BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa yang baik adalah pembelajaran yang mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa mampu menguasai pembelajaran yang diberikan sesuai dengan harapan. Sehingga target pembelajaran bahasa mengenai keterampilan berbahasa dapat tercapai. Menurut Tarigan (2008:1) keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: (1) keterampilan menyimak (listening skills);(2) keterampilan berbicara (listening skills); (3) keterampilan membaca (reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writing skills). Pembelajaran bahasa di dibagi menjadi empat keterampilan yaitu membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Empat keterampilan berbahasa tersebut dibagi lagi menjadi dua yaitu keterampilan yang bersifat reseptif dan keterampilan yang bersifat produktif. Keterampilan yang bersifat reseptif adalah keterampilan membaca dan menyimak. Sedangkan keterampilan yang bersifat produktif adalah keterampilan menulis dan berbicara. Menulis merupakan salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Javed, Juan & Nazli (2013:130) reading and listening are considered receptive skills whereas speaking and writing are known as productive skills. Writing is one of the four basic skills. Empat keterampilan tersebut disisipkan pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. Dalam setiap kompetensi keterampilan tersebut siswa harus mencapai batas kriteria target ketuntasan minimal dalam belajar. Kenyataan di lapangan masih ada keterampilan yang belum mencapai target yang ditentukan. Keterampilan yang perlu ditingkatkan adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Menulis dianggap kompleks karena dalam menulis banyak hal- 1
2 hal yang harus diperhatikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis diantaranya;tema, bahasa, ejaan, keterkaitan antarparagraf dan kalimat. Adanya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis sehingga keterampilan menulis dianggap keterampilan yang rumit. Maka tidak berlebihan jika Akhadiah, dkk (2012:2) mengatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Menurut Alex dan Achmad (2011:106), menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Siswa diberikan pembelajaran menulis agar siswa mampu menciptakan suatu catatan yang berisi informasi melalui media aksara. Informasi yang diciptakan siswa dapat dituangkan dalam berbagai macam teks yang telah ditentukan dalam kurikulum 2013. Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 mempelajari teks yang berbeda-beda pada setiap KD yang telah ditetapkan di kurikulum 2013. Teks-teks tersebut terbagi pada kompetensi-kompetensi yang tertuang dalam silabus. Salah satu kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai dalam pelajaran bahasa Indonesia menurut kurikulum 2013 untuk siswa kelas X SMK adalah menulis teks anekdot. Penelitian ini didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa keaktifan siswa selama pembelajaran masih rendah yaitu hanya 46,67% atau 14 siswa yang aktif selama pembelajaran. Hal tersebut data dilihat berdasarkan indikator berikut:siswa belum sepenuhnya turut serta dalam mengikuti pembelajaran, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal, melatih diri memecahkan soal, dan menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas. Permasalahan lain selain keaktifan siswa adalah kemampuan menulis siswa kelas X TM B, SMK Negeri 5 Surakarta rendah dibandingkan kelas lainnya. Hal ini tampak pada ketuntasan siswa yang rendah yaitu hanya sebesar 36,7% siswa memiliki nilai menulis mencapai KKM yaitu 67. Sedangkan 63,3% siswa
3 memiliki nilai menulis dibawah KKM. Kemampuan menulis siswa yang masih rendah dapat dilihat berdasarkan hal berikut: isi teks yang kurang tuntas serta relevan, organisasi yang tidak lancar, pemanfaatan kosakata yang digunakan belum maksimal, kontruksi kalimat yang dibuat belum sesuai struktur kalimat yang benar, dan penggunaan ejaan yang belum benar. Permasalahan diatas muncul dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi atau monoton sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Model pembelajaran yang menarik dapat membuat siswa tertarik terhadap pembelajaran menulis. Model pembelajaran yang menarik adalah model pembelajaran mencari pasangan (Make a Match). Model pembelajaran make a match adalah model yang sesuai digunakan untuk siswa yang gemar bermain seperti anak SMK yang sebagian besar laki-laki tidak suka pembelajaran yang terlalu serius. Mereka lebih senang pembelajaran yang santai dan diselingi dengan permainan namun materi tetap mereka dapatkan. Menurut Shoimin (2014:98), pelaksanaan model make a match harus didikung dengan keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut. Dengan penerapan model pembelajaran tersebut mereka akan merasa belajar tidak seberat biasanya sehingga seluruh siswa akan aktif mencari pasangan kartu jawaban atau pertanyaaan. Sehubungan dengan hal itu penelitian Penelitian oleh Andrie Dwie Widiyaka dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Melalui Model Kooperatif Tipe Make a Match pada Siswa Kelas IV SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan keterampilan menulis pantun pada siswa dilihat dari ketuntasan siswa sebelum tindakan sebesar 43,75%. Setelah siklus I menjadi 75% dan setelah siklus II ketuntasan siswa mencapai 100%. Berdasarkan hal tersebut dimungkinkan bahwa
4 model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan keterampilan menulis teks lain seperti teks anekdot. Penelitian lain dilakukan oleh Winarni dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. Dari penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga yaitu pada siklus I ketuntasan siswa sebesar 33%, pada siklus II ketuntasan siswa meningkat menjadi 65%, dan pada siklus 3 ketuntasan meningkat menjadi 89%. Berdasarkan hal tersebut dimungkinkan bahwa model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan keterampilan menulis teks lain seperti teks anekdot. Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan, peneliti akan meneliti penggunaan model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis teks anekdot. Penelitian ini sama dengan penelitian diatas yaitu mengenai penggunaan model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan kemampuan menulis, perbedanya pada penelitian ini penulis akan meneliti apakah model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis anekdot pada siswa. Berdasarkan uraian di atas judul yang akan diangkat Peningkatan Keaktifan dan Kemampuan Menulis Teks Anekdot dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match pada Siswa Kelas X TM B SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Apakah penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X TM B SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2015/2016 dalam pembelajaran menulis teks anekdot?
5 2. Apakah penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot pada siswa kelas X TM B SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan keaktifan siswa kelas X TM B SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2015/2016 dalam pembelajaran menulis teks anekdot dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match. 2. Meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X TM B SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2015/2016 dengan dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Memberikan kajian tentang pelaksanaan dan penggunaan model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis teks anekdot. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Guru 1) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas; 2) Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran inovatif; 3) Meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran. b. Manfaat bagi Siswa 1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks anekdot; 2) Meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa;
6 3) Meningkatkan pemahaman siswa mengenai pembelajaran menulis khususnya menulis teks anekdot; 4) Meningkatkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas; c. Manfaat bagi Sekolah : 1) Meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar; 2) Meningkatkan perbaikan dan keberhasilan dalam pembelajaran menulis teks anekdot menggunakan model pembelajaran yang inovatif. d. Manfaat bagi Peneliti : 1) Meningkatkan hubungan baik antara peneliti dan sekolah; 2) Meningkatkan wawasan tentang pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah serta kondisi nyata yang terjadi dalam proses pembelajaran.