BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan.

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KOORDlNASl PENANAMAN MODAL REPUBUK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36. TAHUN TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

2 c. bahwa penataan organisasi dan tata kerja di lingkungan Badan Kepegawaian Negara telah disetujui oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Re

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Tugas Dan Fungsi. Sekretariat Jenderal. Dewan Energi Nasional.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I

- 1 - PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 13/MENHUT-II/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

PERATURAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tamb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 86 / HUK / 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*) Perubahan Pertama **) Perubahan Kedua

2016, No Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2014 tentang Dokter Kepresidenan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 91); 4. Per

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 14 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan P

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Konservasi. Borobudur. Organisasi. Tata Kerja.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA GALERI NASIONAL INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP 03 TAHUN 2009 TENTANG

2017, No Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Mengingat : 1. Peratura

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

2014, No Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 133/PMK.01/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMITE PENGAWAS PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI KONSERVASI BOROBUDUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 130 TAHUN 2003

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

2018, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Kelas Jabatan di Lingkungan

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2009 BKPM. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR: 4/P/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 90/SK/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Badan Koordinasi Penanaman Modal yang semakin meningkat secara kuantitas, kualitas dan kompleksitas, dipandang perlu menyesuaikan beberapa ketentuan di dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dipandang perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal;

2009, No.59 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); Memperhatikan : 1. 2. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1981 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2004; 3. Keputusan Presiden Nomor 78/M Tahun 2005; 4. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Surat Nomor B/2491/M.PAN/10/2007 tanggal 9 Oktober 2007; 2. Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Surat Nomor B/1199/M.PAN/3/2009 tanggal 31 Maret 2009. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 90/SK/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal, diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan BAB V Bagian Keempat diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

3 2009, No.59 Bagian Keempat Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat dan Tata Usaha Pimpinan Pasal 23 Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat dan Tata Usaha Pimpinan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, analisis, penyusunan, dan dokumentasi peraturan perundang-undangan serta urusan hubungan masyarakat, urusan keprotokolan dan ketatausahaan pimpinan. Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 23, Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat dan Tata Usaha Pimpinan menyelenggarakan fungsi: a. pengkajian, analisis, penyusunan, dan dokumentasi peraturan perundangundangan serta ratifikasi perjanjian internasional di bidang penanaman modal; b. pelaksanaan hubungan kelembagaan, peliputan dan hubungan media massa; c. pelaksanaan urusan keprotokolan dan ketatausahaan pimpinan. Pasal 25 Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Mayarakat dan Tata Usaha Pimpinan terdiri dari: a. Bagian Peraturan Perundang-Undangan; b. Bagian Hubungan Masyarakat; c. Bagian Protokol dan Tata Usaha Pimpinan. Pasal 26 Bagian Peraturan Perundang-Undangan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, analisis, penyusunan, dan dokumentasi peraturan perundangundangan serta ratifikasi perjanjian internasional di bidang penanaman modal. Pasal 27 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Bagian Peraturan Perundang-Undangan menyelenggarakan fungsi:

2009, No.59 4 a. penyiapan bahan pengkajian peraturan perundang-undangan; b. analisis dan penyiapan bahan penyusunan peraturan perundangundangan; c. penyiapan bahan ratifikasi perjanjian internasional di bidang penanaman modal; d. pendokumentasian dan pemutakhiran peraturan perundang-undangan; e. pendistribusian peraturan perundang-undangan penanaman modal dan peraturan lainnya. Pasal 28 Bagian Peraturan Perundang-Undangan terdiri dari: a. Subbagian Peraturan Penanaman Modal; b. Subbagian Peraturan Lainnya; c. Subbagian Dokumentasi Peraturan. Pasal 29 (1) Subbagian Peraturan Penanaman Modal mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengkajian, analisis dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta ratifikasi perjanjian internasional di bidang penanaman modal. (2) Subbagian Peraturan Lainnya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengkajian dan analisis peraturan perundang-undangan lainnya. (3) Subbagian Dokumentasi Peraturan mempunyai tugas melakukan pendokumentasian dan pemutakhiran serta pendistribusian peraturan perundang-undangan. Pasal 30 Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan hubungan kelembagaan, peliputan dan hubungan media massa. Pasal 31 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Bagian Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan hubungan kelembagaan; b. pelaksanaan peliputan, perekaman, publikasi dan hubungan media massa.

