PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dimulai pada usia 9-14 tahun dan prosesnya rata-rata berakhir pada

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, 9 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan aktivitas (perilaku) seks pranikah pada siswa SMA Negeri 1 Palu. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Mei 2013 di SMA Negeri 1 Palu. Jenis Penelitian adalah bersifat deksriptif dengan menggunakan metode observasional. Sampel penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Palu yang duduk di kelas 1 dan 2 tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah responden sebanyak 119 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan analisis disajikan secara statistik deskriptif. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berada dalam kategori baik dengan persentase 63%, sedangkan sikap berada dalam kategori baik dengan persentase sebesar 93% dan aktivitas seks pranikah berada dalam kategori resiko rendah dengan persentase 71,4 %. Dengan demikian Perilaku seksual pranikah pada Siswa SMA Negeri 1 berada dalam kategori yang baik. Kata Kunci : pengetahuan, sikap, seks pranikah, Remaja SMA PENDAHULUAN Remaja merupakan sebuah fase dimana seseorang akan mengalami peralihan dan perubahan tahap baik dari segi emosi, tubuh, minat, perilaku dan juga masalah lainnya. Seorang remaja akan sering mengalami masalah terkait dengan psikososial yakni masalah psikis (kejiwaan) yang dapat muncul sebagai akibat adanya perubahan sosial. [1] Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah remaja di dunia ini merupakan seperlima dari total jumlah penduduk dunia atau sekitar 1,3 milyar populasi pada tahun 2007. Indonesia sendiri memiliki jumlah penduduk yang merupakan remaja sebesar 42,4 juta berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia. [2] Besarnya jumlah remaja di Indonesia makin menambah besarnya jumlah permasalahan yang ditimbulkan oleh remaja sebagai akibat dari kompleksnya permasalahan pada masa transisi remaja. Adanya peningkatan dorongan seksual dan perubahan yang alami terjadi pada masa remaja terkadang menimbulkan masalah yang cukup serius. Banyaknya remaja yang terlibat dalam aktivitas seksual sering ditimbulkan sebagai akibat dari sikap permisif, eksperimentasi seksual, dan minimnya informasi yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku seksual sehingga 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako 2 Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat & Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako 1118 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013

seringkali menimbulkan ancaman terhadap kesehatan reproduksi dan perilaku seksual yang beresiko pada remaja. [2] Beberapa wilayah lain di Indonesia seperti Surabaya sekitar 54% remaja wanita lajang telah kehilangan keperawanannya kemudian di Bandung 47% dan Medan sebanyak 52%. Angka-angka tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh BKKBN selama kurun waktu tahun 2010. Besarnya angka seks pranikah yang terjadi di kalangan remaja di Indonesia menjadi sebuah ancaman yang cukup serius dan dapat menyebabkan kehancuran moral bangsa. [3] Hasil survei yang dilakukan secara umum dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) pada 12 provinsi di Indonesia pada tahun 2007, khususnya pada kotakota besar menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan dimana 93,7 % anak SMP dan SMU telah melakukan petting (menempelkan alat kelamin), ciuman, dan oral seks (seks melalui mulut), 62, 7% anak SMP sudah tidak perawan, 21,2 % remaja SMA telah melakukan aborsi dan sekitar 97 % pelajar SMP maupun SMA sering menonton film porno. [4] Survei mengenai tingkat perilaku seks pranikah remaja di wilayah kota Palu belum ada sehingga hal tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui peningkatan angka kejadian seks pranikah yang terjadi di kalangan remaja, sehingga pada akhirnya pemerintah dapat memikirkan tindakan/ kebijakan yang dapat dilakukan guna dapat mengurangi dan mencegah terjadinya perilaku seks pranikah.berdasarkan dari permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa tingginya angka kejadian perilaku seks pranikah terkait dengan masalah pengetahuan terhadap seks pranikah dan khusus wilayah kota Palu belum ada data mengenai angka kejadian perilaku seks pranikah pada remaja. RUMUSAN MASALAH Hal ini pula yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian berupa Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa SMA Negeri 1 Palu, sehingga dapat diketahui gambaran sederhana tentang perilaku seksual remaja di kota Palu khususnya siswa SMA Negeri 1 Palu. METODE Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data primer berupa kuesioner, serta memperhatikan kaidah dan etika yang terdapat dalam penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, besarnya sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 119 orang dimana untuk kelas X sebanyak 65 orang dan kelas XI sebanyak 54 orang. Terdapat 2 variabel penelitian yakni perilaku berupa pengetahuan, sikap, dan aktivitas/tindakan sebagai variabel bebas dan remaja SMA sebagai variabel terikat. Olahan data ini dilakukan dengan cara editing, coding, dan tabulating, dengan menggunakan software SPSS Versi 15.0.Analisis data yang dilakukan adalah analisis JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013 1119

