Keuangan mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini dapat. dilihat dari terus meningkatnya perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
A. PENDAHULUAN Dewasaini,keberadaan akuntansi syariah dalam pengelolaan transaksi keuangan mulai tumbuh dan berkembang dikalangan masyarakat.

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sambutan Presiden RI pada Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang, 8 Januari 2010 Jumat, 08 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW bersabda, apabila manusia meninggal dunia, maka

EFEK MULTIPLIER WAKAF UANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syari ah, terutama perbankan syari ah. Demikian pula Baitul

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara besar dengan mayoritas penduduknya beragama

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

I PENGEMBANGAN PENGELOLAAN WAKAF TUNAI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

Tak Hati dengan Rumah Sehati. LAZPROV- JATIM no. 451/1702/032/2005

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setela

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGELOLA DANA ABADI UMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RESUME TESIS WAKAF DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (Study Naratif Wakaf Produktif dan Pengembangannya melalui Investasi)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah. Terutama menyangkut tempat tinggal yang merupakan papan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan, terutama perbankan, banyak mengeluarkan produk

Ruang Lingkup PSAK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara manusia dengan Allah (h}abl min Alla>h) dan hubungan. ketentuan yang terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 112 :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bagaimana Caranya Kita Bersyukur? Wednesday, 15 May :39

BAB VI P E N U T U P. A. Kesimpulan

Ida Rahayuningsih FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

2008, No c. bahwa potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besa

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha


BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

PROPOSAL PENGGALANGAN DANA PEMBANGUNAN MASJID JAMI BAITURRAHIM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGELOLA DANA ABADI UMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah :

Raffles City Hotel 04 Oktober Oleh : Drs. H. Mulya Hudori, M.Pd Kabag Tata Usaha Kementerian Agama Provinsi Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya BPR Syariah Bangun Drajat Warga. SAW, dimana Baitulmal didirikan oleh Rasulullah sebagai lembaga

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada

PROPOSAL BAKTI SOSIAL DAN SILATURAHIM ALUMNI JURUSAN BAHASA INGGRIS UNJ. Panti Asuhan Yatim Piatu Kuntum Teratai Asem Baris Jakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/SEOJK.03/2015

BAB I PENDAHULUAN. masalah perekonomian. Allah SWT berfirman QS;17:9 Sesungguhnya Al Qur an ini

Oleh Mulya E. Siregar, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia.

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat hablum minallah wa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keberadaan akuntansi syariah dalam Pengelolaan Transaksi Keuangan mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia yang tercermin dari laju pertumbuhan aset perbankan syariah yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan aset perbankan secara nasional pada tahun 2013 dari 4,61% menjadi 4,93% (OJK, 2013). Salah satu komponen dalam Ekonomi Syariah adalah wakaf. Dalam Islam, wakaf merupakan ibadah yang bercorak sosial ekonomi yang cukup penting. Menurut sejarah Islam klasik, wakaf telah memainkan peran yang sangat signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin, baik di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial dan kepentingan umum, kegiatan keagamaan, pengembangan ilmu pengetahuan serta peradaban Islam secara umum. Di Indonesia sendiri, perkembangan wakaf masih kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat dan pembangunan infrastuktur Negara, wakaf cenderung terbatas hanya untuk kepentingan kegiatan ibadah, pendidikan, dan pemakaman semata, sehingga kurang mengarah pada pengelolaan wakaf produktif dan hal tersebut Merujuk pada data Departemen Agama (Depag) RI, jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai 2.686.536.656,68 meter persegi atau sekitar 268.653,67 hektar (ha) yang tersebar di 366.595 lokasi di seluruh Indonesia, namun 77% harta wakaf tersebut masih bersifat pasif / diam dan hanya 23% saja 1 1

2 yang produktif (Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI. 2006). Padahal beban sosial ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, seperti tingginya tingkat kemiskinan dapat dipecahkan secara mendasar dan menyeluruh melalui pengelolaan wakaf dalam ruang lingkup yang lebih luas yakni pengelolaan wakaf produktif, hal terebut dikarenakan wakaf produktif yang dalam hal ini merupakan wakaf uang, memiliki efek pengganda ( Jurnal Dialog Balitbang Kemenag RI, 2010). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 261, yang artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang -orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-nya) lagi Maha Mengetahui (QS 2: 261) Berdasarkan ayat dalam paragraf sebelumnya, digambarkan bahwa nafkah yang dikeluarkan di jalan Allah termasuk salah satu di dalamnya adalah wakaf sebagai salah satu instrumen dalam Islam sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat ternyata mempunyai efek pengganda dalam perekonomian. Dimana hal ini dinyatakan dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir dan tiaptiap bulir seratus biji, dalam tataran praktis ekonomi efek pengganda ganjaran dalam ayat ini tidak hanya dari aspek pahala semata namun memiliki dampak ekonomi. Sehingga seiring berkembangnya ekonomi syariah dalam skala internasional pada abad ke 20, mulailah muncul berbagai ide untuk mengimplementasikan berbagai ide-ide besar Islam dalam bidang ekonomi di berbagai lembaga keuangan, lahir salah satunya adalah institusi wakaf. Dalam tahapan inilah lahir