5 2009, No.59 Pasal 32 Bagian Hubungan Masyarakat terdiri dari: a. Subbagian Hubungan Kelembagaan; b. Subbagian Peliputan dan Hubungan Media Massa. Pasal 33 (1) Subbagian Hubungan Kelembagaan mempunyai tugas melakukan urusan hubungan kelembagaan. (2) Subbagian Peliputan dan Hubungan Media Massa mempunyai tugas melakukan peliputan, perekaman, publikasi dan hubungan media massa. Pasal 34 Bagian Protokol dan Tata Usaha Pimpinan mempunyai tugas melaksanakan urusan keprotokolan dan ketatausahaan pimpinan. Pasal 35 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Bagian Protokol dan Tata Usaha Pimpinan menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan urusan keprotokolan; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan pimpinan. Pasal 36 Bagian Protokol dan Tata Usaha Pimpinan terdiri dari: a. Subbagian Protokol; b. Subbagian Tata Usaha Pimpinan. Pasal 37 (1) Subbagian Protokol mempunyai tugas melakukan urusan keprotokolan. (2) Subbagian Tata Usaha Pimpinan mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan pimpinan. 2. Ketentuan Pasal 41 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 41 Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan, penggandaan, kearsipan dan perpustakaan. 3. Ketentuan Pasal 42 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

2009, No.59 6 Pasal 42 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 41, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan urusan persuratan, dokumen dan penggandaan; b. pelaksanaan urusan kearsipan dan pengelolaan perpustakaan. 4. Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Bagian Tata Usaha terdiri dari: Pasal 43 a. Subbagian Persuratan dan Dokumen; b. Subbagian Arsip dan Perpustakaan. 5. Ketentuan Pasal 44 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 44 (1) Subbagian Persuratan dan Dokumen mempunyai tugas melakukan urusan persuratan dokumen, dan penggandaan. (2) Subbagian Arsip dan Perpustakaan mempunyai tugas melakukan urusan kearsipan dan pengelolaan perpustakaan. 6. Ketentuan Pasal 212 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 212 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana Pasal 211, Direktorat Kerjasama Bilateral dan Multilateral menyelenggarakan fungsi: a. analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral; b. analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama multilateral. 7. Ketentuan Pasal 213 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 213 Direktorat Kerjasama Bilateral dan Multilateral terdiri dari: a. Subdirektorat Kerjasama Bilateral Wilayah Amerika dan Eropa; b. Subdirektorat Kerjasama Bilateral Wilayah Asia, Pasifik dan Afrika; c. Subdirektorat Kerjasama Multilateral. 8. Ketentuan Pasal 214 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

7 2009, No.59 Pasal 214 Subdirektorat Kerjasama Bilateral Wilayah Amerika dan Eropa mempunyai tugas melaksanakan analisis penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Amerika dan Eropa di bidang penanaman modal. 9. Ketentuan Pasal 215 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 215 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 214, Subdirektorat Kerjasama Bilateral Wilayah Amerika dan Eropa menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Amerika; b. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Eropa. 10. Ketentuan Pasal 216 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 216 Subdirektorat Kerjasama Bilateral Wilayah Amerika dan Eropa terdiri: a. Seksi Kerjasama Wilayah Amerika; b. Seksi Kerjasama Wilayah Eropa. 11. Ketentuan Pasal 217 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 217 (1) Seksi Kerjasama Wilayah Amerika mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Amerika di bidang penanaman modal. (2) Seksi Kerjasama Wilayah Eropa mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Eropa di bidang penanaman modal. 12. Diantara Pasal 217 dan 218 disisipkan 4 (empat) Pasal baru yaitu Pasal 217A, Pasal 217B, Pasal 217C dan Pasal 217D, sehingga berbunyi sebagai berikut :

