BAB I PENDAHULUAN. Meskipun globalisasi memberikan berbagai dampak baik, namun tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) termasuk salah satu penyakit. tidak menular yang sering terjadi di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau. gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

dalam tubuh seperti penyakit kardiovaskuler, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal (Corwin, 2007). Penderita DM rentan mengalami infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

BAB I. PENDAHULUAN. Luka yang sulit sembuh merupakan salah satu komplikasi pada penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik kronik dimana luka sulit

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan daerah pedesaan, DM menduduki ranking keenam yaitu 5,8%. 2

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fast food atau makanan cepat saji. Makanan ini telah populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun globalisasi memberikan berbagai dampak baik, namun tidak dapat dipungkiri proses ini juga menimbulkan pengaruh buruk dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pada bidang kesehatan. Sebagai suatu dampak buruk, perkembangan zaman ke arah globalisasi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular (communicable disease) ke penyakit tidak menular (non-communicable disease) (Wulandari dan Martini, 2013). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perubahan gaya hidup yang tidak sehat, lingkungan serta faktor genetik yang dimiliki oleh masing-masing individu. Diabetes melitus (DM) menjadi salah satu penyakit tidak menular yang berkembang berdasarkan pengaruh negatif pada faktor-faktor tersebut. Hingga saat ini, DM masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan data WHO (2012), DM merupakan penyakit mematikan kedelapan dengan prosentase sebanyak 2,7 % dari seluruh penyebab kematian di dunia. Pada negara maju seperti Amerika Serikat, DM menduduki peringkat ketujuh dari seluruh penyebab kematian yaitu sebanyak 69.071 orang meninggal karena diabetes pada tahun 2010 (National Diabetes Statistic Report, 2014). Tidak hanya di negara maju, negara berkembang yaitu salah satunya Indonesia juga mengalami peningkatan prevalensi DM yang sangat tinggi (Yarisman, 2014). 1

2 Prevalensi penyakit DM di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dan merupakan negara keempat dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat (Perkeni, 2011). Pada tahun 2014, sekitar sembilan juta penduduk di Indonesia menderita DM (International Diabetes Federation, 2014). Prevalensi DM di Bali sebanyak 5,9% dan diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat (Trisnawati, Widarsa, Suastika, 2013). Dinkes Provinsi Bali (2012) melaporkan penyakit DM menduduki 10 besar penyakit terbanyak di Kota Denpasar dengan jumlah 8.543 orang. Peningkatan prevalensi DM menyebabkan peningkatan biaya pengobatan dan kerugian ekonomi yang ditanggung oleh individu, keluarga, masyarakat maupun oleh negara. Di samping prevalensinya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, permasalahan DM akan menjadi semakin sulit bila terjadi komplikasi. Komplikasi DM dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut diantaranya adalah kondisi hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, non-ketogenic hyperosmolar syndrome. Komplikasi kronik yaitu berupa aterosklerosis, retinopati, neuropati, nefropati, dan luka/ulkus diabetik (Pizzorno dan Murray, 2003). Ulkus diabetik merupakan luka yang khas terjadi pada penderita DM. Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya luka diabetik adalah iskemia pembuluh darah dan neuropati perifer (Pizzorno dan Murray, 2003). Kelainan ini mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