univariat. Waktu pelaksanaan penelitian ini yakni dilakukan pada tanggal 21 Mei 2013. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Palu. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Umur Frekuensi Persentase (%) 18 tahun 1 0,8 17 tahun 25 21 16 tahun 56 47,1 15 tahun 33 27,7 14 tahun 4 3,4 Jumlah 119 100 Ditinjau dari segi usia, responden yang paling banyak dari usia 16 tahun yaitu sebanyak 56 orang dengan persentase 47,1%, usia 18 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 0,8%, usia 17 tahun sebanyak 25 orang dengan persentase 21%, usia 15 tahun sebanyak 33 orang dengan persentase 27,7% dan sebanyak 4 orang dengan persentase 3,4% untuk usia 14 tahun. Tabel 2. Distrbusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden mengenai Seks Pranikah Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Pengetahuan Baik 75 63 Cukup 39 32,8 Kurang 5 4,2 Jumlah 100 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mengenai seks pra nikah pada siswa SMA Negeri 1 palu adalah baik. Hal ini dapat kita lihat dari tabel dan diagram bahwa siswa yang berpengetahuan baik sebanyak 75 orang (63 %), kategori cukup sebanyak 39 orang (32,8%) dan kategori kurang sebanyak 5 orang (4,2%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden berdasarkan Usia Tingkat Pengetahuan Usia Baik Cukup Kurang Jumlah f % f % f % f % 14 3 75 0 0 1 25 4 100 15 26 78,8 7 21,2 0 0 33 100 16 33 58,9 21 37,5 2 3,6 56 100 17 13 52 10 40 2 8 25 100 18 0 0 1 100 0 0 1 100 Jumlah 75 63 39 32,8 5 4,2 119 100 1120 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dari siswa SMA Negeri 1 Palu rata-rata berada pada kategori baik dengan jumlah responden berpengetahuan baik terbanyak pada umur 15 tahun sebanyak 26 orang dari 33 orang berusia 15 tahun dengan persentase 78,8%, kemudian secara umum tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Palu juga baik dengan jumlah responden sebanyak 75 orang dan persentase sebesar 63%. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden mengenai Seks Pranikah Kategori Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 111 93,30% Cukup 8 6,70% Kurang 0 0 Jumlah 119 100 Dari tabel di atas diketahui bahwa sikap siswi SMA Negeri 1 Palu tentang seks pranikah adalah baik sebanyak 111 orang dengan tingkat persentase 93,3%, sedangkan yang berada dalam kategori cukup sebanyak 8 orang dengan persentase 6,7 % sedangkan untuk sikap yang kurang mendukung dan tidak mendukung (negatif) tidak ada seorang repondenpun yang memiliki sikap tersebut. Tabel5. Distribusi Frekuensi Aktivitas Seks Pranikah Responden. Kategori Frekuensi Persentase (%) Resiko rendah 87 73,1 Resiko sedang 25 21 Resiko tinggi 7 5,9 119 100 Dari gambar tabel dan diagram di atas diperoleh hasil bahwa aktivitas seks pranikah siswa SMA Negeri 1 Palu adalah beresiko rendah dengan jumlah responden sebanyak 87 orang dengan persentase 73, 1 %, aktivitas seks yang beresiko sedang sebanyak 25 orang dengan persentase 21 % dan aktivitas seks yang beresiko tinggi sebanyak 7 orang dengan persentase sebanyak 5,9 %. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Aktivitas Seks Pranikah Responden berdasarkan Umur Variabel Aktivitas Seks Pranikah Umur Resiko rendah Resiko Sedang Resiko Buruk Jumlah f (%) f (%) f (%) f (%) 14 3 75 1 25 0 0 4 100 15 23 69,7 9 27,3 1 3 33 100 16 44 78,6 10 17,9 2 1,5 56 100 17 17 68 5 20 3 12 25 100 18 0 0 0 0 1 100 1 100 Jumlah 87 73,1 25 21 7 5,9 119 100 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013 1121

Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa rata-rata aktivitas seks pranikah siswa SMA Negeri 1 Palu berdasarkan umur adalah resiko rendah pada umur 16 tahun dimana jumlah responden sebanyak 44 orang dengan persentase 78,6 %, kemudian secara umum rata-rata aktivitas seksual responden adalah resiko rendah dengan jumlah responden sebanyak 87 orang dengan persentase 73,1%. Tabel7. Distribusi Frekuensi Aktivitas Seks Pranikah Responden berdasarkan Jenis Kelamin Variabel Aktivitas Seks Pranikah Jenis Kelamin Resiko rendah Resiko sedang Resiko Buruk Jumlah f % f % f % f % Laki-Laki 24 53,3 14 31,1 7 15,6 45 100 Perempuan 63 85,1 11 14,9 0 0 74 100 Jumlah 87 73,1 25 21 7 5,9 119 100 Dari gambar tabel di atas diperoleh hasil bahwa rata-rata aktivitas