuan n % Kurang 52 49.5 Baik 53 50.5 Pengaruh teman sebaya n % Rendah 38 36.2 Tinggi 67 63.8 Pengaruh Keluarga n % Rendah 22 21.0 Tinggi 83 79.0 Harga rokok n % Mahal 16 15.2 Murah 89 84.8 Uang Saku n % mendukung 32 30.5 Mendukung 73 69.5 Akses Rokok n % Sulit 32 30.5 Mudah 73 69.5 Sikap n % Negatif 50 47.6 Positif 55 52.4 Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan tentang rokok terhadap perilaku dan secara statistik signifikan (p=0.018) dengan nilai Odds Ratio sebesar 0.37 berarti bahwa pengetahuan tentang rokok yang kurang mempunyai kemungkinan 0.37 kali lebih besar berperilaku dibandingkan mahasiswa dengan pengetahuan yang baik. 2. Analisis Bivariat Tabel 2. Uji Chi square Pengetahuan terhadap Pengeta huan Rendah 13 39 0.37 0.018 Tinggi 25 28 Tabel 3 menunjukkan terdapat pengaruh teman sebaya terhadap perilaku yang secara statistik signifikan (p<0. p ISSN: 2549-1172 (online) 207

Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(3): 205-214 001) dengan nilai Odds Ratio sebesar 4.38 berarti bahwa pengaruh teman sebaya yang tinggi mempunyai kemungkinan 4.38 kali lebih besar berperilaku dibandingkan pengaruh teman sebaya yang rendah. Tabel 3. Uji Chi square Teman Sebaya terhadap Teman Sebaya Rendah 22 16 4.38 0.001 Tinggi 16 51 Tabel 4 menunjukan bahwa ada pengaruh keluarga terhadap perilaku yang secara statistik signifikan (p=0.013) dengan Odds Ratio sebesar 0.22 berarti bahwa pengaruh keluarga yang mempunyai kemungkinan 0.22 kali lebih besar membuat mahasiswa berperilaku. Tabel 4. Uji Chi square Keluarga terhadap Keluar ga Rendah 3 19 0.22 0.013 Tinggi 35 48 Tabel 5 menunjukan bahwa tidak ada pengaruh harga rokok terhadap perilaku (p= 0.494) dengan Odds Ratio sebesar 1.46 berarti bahwa harga rokok yang murah mempunyai kemungkinan 1.46 kali lebih besar membuat mahasiswa berperilaku dibandingkan dengan harga rokok yang mahal. P P Tabel 5. Uji Chi square Harga Rokok terhadap Harga Rokok Rendah 7 9 1.46 0.494 Tinggi 31 58 Tabel 6 bahwa ada pengaruh uang saku terhadap perilaku yang secara statistik signifikan (p = 0.005) dengan Odds Ratio sebesar 3.41 berarti bahwa uang saku yang mendukung mempunyai kemungkinan 3.41 kali lebih besar membuat mahasiswa berperilaku. Tabel 6. Uji Chi square Uang Saku terhadap Uang saku mendukung 18 14 3.41 0.005 Mendukung 20 53 Tabel 7 menunjukkan bahwa ada pengaruh akses rokok terhadap perilaku (p = 0.006) dengan Odds Ratio sebesar 3.19 berarti bahwa mudahnya akses rokok mempunyai kemungkinan 3.19 kali lebih besar membuat mahasiswa berperilaku dibandingkan dengan sulitnya akses rokok. Tabel 7. Uji Chi square Akses Rokok terhadap Akses Rokok Sulit 19 16 3.19 0.006 Mudah 19 51 p p P 208 ISSN: 2549-1172 (online)

Soesyasmoro et al./ Effect of Knowledge, Peer Group, Family, Cigarette Price, Stipend Tabel 8 menunjukkan bahwa tidak ada sikap tentang bahaya rokok terhadap perilaku yang secara statistik tidak signifikan (p=0.394) dengan Odds Ratio sebesar 0.71 berarti bahwa mahasiswa yang mempunyai sikap negatif terhadap bahaya rokok mempunyai kemungkinan 0.71 kali lebih besar membuat mahasiswa berperilaku dibandingkan dengan mahasiswa yang mempunyai sikap positif tentang bahaya dari. 3. Analisis Multivariat Tabel 9. Regresi logistik ganda Variabel Exp Batas bawah Tabel 8. Uji Chi Square Sikap Bahaya Rokok terhadap Sikap Negatif 16 34 0.71 0.394 Positif 22 33 CI 95% Batas atas P Pengetahuan 0.35 0.13 0.95 0.039 Teman sebaya 3.21 1.18 8.72 0.022 Keluar ga 0.16 0.03 0.70 0.015 Harga rokok 0.86 0.23 3.19 0.819 Uang saku 3.66 1.28 10.46 0.016 Akses rokok 3.02 1.04 8.73 0.042 Sikap 0.88 0.33 2.36 0.795-2 log likelihood 102.4 Nagelkerke R 2 38.9% p Nilai Odd Ratio variabel pengetahuan tentang rokok sebesar 0.35 berarti bahwa mahasiswa dengan pengetahuan rokok yang kurang mempunyai kemungkinan 0.35 kali lebih besar untuk berperilaku daripada mahasiswa dengan pengetahuan tentang rokok yang baik. Hasil uji wald menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan tentang rokok terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 