3 berpotensi besar terjadinya luka. Luka diabetik mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman (Hastuti, 2008). Dengan adanya luka yang terinfeksi, maka resiko amputasi menjadi lebih besar (Waspadji, 2007). Luka diabetik merupakan penyebab tersering dilakukannya amputasi yang didasari oleh kejadian tanpa trauma. Risiko dilakukan amputasi 15-40 kali lebih sering pada penderita DM dibandingkan yang bukan penderita DM. Komplikasi ini juga menyebabkan lama rawat penderita DM menjadi lebih panjang (Decroli et al, 2008). Menurut Sheehan (2003) di Amerika Serikat sekitar 2,5 % dari penderita DM berkembang timbulnya luka diabetes pertahun dan 15 % dari penderita luka DM tersebut berujung pada amputasi. Selain karena kadar glukosa yang tinggi sebagai tempat berkembangnya bakteri, infeksi juga dapat terjadi karena memanjangnya fase inflamasi pada luka kronik (Purwaningsih, 2014). Inflamasi merupakan reaksi yang pertama kali terjadi apabila tubuh terkena luka. Pada respon seluler, ciri-ciri fase inflamasi adalah sel neutrofil dalam jumlah besar berpindah dari kapiler menuju jaringan luka, kemudian jumlah neutrofil menurun dan digantikan dengan makrofag pada jaringan luka. Makrofag berperan penting dalam pengaturan sel seperti fungsi fagositosis, memakan dan mencerna serta membunuh organisme patogen, membersihkan debris jaringan dan merusak sisa netrofil, menarik fibroblas ke jaringan luka dan memicu pembuluh darah baru ( Li et al, 2007). Dalam fase inflamasi ini, neutrofil dan makrofag menghasilkan sejumlah besar anion superoksida radikal. Kemudian sel lain seperti fibroblas dirangsang oleh sitokin pro inflamasi untuk memproduksi reactive oxygen spesies

4 (ROS). ROS merupakan suatu bagian dari sistem imun untuk membantu mempercepat pembersihan luka dari serangan bakteri. Tetapi selain memiliki efek positif, ROS juga memiliki banyak dampak negatif diantaranya menghambat migrasi dan propliferasi dari berbagai tipe sel, merusak jaringan dan bahkan dapat merubah jaringan menjadi neoplasma (Keller et al., 2006). Lebih lanjut, kondisi hiperglikemia yang mendasari kondisi DM, juga dapat menyebabkan produksi ROS. Hal ini akan menimbulkan terjadinya stress oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas yang diproduksi melebihi kapasitas penangkalan (scavenging) antioksidan endogen (Wiryana, 2008). Hal inilah yang menyebabkan ROS dapat menghambat penyembuhan luka. Berdasarkan hal tersebut, peran antioksidan menjadi sangat signifikan dalam penanganan luka diabetes. Dari penelitian Mittler (2002) menjelaskan bahwa hasil metabolisme aerobik yang bersifat toksik seperti ROS dapat ditekan dengan antioksidan. Salah satu antioksidan yang kuat adalah flavonoid (Heim et al, 2002). Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat dalam tanaman yang memiliki berbagai efek biologis secara in vitro dan in vivo. Flavonoid memiliki efek antimikroba, antivirus, anti-ulcerogenic, anti-neoplastik, antioksidan, antihepatotoksik, antihipertensi, hipolipidemik, antiplatelet dan aktivitas anti-inflamasi. Aktivitas anti-inflamasi flavonoid terjadi di kedua fase inflamasi yaitu fase proliferasi dan eksudatif (Rathee et al, 2009). Flavonoid berpotensi menghambat produksi prostaglandin. Penelitian telah menunjukkan bahwa efek ini disebabkan penghambatan enzim yang terlibat dalam biosintesis