seks pranikah siswa SMA Negeri 1 Palu berdasarkan jenis kelamin adalah beresiko rendah pada jenis kelamin perempuan dimana jumlah responden sebanyak 63 orang dengan persentase 85,1 %, kemudian dalam kategori beresiko sedang mayoritas berada pada jenis kelamin dengan jumlah responden sebanyak 14 orang dengan persentase 31,1%, begitu pula pada kategori beresiko tinggi mayoritas pada laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 7 orang dengan persentase 15,6%. Umumnya rata-rata aktivitas seksual responden adalah beresiko rendah dengan jumlah responden sebanyak 87 orang dengan persentase 73,1%. PEMBAHASAN Tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Palu berada dalam kategori yang baik, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman [5] menunjukkan hasil bahwa tingkat pengetahuan siswa SMA Swasta Setia Dharma di Pekanbaru menunjukkan hasil yang sedang ( cukup). Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengalaman, informasi, dan lain sebagainya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat menurut Notoatmodjo [6], bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pada seseorang dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, minat, pengalaman dan usia. Sedangkan untuk faktor eksternal pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh, kepercayaan, kondisi sosial budaya, dan sosial ekonomi. Jadi hasil jawaban responden untuk tingkat pengetahuan responden dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Pengetahuan merupakan hasil tahu dimana hal ini akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan atau kognitif 1122 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan tentang seks pranikah meliputi tentang pengertiann seks pranikah, faktor-faktor yang mendorong terjadinya seks pranikah, akibat yang ditimbulkan, dan upaya pencegahannya. Dalam beberapa pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, aspek-aspek di atas telah dicantumkan. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan tentang seks pranikah pada siswa SMA Negeri 1 Palu dapat dilakukan. Tingkat pengetahuan tentang seks pranikah pada siswa SMA Negeri 1 berada dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh bahwa siswa yang berpengetahuan baik sebanyak 75 orang dengan frekuensi 63%, kemudian siswa berpengetahuan cukup sebanyak 39 orang dengan 32,8% dan berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 4,2%. Sikap siswa SMA Negeri 1 Palu tentang seks pranikah mayoritas memiliki sikap baik dan yang lain adalah cukup. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahman [5], gambaran sikap siswa SMA Swasta Setia Dharma terhadap seks pranikah secara mayoritasnya positif dengan persentase sebesar 52,6% dari 76 responden sedangkan yanag bersikap negatif sebesar 47,4%. Pada penelitian ini, sikap merupakan tanggapan atas hasil atau pengolahan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Menurut Notoatmodjo [6] sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek. Menurut Maryatun [7] sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepercayaan, kehiduppan emosional atau penilaian seseorang terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak.sikap positif yang ditunjukkan oleh para siswa SMA Negeri 1 Palu ini, sebaiknya tetap diberikan arahan tentang seks pranikah, akibat yang ditimbulkan dan upaya untuk menghindarinya. Hasil penelitian mengenai aktivitas seks pranikah berdasarkan umur mayoritas kategori baik berada pada umur 16 tahun dengan persentase sebanyak 78,6%, sedangkan untuk kategori sedang dengan persentase 17,8% dan kategori buruk pada usia 16 tahun sebesar 1,5%.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan aktivitas seks pranikah yang baik namun aktivitas seks ini tetap menjadi hal yang beresiko bagi responden yang dapat mengarah ke hubungan seksual yang lebih buruk sebab kategori seks pranikah yang dikelompokkan dalam kategori baik adalah memiliki pengalaman pacaran, pegangan tangan hingga mencium pipi pasangan. Hal ini dapat memicu resiko penyebaran penyakit seks menular seperti AIDS, GO, sifilis, dan lain-lain. Aktivitas seks pranikah pada siswa SMA Neg. 1 Palu berada dalam kategori baik dimana hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman [5] pada 76 orang responden mengenai tindakan seks pranikah pada siswa SMA Swasta Setia Dharma menunjukkan bahwa tindakan responden positif sebesar 73,7% Namun sebanyak 26,3% siswa masih memiliki tindakan yang negatif. Hasil penelitian yang menunjukkan tindakan negatif ini menunjukkan kearah pembolehan terhadap perilaku seksual yang beresiko. Konsekuensi dari perilaku seksual yang beresiko ini adalah JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013 1123

aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan usia dini, penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, GO, dan lain-lain. Menurut Yuliantini [8], tindakan atau aktivitas seks pranikah dapat dipicu oleh beberapa permasalahan seperti adanya perubahan-perubahan hormonal, penyaluran hasrat seksual tidak dapat segera dilakukan karena penundaan usia perkawinan baik secara hukum maupun norma sosial, bekal agama yang kurang, penyebaran informasi yang tidak bertanggung jawab melalui media massa, misalnya melalui VCD Porno, majalah atau tabloid, dan lain-lain, pihak orang tua yang tidak memberikan arahan yang baik dan makin bebasnya pergaulan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Tindakan seks pranikah yang ditunjukkan oleh siswa SMA Negeri 1 yang berada dalam kategori beresiko rendah berarti bahwa aktivitas yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 memiliki peluang yang kecil untuk menuju pada aktivitas seksual yang lebih berbahaya seperti seks oral, seks anal hingga pada coitus. Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri 1 tetap perlu mendapatkan pengarahan sehingga tidak terjadi perluasan atau peningkatan aktivitas seks pranikah yang semakin buruk dan jumlahnya semakin menurun sehingga resiko penyebaran penyakit menular seks pranikah seperti AIDS, GO, dan lain-lain dapat ditekan ataupun dihilangkan. Secara umum perilaku seksual pranikah pada siswa SMA Negeri 1 berada dalam kategori baik. Menurut Notoatmodjo [6], bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak sederhana atau kompleks dimana dipengaruhi oleh faktor internal seperti emosi, motivasi, dan persepsi. Kemudian dipengaruhi pula oleh faktor eksternal seperti pergaulan, budaya, kondisi sosial-ekonomi, dan sebagainya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perilaku seksual pranikah pada siswa SMA Negeri 1 Palu maka dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pada siswa SMA Negeri 1 Palu berada pada kategori baik. Hal ini juga dapat dilihat pada variabel perilaku yang diamati yakni pengetahuan yang berada dalam kategori baik begitupula sikap, dan aktivitas yang berada dalam kategori resiko rendah. Setiap aspek perilaku yang diteliti berada dalam kategori baik sehingga dapat disimpulkan pada umumnya perilaku siswa SMA Negeri 1 Palu berada dalam kategori baik. Saran Pihak sekolah yakni diharapkan agar dapat membuat program konseling rutin mengenai kesehatan reproduksi dan penyuluhan terkait seks pranikah. Lalu bagi remaja yakni diharapkan dapat lebih menjaga diri dalam menghadapi pergaulan atau menerima informasi terkait seks pranikah dan meningkatkan bekal agama sehingga dapat terhindar dari seks pranikah yang dapat memberikan dampak sosial yang berat. 1124 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013

Kemudian bagi orangtua diharapkan terhadap orang tua mampu memberikan pengawasan terhadap pergaulan dari anak-anak mereka dan juga memberikan arahan yang baik sehingga bisa terhindar dari pergaulan bebas yang dapat mendorong terjadinya aktivitas seks pranikah. DAFTAR PUSTAKA Widianti, E., 2007. Remaja dan Permasalahannya: Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/ Narkoba. Diperoleh dari :http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/ uploads /publikasi_dosen /1A%20 makalah.remaja &masalahnya.pdf. Diakses pada 31 Januari 2013. Lucin, Y. 2012. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku tentang Seks Pranikah terhadap Pemanfaatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) pada Remaja di Kota Palangkaraya. Diperoleh dari http://etd.ugm.ac.id/index.php? mod= penelitian_detail& sub=penelitian Detail&act= view&typ=html&buku_id=58040&obyek_id=4. Diakses pada 31 Januari 2013. BKKBN. 2011. Seks Pranikah di Kota Besar. Diperoleh dari : http : //kepri.bkkbn. Dhira, 2010. Seks Bebas pada Kalangan Remaja. Diperoleh dari: http://student go.id /Lists /Artikel/ Disp Form. aspx? ID =130 &Content Type Id =0x01003 DCABABC 04B7084595DA 364423DE7897.html. Diakses pada 31 Januari 2013. Rahman, W,H, dkk, 2012. Gambaran Perilaku Seks Bebas pada Remaja. Diperoleh dari : http://eprints.uns.ac.id/126/1/167090309201010411.pdf. Diakses pada 01 Juni 2013. Notoatmodjo, S., 2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Maryatun, Purwaningsih, W, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Peran Keluarga dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Anak Jalanan di Kota Surakarta. Diperoleh dari: http://www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jurper1-5-luth.pdf. Diakses pada 01 Juni 2013 Yuliantini, H., 2012. Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS dan Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual Pranikah di SMA Negeri X di Jakarta Timur. Diperoleh dari : http: //www. digital.ui.ac.id/ library/20312663-s articles /keperawatan /2012 /Artikel_43157.pdf. JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013 1125