BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

DATA POSYANDU DESA Jumlah seluruh balita di wilayah Jumlah seluruh balita di posyandu. Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses. sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan wahana pemberdayaan

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

SISTEM STUDI TENTANG. Disusun Oleh SRI III GIZI FAKULTAS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya tingkat partisipasi anak balita (bawah lima tahun) ke posyandu (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data laporan tahunan cakupan penimbangan anak balita dalam empat tahun terakhir menjadi permasalahan yang cukup serius dan perlu dicarikan jalan keluarnya. Banyak faktor yang mungkin menjadi sumber penyebab dari permasalahan tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar sesungguhnya tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu dilakukan penelitian awal pada salah satu posyandu (posyandu Banjar Mantring) dengan jumlah sampel 20 anak balita dan didapatkan hasil tingkat partisipasinya dalam satu tahun terakhir sebesar 43%. Tingkat partisipasi ini tentunya masih rendah dari yang diharapkan. Hasil survey alasan dari ibu balita tidak menimbang anaknya keposyandu yang pernah dilaksanakan tahun 2010 terhadap 47 ibu balita, ditemukan beberapa alasan yaitu karena kesibukan (36,4%), kurang informasi pelaksanaan posyandu atau lupa dengan jadwal posyandu (31,8%), ibu merasa anak balitanya sudah tidak perlu ditimbang lagi karena tidak penting dan tidak mendapatkan imunisasi (30%), anak masih bersekolah pada saat pelaksanaan posyandu (20%), tidak ada pengobatan dan pelayanan imunisasi di posyandu (13,6%), anak balitanya sakit (13,6%) dan tidak rutinnya pemberian makanan tambahan (PMT) yang diberikan diposyandu (35%) (Sri dkk, 2010).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, mendapatkan data cakupan penimbangan anak balita di posyandu (anak pernah ditimbang di posyandu sekurang-kurangnnya satu kali selama sebulan terakhir) secara nasional sebesar 74,5 persen sedangkan yang tidak ditimbang hanya 25,5 persen. Frekuensi kunjungan anak balita ke posyandu semakin berkurang dengan semakin meningkatnya umur anak. Sebagai gambaran proporsi anak 6-11 bulan yang ditimbang di posyandu 91,3 persen, anak usia 12-23 bulan turun menjadi 83,6 persen, dan pada usia 24-35 bulan turun menjadi 73,3 persen (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007). Cakupan penimbangan anak balita di Provinsi Bali pada tahun 2010 menunjukkan, anak balita yang ditimbang ke posyandu adalah sebesar 85,4 persen (Dikes Bali, 2010). Sedangkan di Kabupaten Gianyar, cakupan anak balita yang ditimbang ke posyandu tahun 2010 adalah sebesar 73,8 persen. Dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar, besarnya cakupan penimbangan anak balita di posyandu setiap tahunnya berfluktuatif. Cakupan penimbangan anak balita tertinggi tahun 2007-2010 berada di wilayah Kecamatan Payangan dan terendah di Kecamatan Tampaksiring (Bidang SDM Dikes Gianyar, 2010). Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Tampaksiring I tahun 2010 menunjukkan, cakupan anak balita yang ditimbang di posyandu sebesar 63,5 persen. Kelompok umur anak yang ditimbang di posyandu menunjukkan 82,3 persen berumur antara 0-11 bulan, 71,5 persen berumur 12-23 bulan dan 50,1 persen berusia 24-59 bulan. Data cakupan anak balita yang ditimbang di posyandu dalam tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa penimbangan anak balita ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I masih rendah (target 80%), yaitu tahun 2007 cakupan anak balita yang ditimbang di posyandu adalah 59,5 persen, tahun 2008 adalah 57,9 persen dan tahun 2009 adalah 63,6 persen. Posyandu sebagai salah satu program yang berbasis masyarakat dengan berbagai kegiatannya diharapakan mampu memantau pertumbuhan dan perkembangan anak serta berbagai permasalahan kesehatan terutama masalah gizi kurang dan gizi buruk serta mempercepat menurunkan angka kematian anak sesuai dengan yang dicanangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) yaitu dari 97 per 1000 kelahiran hidup tahun 1990 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup tahun 2015. Data kematian anak (bayi dan balita) sampai tahun 2007 sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup (Stalker, 2008). Manfaat penimbangan anak balita ke posyandu dilihat dari kegiatan bulanan posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), memberi konseling gizi, memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar (pemberian imunisasi, kapsul vitamin A dan pengobatan). Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita dilakukan penimbangan balita setiap bulan dan hasilnya dicatat dalam KMS sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dilihat perkembangan pertumbuhan anak tersebut naik, tetap atau turun. Dengan dilakukannya penimbangan anak balita setiap bulannya di posyandu dapat dinilai apakah pertumbuhan badannya normal atau mengalami gangguan pertumbuhan (Depkes RI, 2006).

