II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dimana para siswa

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Active Learning melalui Teknik Group to Group Exchange. Active learning/ pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Transkripsi:

10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sementara itu, Briggs (dalam Sadiman, 2006:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan merangsang siswa untuk belajar. Pengetahuan tentang kelebihan dan kelemahan setiap jenis media menjadi hal yang penting sehingga guru dapat memperkecil kelemahan atas media yang dipilih untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Rohani (1997:28-29) bahwa pemilihan dan pemanfaatan media perlu memperhatikan kriteria sebagai berikut: 1. Tujuan, media hendaknya menunjang tujuan intruksionalyang telah dirumuskan. 2. Ketepatgunaan (validitas), tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari.

11 3. Keadaan Peserta Didik, kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik, dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu pertimbangan. 4. Ketersediaan, pemilihan perlu memperhatikan ada/tidak media tersebut di sekolah/ perpustakaan serta mudah sulitnya diperoleh. 5. Mutu Teknis, media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik. 6. Biaya, hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya yang di keluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak. Media pembelajaran menurut Asyar (2011:8), merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. Secara umum, menurut Asyar (2011:76) ada empat jenis media pembelajaran, yaitu : 1. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya seperti buku, jurnal, poster, foto, dsb. 2. Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran. 3. Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat

12 disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. 4. Multimedia, yaitu media yang melibatkan jenis media untuk merangsang semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih ditekankan pada penggunaan berbagai media berbasis TIK dan komputer. Media audio-visual merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Adanya unsur audio kemungkinan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan menciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi. Menurut Anderson (1994:103-105) bahawa dalam media audio visual terdapat kelebihan dan kekurangan antara lain: Kelebihan media audio visual : 1. Dapat digunakan untuk klasikal atau individual 2. Dapat digunakan seketika. 3. Digunakan secara berulang. 4. Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya. 5. Dapat menyajikan objek secara detail. 6. Dapat diperlambat dan dipercepat. 7. Menyajikan gambar dan suara. Kelemahan media audio visual: 1. Sukar untuk dapat direvisi. 2. Relatif mahal. 3. Memerlukan keahlian khusus. B. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi

13 dengan temannya (Trianto, 2007: 41). Hal ini didukung oleh pendapat Jasmine (2007:129) yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih aktif di dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Anggota kelompok akan saling mendukung dan harus menunjukkan hasil belajar mereka serta berpegang pada tanggungjawab individu untuk belajar. Definisi cooperative learning (pembelajaran kooperatif) menurut Bern dan Erickson merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran (Komalasari, 2010:62). Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Menurut Arend (dalam Yusuf, 2005:30), urutan langkah-langkah perilaku guru dalam model pembelajaran kooperatif pada tabel 1. Tabel 1. Sintaks pembelajaran kooperatif Fase Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2: Menyajikan informasi Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Gru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

14 Fase 5: Evaluasi Fase 6: Memberikan penghargaan Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai beik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto, 2010:58). Dengan demikian, belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa (Ibrahim dalam Trianto, 2010:62). C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe NHT Pembelajaran kooperatif NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Menurut Trianto (2010:82) pembelajaran kooperatif NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Lie (2008 :59) Model pembelajaran kooperatif NHT

15 memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Menurut Ibrahim (2000:6), tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu: 1. Hasil belajar akademik stuktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3. Pengembangan keterampilan sosial Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT: a. Fase 1: Penomoran Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. b. Fase 2: Mengajukan Pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, Berapakan jumlah gigi orang dewasa? Atau berbentuk arahan, misalnya Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatera.

16 c. Fase 3: Berpikir Bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Fase 4: Menjawab Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Trianto, 2010:82-83). Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan model pembelajaran NHT menurut Lie (2008:47) adalah sebagai berikut. Kelebihan NHT diantaranya: 1. Masing- masing anggota kelompok memiliki banyak kesempatan untuk berkontribusi. 2. Interaksi lebih baik. 3. Banyak ide yang muncul. 4. Lebih banyak tugas yang bisa dilaksanakan. 5. Guru mudah memonitor kontribusi. Kelemahan NHT diantaranya: 1. Membutuhkan lebih banyak waktu. 2. Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik. 3. Kurangnya kesempatan untuk kontribusi individu. 4. Siswa lebih mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.

17 D. Aktivitas Belajar Menurut Hamalik (2004:171) bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2007:95) yang menyatakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya Sardiman (2008:101) menjelaskan bahwa aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim di sekolahsekolah tradisional. Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2008: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok : 1. Visual Activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato. 4. Writting Activities, seperti misalnya menulis: cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

18 5. Drawing Activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun dan berternak. 7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup. Menurut Hamalik (2004:172), bahwa anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspekaspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Selanjutnya Hamalik (2004:175) menyatakan bahwa penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena : a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. c. Memupuk kerjasama yang yang harmonis di kalangan siswa. d. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.

19 f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru. g. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis. h. Pengajaran disekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. Menurut Hamalik (2004:176) asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode dalam kelas maupun metode belajar diluar kelas. Namun, aktivitas tersebut timbul karena adanya penyebab. Mc. Keadlie (dalam Yamin, 2007:77) berpendapat bahwa ada enam aspek penyebab terjadinya keaktifan siswa, yaitu: 1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan pembelajaran; 2. Tekanan pada aspek afektif dalam kegiatan; 3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antarsiswa. 4. Kekompakkan kelas sebagai kelompok belajar; 5. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam pembelajaran; 6. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

20 E. Hasil belajar siswa Menurut Purwanto (2006:7), peran sekolah dan guru-guru yang pokok adalah menyediakan dan memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru harus dapat membangkitkan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa meningkatkan cara dan hasil belajarnya. Menurut Hamalik (2004:30) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Menurutnya, tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. Tujuan intruksional memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar (Sukardi, 2008:69). Definisi tujuan instruksional menurut Arikunto (2008:132) adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur. Menurut Bloom (dalam Sukardi, 2008:74) bahwa tujuan intruksional dalam proses pembelajaran pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga domain atau ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Good (dalam Sukardi, 2008:75) bahwa domain

21 kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, intropeksi, atau memori siswa. Proses belajar di dalam diri seseorang untuk mencerna suatu pengetahuan terjadi secara bertahap atau berjenjang. Jenjang belajar menunjukkan tingkat kesulitan dan kedalaman penguasaan pengetahuan melalui berbagai metode belajar dan medianya (Prawiradilaga, 2009:91). Hasil belajar dalam kecakapan kognitif terdiri dari 6 proses berpikir, yaitu mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, menilai, dan berkreasi dijelaskan pada tabel 2. Tabel 2. Ringkasan jenjang belajar Berpikir Uraian Rincian Mengingat Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang Mengenali Mengingat Mengerti Membentuk arti dari pesan pembelajaran (isi): lisan, tulisan, grafis, atau gambar. Memahami Membuat contoh Mengelompokkan Meringkas Meramalkan Membandingkan Menjelaskan Menerapkan Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu Melaksanakan Mengembangkan Menganalisis Menjabarkan komponen atau struktur dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan, dan seterusnya. Menilai Menyusun pertimbangan berdasarkan kriteria dan persyaratan khusus. Berkreasi Menyusun sesuatu hal baru, memodifikasi suatu model lama menjadi seseuatu yang berbeda, dan seterusnya (Prawiradilaga, 2009:92) Membedakan Menyusun kembali Menandai Mengecek Mengkritik Menghasilkan Merencanakan Membentuk