2009, No.59 8 Pasal 217A Subdirektorat Kerjasama Bilateral Wilayah Asia, Pasifik dan Afrika mempunyai tugas melaksanakan analisis penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Asia, Pasifik dan Afrika di bidang penanaman modal. Pasal 217B Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217A, Subdirektorat Kerjasama Bilateral Wilayah Asia, Pasifik dan Afrika menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Asia; b. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Pasifik dan Afrika. Pasal 217C Subdirektorat Kerjasama Bilateral Wilayah Asia, Pasifik dan Afrika terdiri: a. Seksi Kerjasama Wilayah Asia; b. Seksi Kerjasama Wilayah Pasifik dan Afrika. Pasal 217D (1) Seksi Kerjasama Wilayah Asia mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Asia di bidang penanaman modal. (2) Seksi Kerjasama Wilayah Pasifik dan Afrika mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama bilateral wilayah Pasifik dan Afrika di bidang penanaman modal. 13. Ketentuan Pasal 223 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 223 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222, Direktorat Kerjasama Regional menyelenggarakan fungsi: a. analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama regional Association of Southeast Asian Nations (ASEAN);

9 2009, No.59 b. analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama subregional Association of Southeast Asian Nations (ASEAN); c. analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama intra kawasan. 14. Ketentuan Pasal 224 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 224 Direktorat Kerjasama Regional terdiri dari: a. Subdirektorat Kerjasama Regional ASEAN; b. Subdirektorat Kerjasama Subregional ASEAN; c. Subdirektorat Kerjasama Intra Kawasan. 15. Ketentuan Pasal 226 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 226 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 225, Subdirektorat Kerjasama Regional ASEAN menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama ASEAN; b. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama ASEAN Negara Mitra. 16. Ketentuan Pasal 227 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 227 Subdirektorat Kerjasama Regional ASEAN terdiri dari: a. Seksi Kerjasama ASEAN; b. Seksi Kerjasama ASEAN Negara Mitra. 17. Ketentuan Pasal 228 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 228 (1) Seksi Kerjasama ASEAN mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama ASEAN di bidang penanaman modal. (2) Seksi Kerjasama ASEAN Negara Mitra mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan

2009, No.59 10 penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama ASEAN Negara Mitra di bidang penanaman modal. 18. Diantara Pasal 228 dan Pasal 229 disisipkan 4 (empat) Pasal baru yaitu Pasal 228A, Pasal 228B, Pasal 228C dan Pasal 228D, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 228A Subdirektorat Kerjasama Subregional ASEAN mempunyai tugas melaksanakan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta koordinasi pelaksanaan kerjasama subregional ASEAN di bidang penanaman modal. Pasal 228B Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 228A, Subdirektorat Kerjasama Subregional ASEAN menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta koordinasi pelaksanaan kerjasama subregional ASEAN Wilayah Barat Indonesia; b. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta koordinasi pelaksanaan kerjasama subregional ASEAN Wilayah Timur Indonesia. Pasal 228C Subdirektorat Kerjasama Subregional ASEAN terdiri dari: a. Seksi Kerjasama Subregional ASEAN Wilayah Barat Indonesia; b. Seksi Kerjasama Subregional ASEAN Wilayah Timur Indonesia. Pasal 228D (1) Seksi Kerjasama Subregional ASEAN Wilayah Barat Indonesia mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama subregional ASEAN Wilayah Barat Indonesia di bidang penanaman modal. (2) Seksi Kerjasama Subregional ASEAN Wilayah Timur Indonesia mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama subregional ASEAN Wilayah Timur Indonesia di bidang penanaman modal. 19. Ketentuan Pasal 230 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