3 ide-ide ulama dan praktisi untuk menjadikan wakaf sebagai instrumen dalam membangun perkonomian umat. Negara-negara Islam di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara sendiri memulainya dengan berabagai cara untuk mengelola aset wakaf baik aset wakaf tetap maupun aset wakaf lancar dengan optimal. Di Indonesia sendiri, pengelolaan wakaf mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dari berdirinya munculnya gagasan untuk mengimplementasikan wakaf tunai/uang dalam pembangunan ekonomi negara. Hal ini bisa dilihat dari peraturan yang melandasinya. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 28 Shafar 1423 H / 11 Mei 2002 M, yang ditandatangani oleh KH. Ma ruf Amin sebagai ketua Komisi Fatwa dan Drs. Hasanudin, M.Ag. sebagai sekretaris Komisi Fatwa MUI tersebut merupakan upaya MUI dalam memberikan pengertian dan pemahaman umat Islam bahwa wakaf uang dapat menjadi alternatif untuk berwakaf. Lebih-lebih uang merupakan variabel penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan wakaf di Indonesia juga didukung dengan adanya Undang-Undang wakaf yang disahkan pada tanggal 27 oktober 2004 oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Departemen Agama RI, 2006). Perkembangan wakaf di Indonesia semakin diperkuat lagi dengan berdirinya lembaga kenegaraan resmi yang khusus mengurus perwakafan di Indonesia, yaitu Badan Wakaf Indonesia (BWI). BWI ditunjuk oleh kepala negara untuk mengkordinir seluruh pengelola wakaf / nadzir yang ada di Indonesia, selain daripada itu juga BWI bertugas untuk menertibkan administrasi perwakafan

4 termasuk di dalamnya penyusunan laporan keuangan pengelolaan harta wakaf yang dilakukan oleh para nazir yang terdapat di Indonesia. Dalam Islam, wakaf merupakan ibadah yang bercorak sosial ekonomi yang cukup penting. Menurut sejarah Islam klasik, wakaf telah memainkan peran yang sangat signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin, baik di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial dan kepentingan umum, kegiatan keagamaan, pengembangan ilmu pengetahuan serta peradaban Islam secara umum. Dalam perkembangannya, gagasan wakaf tidak hanya sebatas wakaf aset tetap seperti tanah dan bangunan saja, namun juga meluas kepada wakaf aset lancar seperti uang, logam mulia, kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Diantara gagasan wakaf aset lancar tersebut, gagasan Wakaf tunai merupakan suatu produk baru dalam sejarah perekonomian Islam yang di kemukakan oleh Prof. Dr.M.A. Mannan dari Bangladesh yang telah mempopulerkan istilah sertifikat wakaf tunai ( Cash Waqf Certificate) yaitu dengan mendirikan SIBL (Social Investment Bank Limited). Instrument financial yang dikenal dalam perekonomian Islam saat ini berkisar pada murabahah untuk membiayai sektor perdagangan dan murabahah atau musyarakah untuk membiayai investasi di bidang industri dan pertanian (Departemen Agama RI, 2006). Terkait dengan pengelolaan aset wakaf, menurut M.A. Mannan (2006) pengelolaan aset wakaf yang terstruktur dengan baik melalui sebuah lembaga dapat berfungsi sebagai badan yang menggalang aset dari orang-orang kaya untuk dikelola dan keuntungan pengelolaannya disalurkan kepada rakyat miskin yang

5 membutuhkan. salah satunya wakaf uang yang dapat berperan sebagai suplemen bagi pendanaan berbagai macam proyek investasi sosial yang dikelola oleh bankbank Islam, sehingga dapat berubah menjadi bank wakaf. Salah satu komponen pengelolaan aset wakaf dalam suatu lembaga ialah pencatatan aset wakaf dalam laporan keuangan. Pencatatan aset wakaf dalam laporan keuangan dinilai penting karena aset wakaf merupakan aset milik umat yang harus dikelola dengan professional secara transparan dan akuntabel. Dengan adanya pencatatan aset wakaf yang transparan melalui laporan keuangan tersebut, diharapkan masyarakat dapat mengetahui proses pengelolaan aset wakaf yang dilakukan oleh para penegelola aset wakaf (nadzir). Di Indonesia sendiri, akuntansi lembaga pengelola wakaf belum memiliki standar baku secara khusus baik di dalam Pedoman Standar Auntansi Keuangan (PSAK), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (PSAKS), maupun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK-ETAP), melainkan masih menjadi satu dengan PSAKS Zakat, padahal aset wakaf tunai memiliki sifat dan ciri khas yang berbeda dengan aset lainnya, yaitu kepemiikannya yang tidak diperuntukkan kepada perorangan, kebermanfaatannya dirasakan masyarakat umum dan tidak boleh habis ataupun berkurang dikarenakan diperjualbelikan. Meskipun pencatatan organisasi pengelola wakaf belum memiliki standar baku secara khusus, namun terdapat beberapa standar yang dapat dijadikan acuan dalam perlakuan aset wakaf pada laporan keuangan dikarenakan sifatnya yang

