2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. karangan terutama karangan narasi. Data yang diperoleh juga menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik yang sudah lalu maupun yang terbaru. Teks berita adalah naskah

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

KEEFEKTIFAN STRATEGI INKUIRI YURISPRUDENSIAL DENGAN MEDIA TAYANGAN BERITA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Shinta Rizki N, 2013

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrasa lisan dalam kontek bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

2015 PENERAPAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; 3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; 6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Cahyani, 2012, hlm. 154). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa agar dapat berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis. Empat aspek keterampilan berbahasa dalam pelajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Aspek keterampilan berbahasa tersebut meliputi, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Nurgiyantoro (2001, hlm. 296), menulis merupakan kemampuan yang lebih sulit dikuasai dibandingkan tiga kemampuan lain, yaitu menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis harus senantiasa dimiliki oleh setiap siswa. Kegiatan menulis merupakan kegiatan produktif yang menjadikan siswa tidak hanya menjadi penerima informasi melainkan pemberi informasi. Selain itu, menurut Hairston (dalam Cahyani, 2012, hlm. 64) kemampuan menulis bagi siswa memiliki fungsi sebagai: a) sarana untuk menemukan sesuatu dengan cara merangsang pemikiran untuk mengangkat ide yang ada di alam bawah sadar otak; b) memunculkan ide baru setelah melihat keterkaitan antaride secara keseluruhan; c) mengorganisasi ide dalam bentuk tulisan yang padu; d) melatih sikap objektif; e) membantu menyerap dan memproses informasi; f) berlatih memecahkan masalah; g) menjadi ilmuwan. 1

2 Zaman yang semakin berkembang menuntut siswa harus sadar akan pentingnya budaya menulis. Melalui kegiatan menulis, gagasan-gagasan yang ada dalam pikirannya tidak hanya menjadi pengetahuan bagi dirinya melainkan dapat dibagikan kepada orang lain. Keterampilan menulis akan bermanfaat bagi siswa untuk mempermudah dalam menyelesaikan tugas-tugas, bahkan menulis dapat berorientasi pada dunia kerja jika siswa sadar akan pentingnya menulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyani (2012, hlm. 65) yang menyatakan bahwa kemampuan menulis selain tinggi penggunaannya juga dapat memberikan kontribusi bagi siswa baik dalam pengembangan potensi diri maupun bagi pemerolehan komersial. Banyak media yang memberi ruang bagi siswa untuk menampung hasil tulisannya. Hal tersebut memberi kesempatan bagi siswa bahwa menulis bukan lagi sekadar kebutuhan melainkan keharusan. Namun, walaupun tuntutan menulis merupakan sebuah keharusan, kenyataanya masih banyak siswa yang kurang mampu dalam menulis. Kegiatan menulis tidak serta merta menulis di atas kertas. Menulis membutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai suatu topik yang akan disampaikan. Pada umumnya siswa kurang mampu dalam hal mengorganisasikan ide, menata bahasa secara efektif, dan menempatkan kosakata yang tepat, serta menggunakan mekanisme tulisan (Cahyani, 2012, hlm. 63). Penelitian mengenai pembelajaran menulis telah banyak dilakukan. Berbagai metode telah banyak diterapkan agar siswa dapat menulis dengan baik. Pada kenyataannya, kegiatan menulis masih dianggap sebagai pembelajaran yang sulit. Kemampuan menulis bukan hanya sekadar menulis teori, melainkan praktik. Belajar menulis bukan belajar mengenai konsep tetapi aplikasi dari pengembangan konsep-konsep. Permasalahan pendidikan yang selama ini terjadi di Indonesia adalah proses belajar mengajar yang hanya mengemukakan konsepkonsep, bahkan hapalan. Proses belajar mengajar yang banyak dilakukan adalah model pembelajaran ceramah dengan cara komunikasi satu arah. Kegiatan pembelajaran hampir didominasi oleh guru. Siswa biasanya hanya memfungsikan daya ingatannya melalui indera penglihatan dan pendengarannya. Pengenalan konsep bukan berarti tidak diperlukan. Akan tetapi, yang terjadi pada umumnya