11 2009, No.59 Pasal 230 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 Subdirektorat Kerjasama Intra Kawasan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama Asia Pacific Economic Cooperation (APEC); b. penyiapan bahan analisis, penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama Asia Europe Meeting (ASEM) dan kawasan lainnya. 20. Ketentuan Pasal 231 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 231 Subdirektorat Kerjasama Intra Kawasan terdiri dari: a. Seksi Kerjasama APEC; b. Seksi Kerjasama ASEM dan Kawasan Lainnya. 21. Ketentuan Pasal 232 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 232 (1) Seksi Kerjasama APEC mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama APEC di bidang penaman modal. (2) Seksi Kerjasama ASEM dan Kawasan Lainnya mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan informasi untuk penyusunan kebijakan teknis dan penentuan posisi Indonesia serta pelaksanaan kerjasama ASEM dan kawasan lainnya di bidang penanaman modal. 22. Ketentuan Pasal 349 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 349 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 348, Pusdiklat menyelenggarakan fungsi: a. pengkajian kebutuhan, penyusunan program dan pengembangan kurikulum diklat; b. penyelenggaraan pelatihan struktural, fungsional, teknis dan administrasi bagi aparatur serta evaluasi pelaksanaan diklat; c. pelaksanaan urusan tata usaha. 23. Ketentuan Pasal 359 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

2009, No.59 12 Pasal 359 Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan administrasi persuratan dan kearsipan. 24. Diantara BAB XIV dan BAB XV disisipkan 1 (satu) bab baru yaitu BAB XIVA, sehingga berbunyi sebagai berikut : BAB XIVA PUSAT BANTUAN HUKUM Bagian Pertama Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 372A (1) Pusat Bantuan Hukum adalah unsur penunjang tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKPM dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Utama. (2) Pusat Bantuan Hukum dipimpin oleh Kepala Pusat. Pasal 372B Pusat Bantuan Hukum mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum serta penyelesaian kasus/sengketa di bidang penanaman modal. Pasal 372C Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 372B, Pusat Bantuan Hukum menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan rumusan pedoman dan prosedur pelayanan bantuan hukum; b. penyiapan koordinasi pelaksanaan bantuan hukum; c. pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum; d. penanganan permasalahan hukum dan penyelesaian kasus/sengketa; e. evaluasi pelaksanaan pelayanan bantuan hukum, arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. Pasal 372D Pusat Bantuan Hukum terdiri dari: a. Bidang Pelayanan Hukum; b. Bidang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa; c. Subbagian Tata Usaha.

13 2009, No.59 Pasal 372E Bidang Pelayanan Hukum mempunyai tugas melaksanakan penyiapan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian kasus Pidana, sengketa Tata Negara, sengketa Perdata dan sengketa Tata Usaha Negara di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya. Pasal 372F Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 372E, Bidang Pelayanan Hukum menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian kasus Pidana dan sengketa Tata Negara di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya; b. penyiapan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian sengketa Perdata dan sengketa Tata Usaha Negara di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya. Bidang Pelayanan Hukum terdiri dari: Pasal 372G a. Subbidang Pidana dan Tata Negara; b. Subbidang Perdata dan Tata Usaha Negara. Pasal 372H (1) Subbidang Pidana dan Tata Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian kasus Pidana dan sengketa Tata Negara di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya. (2) Subbidang Perdata dan Tata Usaha Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian sengketa Perdata dan sengketa Tata Usaha Negara di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya. Pasal 372I Bidang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai tugas melaksanakan penyiapan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan

2009, No.59 14 pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum penyelesaian sengketa melalui Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya. Pasal 372J Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 372I, Bidang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian sengketa melalui Arbitrase di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya; b. penyiapan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya. Pasal 372K Bidang Bantuan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa terdiri dari: a. Subbidang Arbitrase; b. Subbidang Alternatif Penyelesaian Sengketa. Pasal 372L (1) Subbidang Arbitrase mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian sengketa melalui Arbitrase di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya. (2) Subbidang Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan rumusan pedoman, prosedur, koordinasi dan pelaksanaan pemberian pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum, penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa di bidang penanaman modal serta evaluasi pelaksanaan tugas di bidangnya. Pasal 372M Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan di lingkungan Pusat Bantuan Hukum.

15 2009, No.59 Pasal II Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 April 2009 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEPALA, MUHAMMAD LUTFI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 April 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ANDI MATTALATTA