6 menyerupai sifat aset wakaf, standar tersebut ialah PSAK 45, yaitu PSAK yang menjelaskan bentuk laporan keuangan lembaga ataupun organisasi nirlaba, yaitu organisasi yang aktivitas operasionalnya tidak berorientasi kepada keuntungan semata. Dalam PSAK 45 terdapat beberapa istilah yang digunakan menyerupai dengan sifat aset wakaf yaitu pembatasan sumberdaya permanen, pembatasan sumber daya temporer, sumberdaya terikat dan sumberdaya tidak terikat. PSAK 45 menjelaskan bentuk dari laporan keuangan organisasi nirlaba namun tidak menjelaskan secara mendetil aktivitas-aktivitas akuntansi terkait pengakuan, pengukuran pencatatan dan penyajian dalam laporan keuangan, sehingga diperlukan standar lain yang mengatur hal-hal tersebut. Standar lain yang mengatur hal-hal tersebut adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK ETAP). PSAK ETAP dapat dijadikan dasar dalam pencatatan pengelolaan aset wakaf dkarenakan PSAK ETAP mengatur aktivitas akuntansi lembaga ataupun organisasi yang tidak memiliki akuntabilitas publik secara signifikan namun perlu untuk menerbitkan laporan keuangan dengan tujuan umum bagi pihak eksternal dan lembaga pengelola wakaf/nadzir merupakan jenis organisasi yang tidak memiliki akuntabilitas publik seara signifikan namun perlu untuk menerbitkan laporan keuangan dikarenakan aset wakaf tunai yang dikelola merupakan aset milik umat sehingga umat berhak mengetahui pengelolaan aset wakaf tunai yang dilakukan nadzir yang tercermin dari laporan keuangannya. BWI merupakan organisasi pengelola wakaf yang berada dalam naungan pemerintah yang juga mendapatkan alokasi dari dana APBN. Sehingga selain

7 mengacu kepada PSAK 45 dan PSAK ETAP, BWI juga mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) dalam penyusunan laporan keuangannya. Berdasarkan pemaparan di atas, maka kemudian penulis tertarik untuk melakukan kajian mengenai hal tersebut lebih mendalam di BWI, dalam sebuah kajian skripsi. Disamping itu juga karena masih terdapat banyaknya masyarakat maupun pengelola wakaf ( nadzir) dibawah pengawasan BWI yang belum mengetahui secara jelas bagaimana penyusunan laporan keuangan pengelolaan aset wakaf yang sesuai dengan sifat serta ciri khas wakaf. Dan agar dapat lebih komprehensif pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis mengadakan spesifikasi kajian yang memfokuskan pembahasan pada laporan keuangan pengelolaan aset wakaf tunai dengan judul: Analisis Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan Aset Wakaf di Badan Wakaf Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Bagaimana penyusunan laporan keuangan pengelolaan aset wakaf yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan laporan keuangan pengelolaan aset wakaf di Badan Wakaf Indonesia.

8 1.3.2 Manfaat Penelitian Sedangkan dari Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai kalangan, baik kalangan akademisi, maupun praktisi. a. Bagi kalangan akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif terhadap ilmu akuntansi syariah khususnya akuntansi perwakafan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang melakukan penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan objek yang dikaji maupun bidang yang lainnya. b. Bagi kalangan praktisi yang dalam hal ini ialah lembaga pengelola wakaf, khususnya Badan Wakaf Indonesia (BWI) selaku tempat penelitian, diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat terkait gambaran penyusunan laporan keuangan pengelolaan aset wakaf berdasarkan standar yang ada, sehingga nantinya dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan aset wakaf tunai yang dilakukan oleh para nadzir. 1.4 Batasan Penelitian Fokus bahasan penelitian ini adalah analisis perlakuan aset wakaf di Badan Wakaf Indonesia berdasarkan Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf, PSAK 45 tentang akuntansi organisasi nirlaba sebagai dasar analisis bentuk laporan keuangan yang disajikan BWI, PSAK ETAP tentang akuntansi organisasi tanpa akuntabilitas publik, serta PSAP sebagai dasar acuan dari pengakuan, pengukuran serta pencatatan pada laporan keuangannya.

9 Batasan penelitian ditentukan dengan pertimbangan bahwa BWI mengacu kepada standar-satandar tersebut dalam melakukan penyusunan laporan keuangannya, sehingga dengan demikian penelitian dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.