0.35; CI 95%= 0.13-0.95; p = 0.039). Nilai Odd Ratio variabel pengaruh teman sebaya sebesar 3.21 berarti bahwa pengaruh teman sebaya yang tinggi mempunyai kemungkinan 3.21 kali lebih besar untuk membuat mahasiswa berperilaku daripada mahasiswa dengan pengaruh teman sebaya yang rendah. Hasil uji wald menunjukkan bahwa ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.21; CI 95%= 1.18-8.72; p = 0.022). Nilai Odd Ratio variabel pengaruh keluarga sebesar 0.16 berarti bahwa pengaruh keluarga yang mempunyai kemungkinan 0.16 kali lebih besar untuk membuat mahasiswa berperilaku daripada mahasiswa dengan pengaruh keluarga yang tidak. Hasil uji wald menunjukkan bahwa ada pengaruh keluarga terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 0.16; CI 95%= 0.03-0.70; p = 0.015). Nilai Odd Ratio variabel pengaruh harga rokok sebesar 0.86 berarti bahwa harga rokok yang murah mempunyai kemungkinan 0.86 kali lebih besar untuk membuat mahasiswa berperilaku daripada harga rokok yang mahal. Hasil uji ISSN: 2549-1172 (online) 209

Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(3): 205-214 wald menunjukkan bahwa ada pengaruh harga rokok terhadap perilaku mahasiswa tetapi secara statistik tidak signifikan (= 0.86; CI 95%= 0.23-3.19; p = 0.819). Nilai Odd Ratio variabel pengaruh uang saku sebesar 3.66 berarti bahwa uang saku yang mendukung mempunyai kemungkinan 3.66 kali lebih besar untuk membuat mahasiswa berperilaku daripada uang saku mahasiswa yang tidak mendukung. Hasil uji wald menunjukkan bahwa ada pengaruh uang saku terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.66; CI 95% = 1.28-10.49; p = 0.016). Nilai Odd Ratio variabel pengaruh akses pada rokok sebesar 3.02 berarti bahwa akses pada rokok yang mudah mempunyai kemungkinan 3.02 kali lebih besar untuk membuat mahasiswa berperilaku daripada akses pada rokok yang sulit. Hasil uji wald menunjukkan bahwa ada pengaruh akses pada rokok terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.02; CI 95%= 1.04-8.73; p = 0.042). Nilai Odd Ratio variabel pengaruh sikap tentang bahaya rokok sebesar 0.88 berarti bahwa sikap tentang bahaya rokok yang negatif mempunyai kemungkinan 0.88 kali lebih besar untuk membuat mahasiswa berperilaku daripada sikap tentang bahaya rokok yang positif. Hasil uji wald menunjukkan bahwa ada pengaruh sikap tentang bahaya rokok terhadap perilaku mahasiswa tetapi secara statistik tidak signifikan (= 0.88; CI 95%=0.33-2.36; p = 0.795). Nilai Negelkerke R 2 sebesar 38.9% berarti bahwa variabel pengetahuan tentang rokok, teman sebaya, keluarga, harga, uang saku, akses pada rokok dan sikap tentang bahaya rokok mampu menjelaskan perilaku sebesar 38.9% dan sisanya yaitu sebesar 61.1% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian. PEMBAHASAN Pengaruh pengetahuan tentang rokok terhadap perilaku pengaruh pengetahuan tentang rokok terhadap perilaku dengan hasil uji wald menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan tentang rokok terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 0.35; 95% CI=0.13-0.95; p= 0.039). Hal ini sesuai dengan teori perilaku dari Green et al, (1980) bahwa perilaku dapat dihubungkan dengan faktor predisposisi seperti pengetahuan. Azjen dan Fishbein (2005) dalam teori perilaku Planned of Behaviour juga menyatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi perilaku individu terhadap sesuatu hal, dalam hal ini adalah perilaku pada mahasiswa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Maseda et al (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan tentang bahaya dengan perilaku pada remaja putra. Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi. Remaja cenderung ingin bertualang menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya dan juga didorong oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering di lakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba karena sering melihat orang dewasa melakukannya (Ali dan Asrori, 2010). 210 ISSN: 2549-1172 (online)