3 hanya sampai sebatas pada pengertian, tanpa dilanjutkan pada aplikasi (Kosasih, 2012, hlm. 20). Menurut Sasmito (2010) rendahnya kemampuan menulis disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan siswa. Siswa kurang antusias dalam pembelajaran menulis dan guru masih mengalami kesulitan dalam mengajarkan tentang penulisan berita. Pengembangan kemampuan menulis menyita waktu yang cukup banyak di kelas sehingga kegiatan-kegiatan rutin dalam kelas harus dimodifikasi agar siswa mendapat kesempatan untuk bekerja sama dalam menulis (Ghazali, 2010, hlm. 336). Kesulitan siswa dalam menulis tidak hanya ditemukan dalam menulis fiksi, melainkan teks nonfiksi, khususnya dalam menulis teks berita. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih ada kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita. Masih banyak siswa yang mengeluh karena kesulitan untuk memulai menulis berita. Selain itu, pengadaan sarana dan penerapan metode pengajaran yang kurang kreatif merupakan kendala utama. Hal ini menyebabkan rasa bosan pada diri siswa (Dianstiti, dkk., 2012, hlm. 176). Problematika menulis senantiasa berpangkal dari metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Menurut Cahyani (2012, hlm. 66) metode pembelajaran menulis di sekolah masih menggunakan metode tugas yang dapat menyebabkan siswa merasa bosan dengan teknik belajar yang demikian. Selain itu, model pembelajaran yang konservatif dan tradisional harus diubah. Menulis bukan belajar teori melainkan membangkitkan inspirasi, gagasan, kegiatan meneliti, dan menerapkannya dalam bentuk pengalaman. Dengan demikian, dibutuhkan pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran menulis. Melalui model tersebut diharapkan siswa tidak lagi menemukan kesulitan dan rasa bosan dalam pembelajaran menulis. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengujicobakan sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran yang peneliti ajukan adalah model experiential learning. Model experiential learning memudahkan siswa dalam menuangkan pengetahuan yang diperolehnya. Siswa diajak terjun ke lapangan untuk memeroleh pengalaman dan menuangkan hasil pengalamannya

4 dalam bentuk tulisan. Siswa harus terbiasa dengan lingkungan sebagai sarana belajar. Model experiential learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja tetapi memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman tersebut merupakan suatu kenyataan hidup yang dapat menjadi renungan, bahan perbandingan, dan pengetahuan bagi orang lain apabila pengalaman itu dituliskan (Cahyani, 2012, hlm. 174). Penelitian terkait dengan model experiential learning pernah dilakukan oleh Pangelista (2011) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Model Experiential Learning pada Siswa Kelas X-F SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model experiential learning. Triansyah (2013) dalam skripsinya yang berjudul Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Bandung, penelitiannya menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes awal pada kelas eksperimen adalah 42,21, sedangkan tes akhir mendapatkan nilai 64,06. Sementara itu, nilai rata-rata tes awal pada kelas kontrol adalah 33,90, sedangkan tes akhir diperoleh nilai 42,03. Dengan demikian, metode experiential learning terbukti efektif untuk digunakan pada pembelajaran menulis puisi. Purnami dan Rohayati (2013) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Implementasi Metode Experiential Learning dalam Pengembangan Softskills Mahasiswa yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen, dan Bisnis. Dalam penelitiannya diperoleh simpulan bahwa pengembangan softskills dengan metode experiential learning dapat dijadikan sebagai fasilitator yang mempermudah dan membantu siswa untuk belajar melalui apa yang dialaminya. Oleh karena itu, metode experiential learning sangat sesuai diterapkan dalam proses pembelajaran. Juwita (2014) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 19 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014), menyatakan bahwa setelah mengikuti proses pembelajaran menulis

5 deskripsi dengan menggunakan model experiential learning siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus ke I nilai rata-rata siswa adalah 61,21, pada siklus ke II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 70,04, namun belum mencapai KKM. Pada siklus ke III nilai rata-rata siswa meningkat dan melebihi KKM menjadi 81,98. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu menulis karangan deskripsi dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan model experiential learning karena model tersebut dapat memicu siswa untuk menarik pengetahuan dan keterampilannya dari pengalaman. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Experiential Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita (Penelitian Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan dalam latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. (1) Bagaimana profil pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model experiential learning? (2) Bagaimana proses pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model experiential learning? (3) Apakah terdapat perbedaan antara hasil kemampuan menulis teks berita siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model experiential learning dengan siswa kelas pembanding yang tanpa menggunakan model experiential learning? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut. (1) Profil pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model experiential learning. (2) Proses pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model experiential learning.