Rendahnya partisipasi anak balita dalam kegiatan posyandu tentunya mengakibatkan banyak anak yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terpantau oleh petugas kesehatan sehingga banyak permasalahan gizi terutama gizi kurang tidak terpantau dan tertangani sejak dini yang berakibat keadaannya menjadi bertambah buruk menjadi kesus gizi buruk. Informasi dari petugas Gizi puskesmas menyebutkan bahwa prevalensi kasus gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I masih cukup tinggi (gizi kurang 2,26% dan gizi buruk 0,34 %). Jumlah kasus ini diperkirakan hanya sebagian kecil dari sekian banyak kasus yang sebenarnya mungkin terjadi di masyarakat (kasus fenomena gunung es) (Adisasmita, 2007). Permasalahan terkait dengan rendahnya partisipasi anak balita dalam kegiatan posyandu seperti yang terjadi di Puskesmas Tampaksiring I juga terjadi di beberapa tempat lainnya. Beberapa penelitian pernah dilakukan di tempat lain untuk mengetahui faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi ibu membawa anaknya ke posyandu. Pradianto (1989) dalam penelitiannya menyimpulkan, status pekerjaan dan persepsi ibu tentang kegiatan posyandu merupakan faktor yang memudahkan ibu untuk menimbang anaknya ke posyandu dan faktor pendapatan keluarga serta tersedianya jaminan kesehatan bukan merupakan faktor pendorong untuk menggunakan posyandu bahkan memungkinkan ibu untuk memilih fasilitas lain selain posyandu. Penelitian Hutagalung (1992) menunjukkan bahwa faktor individu (pengetahuan ibu dan sikap ibu), faktor posyandu (kelengkapan posyandu, pelayanan posyandu dan supervisi petugas kesehatan) dan faktor masyarakat (partisipasi tokoh masyarakat dan pembinaan

oleh kader) mempengaruhi perilaku ibu menimbang anaknya ke posyandu. Thaha (1990), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perilaku petugas kesehatan mampu mempengaruhi peningkatan pada praktek ibu menimbang anak ke posyandu. Harahap (2011), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional, instrument dan informasi dari keluarga, kader dan petugas kesehatan terhadap partisipasi ibu balita ke posyandu. Mengacu dari permasalahan tersebut diatas, dengan mempertimbangkan hasil penelitian awal, penelitian sejenis ditempat lain dan pertimbangan keterbatasan peneliti maka penelitian ini hanya meneliti beberapa faktor yang diprediksi berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I yaitu faktor sosiodemografi ibu yang meliputi pengetahuan ibu tentang posyandu, persepsi ibu mengenai manfaat ke posyandu, dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dukungan kader, dukungan petugas kesehatan dan faktor mutu layanan posyandu. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah anak yang berumur dibawah dua tahun (0-23 bulan), dengan asumsi bahwa pada umur anak tersebut terdapat variasi tingkat partisipasi di posyandu dan anak pada usia tersebut aktivitasnya masih masih terbatas dan pengasuhannya melekat dengan ibu. Sedangkan yang menjadi responden adalah pengasuhnya (ibu).

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah mengenai hubungan sosiodemografi ibu dan mutu layanan posyandu dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu sebagai berikut : 1. Apakah pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar? 2. Apakah persepsi ibu mengenai manfaat ke posyandu berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar? 3. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar? 4. Apakah dukungan tokoh masyarakat berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar? 5. Apakah dukungan kader posyandu berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar? 6. Apakah dukungan petugas kesehatan berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar?

7. Apakah mutu layanan posyandu berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi ibu dan mutu layanan posyandu dengan tingkat kehadiran ibu dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Hubungan pengetahuan ibu dengan tingkat tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 2. Hubungan persepsi ibu mengenai manfaat ke posyandu dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 3. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 4. Hubungan dukungan tokoh masyarakat dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 5. Hubungan dukungan kader dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar.

6. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 7. Hubungan mutu layanan posyandu dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan penimbangan di posyandu. 2. Menjadi acuan oleh peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut 3. Menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa untuk melatih kemampuan berkomunikasi dan meningkatkan kepekaan terhadap permasalahan kesehatan di masyarakat. 1.4.1. Manfaat Praktis 1.4.2.1.Bagi puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan kepada manajemen puskesmas dan pemegang program posyandu mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anak ke posyandu sehingga puskesmas bisa lebih terfokus dalam melakukan pembinaan dan perbaikan terhadap hal-hal yang masih kurang terkait dengan program posyandu yang sudah berjalan dalam

upaya untuk meningkatkan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan penimbangan di posyandu. 1.4.1.1. Bagi masyarakat Masyarakat khususnya yang mempunyai anak balita akan mendapatkan pelayanan posyandu yang lebih baik dari aspek pelayanan oleh petugas posyandu maupun aspek layanan yang diberikan di posyandu.