Soesyasmoro et al./ Effect of Knowledge, Peer Group, Family, Cigarette Price, Stipend Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku pengaruh teman sebaya terhadap perilaku dengan hasil uji wald menunjukkan bahwa ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.21; CI 95%=1.18-8.72; p = 0.022). Hal ini sesuai dengan teori perilaku dari Green et al, (1980) bahwa perilaku salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah faktor penguat yaitu faktor yang diperoleh dari orang terdekat dan adanya dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut yaitu teman. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Naing et al., (2004) bahwa pengaruh teman sebaya adalah siswa alasan utama pada siswa terhadap kebiasaan. Hasanah dan Sulastri (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan teman sebaya dengan perilaku pada siswa laki-laki, tetapi hasil ini tidak mendukung penelitian dari Azizah et al., (2013) bahwa teman sebaya tidak berpengaruh dengan perilaku. Teman sebaya yang berperilaku akan dapat mempengaruhi mahasiswa lain untuk, begitu pula sebaliknya apabila mahasiswa yang bergaul dengan mahasiswa lain yang tidak, maka dapat juga berpengaruh terhadap mahasiswa untuk tidak berperilaku. Hal ini sesuai dengan penelitian Komasari dan Helmi (2000) bahwa lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 33.048%. Lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting. Remaja tidak ingin dirinya ditolak dan mengindari sebutan banci atau pengecut. bagi remaja juga merupakan simbolisasi, simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan kedewasaan. Pengaruh keluarga terhadap perilaku pengaruh keluarga terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 0.16; CI 95%= 0.03-0.70; p = 0.015). Hal ini sesuai dengan teori perilaku dari Green et al, (1980) bahwa perilaku salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah faktor penguat yaitu faktor yang diperoleh dari orang terdekat dan adanya dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut yaitu keluarga. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Geckova et al (2005) bahwa perilaku orang tua berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku remaja. Hasanah dan Sulastri (2010), yang meneliti hubungan antara dukungan orang tua menunjukkan bahwa dukungan orang tua mempengaruhi perilaku pada siswa laki-laki. Orang tua atau keluarga merupakan faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perilaku. Pengawasan orang tua merupakan karakteristik yang dianggap berhubungan secara signifikan dengan beberapa perilaku berisiko termasuk perilaku (Hidayaningsih et al., 2011). Faktor keluarga berperan besar pada terbentuk dan munculnya perilaku, baik perilaku positif maupun negatif. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Theodorus (1994) mengatakan bahwa keluarga perokok sangat berperan terhadap perilaku anakanaknya dibandingkan keluarga non-perokok. Dalam hal ini menurut pandangan so- ISSN: 2549-1172 (online) 211

Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(3): 205-214 cial cognitive learning theory, bukan hanya proses belajar pengamatan anak terhadap orang tua atau saudaranya tetapi adanya pengukuh positif dari orang tua dan konsekuensi-konsekuensi dirasakan menyenangkan remaja. Pengaruh harga rokok terhadap perilaku Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh ada pengaruh harga rokok terhadap perilaku mahasiswa tetapi secara statistik tidak signifikan (= 0.86; CI 95%= 0.23-3.19; p= 0.819). Pendapatan konsumen akan menentukan besarnya daya beli yang dimilikinya. Sehingga untuk barang normal, peningkatan pendapatan konsumen akan meningkatkan permintaan barang tersebut. Sebaliknya untuk barang inferior, peningkatan pendapatan konsumen justru akan menurunkan permintaan terhadap barang tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa pada dasarnya belum mempunyai kemampuan untuk membeli rokok, karena mahasiswa pada dasarnya belum bekerja sehingga tidak memperoleh pendapatan dan sangat tergantugn dari uang yang diberikan oleh orang tuanya. Semakin mahal harga rokok maka dapat membuat mahasiswa untuk berperilaku tidak dan sebaliknya apabila harga rokok murah maka dapat menyebabkan mahasiswa untuk berperilaku. Menurut kelompok pendapatan, dampak peningkatan harga rokok bagi mereka yang miskin lebih besar daripada mereka yang kaya. Peningkatan harga rokok 10% akan menurunkan konsumsi rokok. Pengaruh harga rokok terhadap perilaku pengaruh uang saku terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.66; CI 95%= 1.28-10.49; p = 0,016). Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Lindawati et al., (2011) bahwa variabel faktor pemungkin yaitu uang jajan berhubungan sangat signifikan dengan perilaku siswa-siswi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mc. Donald (2011) yang menyatakan bahwa penghasilan keluarga yang rendah atau kemiskinan membuat remaja cemas dan depresi. Keluarga berpenghasilan rendah (uang jajan rendah) 5 kali lebih sulit untuk meninggalkan tembakau, dibandingkan dengan keluarga sejahtera (uang jajan besar). Oktavia (2010) juga menyebutkan adanya hubungan antara perilaku dengan uang saku. Remaja yang memiliki uang saku berlebih berpeluang untuk dua puluh kali lebih lebih besar daripada remaja yang tidak memiliki uang saku berlebih. Pengaruh akses pada rokok terhadap perilaku pengaruh akses pada rokok terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.02; CI 95%=1.04-8.73; p= 0.042). Hal ini sesuai dengan teori perilaku dari Green et al, (1980) bahwa perilaku salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah faktor penguat yaitu faktor yang diperoleh dari orang terdekat dan adanya dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut yaitu akses. Kebiasaan terjadi karena pengaruh lingkungan sosial, teman sebaya, orang tua, media dan sebagainya. Semakin hari semakin gencar rokok dipublikasikan diberbagai me dia cetak dan elektronik, semakin hari pula banyak remaja yang dan kecanduan. Faktor pemungkin perilaku adalah tersedianya rokok dijual di sekitar rumah, selain itu penjualan eceran atau batangan meningkatkan akses anak dan remaja terhadap rokok. Penjualan rokok batangan merupakan hal yang biasa, walau- 212 ISSN: 2549-1172 (online)

Soesyasmoro et al./ Effect of Knowledge, Peer Group, Family, Cigarette Price, Stipend pun harga per bungkus sudah rendah. Hal ini mempermudah akses terutama bagi penjualan rokok batangan dan membuat mahasiswa dengan mudah memperoleh rokok. Pengaruh sikap tentang bahaya rokok terhadap perilaku pengaruh sikap tentang bahaya rokok terhadap perilaku mahasiswa tetapi secara statistik tidak signifikan (= 0.88; CI 95%=0.33-2.36; p = 0.795). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ariani (2011) bahwa tidak ada hubungan antara sikap terhadap perilaku pada siswa. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku mungkin disebabkan karna keinginaan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh sikap terhadap kesehatan saja, akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seperti keyakinaan akan akibat yang dapat ditimbulkan dari perilaku. Keputusan seseorang untuk atau tidak, secara keseluruhan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh keyakinaan akan akibat dari perilaku saja tetapi masih banyak faktor lain yang dapat membuat seseorang remaja. Misalnya seseorang remaja memiliki sifat positif terhadap rokok tetapi tanpa didukung dengan keyakinaan mengenai akibat negatif dari rokok, maka sifat yang positif terhadap kesehatan tidak akan mempengaruhi perilaku. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sampel penelitian ini hanya pada mahasiswa Politeknik Kesehatan Surakarta. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian tidak dapat digenerali sasikan di tempat atau lokasi yang lain. Selain itu penelitian ini tidak menggunakan wawancara mendalam dengan mahasiswa karena data hanya didasarkan pada kuesioner. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pengetahuan tentang rokok terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 0.35; CI 95%=0.13-0.95; p = 0.039). Ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.21; CI 95%= 1.18-8.72; p = 0.022). Ada pengaruh keluarga terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 0.16; CI 95%= 0.03-0.70; p = 0.015). Ada pengaruh harga rokok terhadap perilaku mahasiswa tetapi secara statistik tidak signifikan (= 0.86; CI 95%= 0.23-3.19; p = 0.819). Ada pengaruh uang saku terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.66; CI 95%= 1.28-10.49; p = 0.016). Ada pengaruh akses pada rokok terhadap perilaku mahasiswa dan secara statistik signifikan (= 3.02; CI 95%= 1.04-8.73; p = 0.042). Ada pengaruh sikap tentang bahaya rokok terhadap perilaku mahasiswa tetapi secara statistik tidak signifikan (= 0.88; CI 95%= 0.33-2.36; p = 0.795). Implikasi dalam penelitian ini bahwa pengaruh pengetahuan tentang rokok, teman sebaya, keluarga, uang saku, dan akses pada rokok terhadap perilaku mahasiswa. Hal ini dapat mempertegas bahwa teori planned of behaviour tentang perubahan perilaku terbukti kebenarannya dan bisa digunakan oleh praktisis kesehatan dalam memberikan upaya promosi kesehatan tentang meminimalkan perilaku dengan menggabungkan faktor-faktor tersebut agar tercapai tujuan sesuai yang diharapkan. ISSN: 2549-1172 (online) 213

Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(3): 205-214 DAFTAR PUSTAKA Aditama TY (2006). Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Ali M, Asrori M (2010). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Ariani RD (2011). Hubungan Antara Iklan Rokok Dengan Sikap Dan Pada Remaja (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Semarang). Artikel Ilmiah. Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Azizah N, Amiruddin R, Ansariadi (2013). Faktor yang Berhubungan Dengan Anak Jalanan di Kota Makassar Tahun 2013. Makasar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar Depkes RI (2010). Masalah di Indonesia. Jakarta : Depkes RI. Geckova AM, Stewart R, Dijk JPV, Orosova O, Groothoff JW, Post D (2005). Influence of Socio-Economic Status, Parents and Peers on Smoking Behaviour of Adolescents. European Addictid Research. 1 (1): 204-209. Green LW, Marchel WK (1980). Health Promoting Planning An Educational And Environmental Aproach. Second Edition. Mountain View: Mayfield Publishing Company Hasanah AU, Sulastri (2011). Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya Dan Iklan Rokok Dengan Pada Siswa Laki- Laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali. Gaster. 8 (1): 695-705. Hidayangsih PS, Tjandrarini DH, Mubasyiroh R, Supanni (2011). Buletin Penelitian Kesehatan. 39 (2) 88-98. Komasari D, Helmi AF (2000). Faktor- Faktor Penyebab Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 1 (1): 37-47. Lindawati, Miradwiyana B, Sumiati (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa-Siswi SMP di Daerah Jakarta Selatan Tahun 2011. Jurnal Health Quality, 2 (4) 189-200 Maseda DR, Suba B, Wongkar D (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Dengan Pada Remaja Putra di SMA Negeri I Tompasobaru. Ejournal Keperawatan (e-kp). 1 (1):1-8. Mc Donald P (2004). Understanding Smoking Behavuir in Children and adollescent. Paediatric Nursing. 16 (3): 26-27. Mubarak WI (2009). Sosiologi Untuk Keperawatan: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Mulyana A (2014). Kerangka HAM Bagi Kebijakan Pengendalian Tembakau. Jurnal Wacana Kinerja. 17 (2): 1-23. Naing NN, Ahmad Z, Musa R, Hamid FRA, Ghazali H, Bakar MHA (2004). Factors Related to Smoking Habits of Male Adolescents. Tobacco Induced Diseases. 2 (3): 133-140. Oktavia D (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Siswa Laki-Laki Di Sma Negeri Kota Padang Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Permatasari I, Wahyuni (2011). Hubungan Pola Asuh Keluarga dan Lingkungan Teman Sebaya dengan Pada Remaja Usia 11-20 Tahun di Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kota Purwodadi Kabupaten Grobogan. Gaster. 8 (1): 706-721. Theodorus (1994). Ciri Perokok di Kalangan Mahasiswa Universitas Sriwijaya. Jurnal JEN. 1 (3): 19-24. 214 ISSN: 2549-1172 (online)