6 (3) Perbedaan antara hasil kemampuan menulis teks berita siswa pada kelas ekperimen yang menggunakan model experiential learning dengan siswa kelas pembanding yang tanpa menggunakan model experiential learning. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat yang dapat dirasakan baik oleh peneliti maupun pihak-pihak lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif atau rujukan dalam pemilihan dan pengembangan model pembelajaran menulis teks berita. (2) Bagi siswa, dengan model ini siswa mendapatkan pengajaran yang tepat dalam pembelajaran menulis teks berita sehingga siswa dapat menulis teks berita dengan baik. Experiential learning membantu siswa dalam menumbuhkan ide atau gagasan dari pengalaman yang didapatnya kemudian menuangkannya ke dalam bentuk teks berita. (3) Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan, khususnya model yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. (4) Bagi pembaca, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penelitian dalam bidang nonfiksi dan dapat dijadikan sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan dalam mengembangkan keterampilan menulis teks berita. E. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi yang berjudul Penerapan Model Experiential Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015) ini terdiri dari lima bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab kedua yaitu kajian pustaka yang berisi ihwal model experiential learning, pembelajaran menulis teks berita, pembelajaran menulis teks berita dalam KTSP 2006, penelitian-penelitian terdahulu, anggapan

7 dasar, hipotesis, dan kerangka berpikir. Semua komponen tersebut berkaitan dengan penelitian. Bab tiga yaitu metode penelitian yang mencakup metode dan desain penelitian, partisipan, definisi operasional, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data. Bab empat yaitu temuan dan pembahasan, dan bab lima merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran. Pada bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran. Bab I Pendahuluan, latar belakang masalah penelitian berisi ulasan-ulasan ideal mengenai kemampuan menulis, kesulitan dalam menulis teks berita, kesenjangan antara harapan dan kenyataan, pemberian solusi dengan memberikan sebuah model experiential learning, serta ketertarikan peneliti dalam mengadakan penelitian. Rumusan masalah merupakan permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal yang tercantum dalam rumusan masalah. Manfaat penelitian mengungkapkan bahwa penelitian ini memiliki manfaat khususnya baik secara teoretis maupun praktis dalam pembelajaran menulis teks berita. Struktur organisasi berisi gambaran keseluruhan penelitian. Bab II Kajian Pustaka/Landasan Teoretis (Model Experiential Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita), pada bab ini diuraikan tentang teoriteori yang berkaitan dengan judul skripsi. Bab dua menjelaskan setiap variabel dalam penelitian dan melihat penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kontribusi dalam penelitian ini. Bab kedua merupakan kajian mengenai teori dan menjadi acuan penelitian. Bab III Metodologi Penelitian, menjelaskan metode dan desain penelitian (menjelaskan eksperimen kuasi), partisipan yang terlibat dalam penelitian, penentuan populasi dan sampel dari partisipan yang terlibat dalam penelitian, definisi operasional, instrumen yang digunakan dalam penelitian, prosedur penelitian (langkah-langkah penelitian), teknik pengumpulan, dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menjawab setiap rumusan masalah dan hasil dari penelitian. Deskripsi proses pelaksanaan penelitian, deskripsi data hasil penelitian (analisis data tes dan analisis data nontes), analisis data kuantitatif (uji reliabilitas antarpenimbang, uji normalitas, uji homogenitas,

8 uji hipotesis), dan pembahasan hasil penelitian. Bab ini merupakan inti dari sebuah penelitian dilakukan. Pada bab V Simpulan dan Saran. Simpulan adalah hasil penelitian untuk melihat efektivitas dari model experiential learning yang peneliti ajukan. Saran merupakan pendapat atau anjuran yang dikemukakan sebagai bahan pertimbangan. Pada bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka merupakan hal yang penting sebagai rujukan peneliti dalam memeroleh bahan-bahan tambahan dalam penelitian.