5 prostaglandin (misalnya, lipoksigenase, fosfolipase, dan siklooksigenase) (Manthey, 2000). Flavonoid banyak didapatkan dari tanaman. Indonesia merapakan negara tropis yang memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan. Salah satu wujud dari pemanfaatan potensi alam tersebut adalah dengan menjadikan flora Indonesia sebagai bahan dasar untuk memperbaiki kualitas kesehatan manusia. Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai pemanfaatan tanaman obat untuk penyembuhan luka diabetik. Beberapa tanaman tersebut diantaranya adalah lidah buaya (Atiba, dkk., 2011; Yante, 2010), daun mengkudu (Ambiyani, 2013), daun sirih merah (Mun im, dkk., 2011) dan lain-lain. Salah satu tanaman obat tradisional yang berpotensi dalam mengatasi masalah luka diabetes yaitu daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.). Daun kembang sepatu mengandung kandungan bioaktif seperti flavonoid, triterpenoid, tanin dan saponin (Faten et al, 2012). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat aktivitas daun kembang sepatu sebagai agen antidiabetes. Moqbel et al (2011) menyatakan bahwa ekstrak daun kembang sepatu dengan fraksi tertentu memiliki aktivitas insulinotropik dan efek protektif pada tikus diabetes. Mamun et al (2013) menjelaskan ekstrak etanol daun kembang sepatu yang diberikan selama 1 minggu secara signifikan menurunkan glukosa darah pada tikus yang diinduksi dengan aloksan. Aktivitas ini lebih baik dibandingkan dengan metformin dalam aktivitas menurunkan kadar gula darah dan lemak darah. Salah satu metode aplikasi daun kembang sepatu dalam penatalaksanaan luka diabetes adalah secara topikal dikombinasikan dengan balutan luka. Balutan luka yang bersifat lembab merupakan kondisi yang dapat memberikan lingkungan

6 yang mendukung epitelisasi sel untuk mencegah kerusakan atau trauma lebih lanjut (Baroroh, 2011). Perawatan luka yang didesain menciptakan suasana lembab guna mendukung dalam penyembuhan luka (World International, 2013). Sediaan farmasi yang sering digunakan dalam perawatan luka dengan konsep moist wound adalah sediaan gel. Gel merupakan sediaan semipadat yang digunakan pada kulit, umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit, atau sebagai pelindung (Lachmann et al, 2008). Sediaan gel memiliki keuntungan diantaranya sangat baik dipakai untuk area berambut, tidak lengket, kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, efek dingin karena impermeable terhadap air dan pelepasan obat yang baik (Panjaitan, dkk., 2012, Lachman et al, 2008; Voight, 1994). Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat adanya analogi antara khasiat dari daun kembang sepatu dan lingkungan lembab yang kondusif untuk luka dengan sediaan gel. Peneliti ingin membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara sediaan gel ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) terhadap proses penyebuhan luka pada hewan coba tikus putih galur wistar sebagai model diabetes mellitus melalui identifikasi waktu penyembuhan luka yang dihitung dalam hitungan hari.

7 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian adalah Apakah terdapat pengaruh sediaan gel ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) terhadap waktu penyembuhan luka pada tikus putih galur wistar dengan diabetes mellitus? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh sediaan gel ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) terhadap waktu penyembuhan luka pada tikus putih galur wistar dengan diabetes mellitus. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dan menganalisis waktu penyembuhan luka pada kelompok I yang diberikan gel ekstrak daun kembang sepatu pada tikus putih galur wistar dengan diabetes mellitus. b. Mengidentifikasi dan menganalisis waktu penyembuhan luka pada kelompok II yang diberikan gel plasebo pada tikus putih galur wistar dengan diabetes mellitus. c. Menganalisis perbedaan waktu penyembuhan luka antar kelompok pada tikus putih galur wistar. d. Menganalisis pengaruh sediaan gel ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) terhadap waktu penyembuhan luka pada tikus putih galur wistar dengan diabetes mellitus.

8 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan terutama keperawatan medikal bedah dalam perawatan luka diabetes melalui pendekatan konsep moist wound dengan sediaan gel daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) terhadap proses penyembuhan luka diabetes. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di lapangan antara lain: a. Digunakan penelitian selanjutnya sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan riset lanjutan ke tingkat yang lebih tinggi tentang efektivitas daun kembang sepatu sebagai aternatif perawatan luka dengan konsep moist wound yang dikombinasikan dengan produk alam dan konsep antioksidan dalam penatalaksanaan luka diabetes. b. Digunakan oleh masyarakat sebagai acuan pemanfaatan daun kembang sepatu sebagai alternatif dalam penanganan luka diabetes secara efektif dan efesien.