KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA JANDA/DUDA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DAN GENDER

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN SEMANGAT KERJA AGEN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR CABANG SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN TERINTEGRASI DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PAGUYUBAN LANJUT USIA SEHAT PMI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN DISIPLIN DIRI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA RSBI KELAS VII SMP NEGERI 4 SURAKARTA

Lulu Lestin Lailan, Yeniar Indriana. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

KONSEP DIRI AKADEMIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMP N 24 PURWOREJO

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa UKM Research n Business Universitas Diponegoro

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

PERSEPSI TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN STRES KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT X DI BEKASI

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

Putri Zahrah Adelia, Harlina Nurtjahjanti. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

KESEPIAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA USIA LANJUT YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU RIAU

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE PEMBELAJARAN GURU DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI GISIKDRONO 02 DAN 04 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN TERHADAP IBU DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA YANG MELAJANG SKRIPSI

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

DUKUNGAN SOSIAL AYAH DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA LAKI-LAKI

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR KARYAWAN DAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk KANTOR WILAYAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING CAREGIVER PENDERITA GANGGUAN SKIZOFRENIA. Ignatia Widyanita Vania, Kartika Sari Dewi*

Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA- ORANGTUA DAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 7 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental p-issn e-issn

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. : Sense of Purpose dan Dukungan Sosial

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

PERCEPTION OF COMPENSATION AND JOB SATISFACTION ON EMPLOYEES OF PT KUDA INTI SAMUDERA, SEMARANG

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

PENYESUAIAN SOSIAL DAN SCHOOL WELL-BEING: Studi pada Siswa Pondok Pesantren yang Bersekolah di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 5 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi PSIKOLOGIA. ISSN:

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF COMMUNITY DENGAN HARGA DIRI PADA ANGGOTA HIJABERS COMMUNITY DI YOGYAKARTA

WARA KUSRINI NIM: S

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Abstrak. Kata kunci : subjective wellbeing, lansia, penyakit kronis. vii Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH MICROTEACHING MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN ASERTIVITAS TERHADAP PASANGAN PADA WANITA MENOPAUSE. Ratri Dewi Anggraini, Sri Hartati*

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMATANGAN KARIR REMAJA PENERIMA MANFAAT DI BALAI REHABILITASI SOSIAL WIRA ADHI KARYA UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN RESILIENSI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR JURUSAN X FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

STRES DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA KESUNGGUHAN (CONSCIENTIOUSNESS) DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI: STUDI KORELASIONAL TERHADAP SISWA KELAS X MIPA DI SMA NEGERI 38 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

CAREER CALLING DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PETUGAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SEMARANG

Transkripsi:

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA JANDA/DUDA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DAN GENDER Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH, Tembalang, Semarang 50275 dn.psiundip@gmail.com Abstract The death of spouse brings major changes in the life of the wife/husband that may affect their psychological well-being. To maintain their psychological well-being within an optimum level, elderly will seek sources of social support in their lives. This study aims to test the correlation between perceived social support and psychological well-being in elderly and to investigate gender differences in perceived social support and psychological well-being. This study comprised 112 elderly (78 widowers; 34 widows), members of the Healthy Elderly Community of the Indonesian Red Cross, Semarang City. Data were collected using the Perceived Social Support Scale (32 items; α = 0.97) and Psychological Well-being Scale (33 items; α = 0.92). Simple regression analysis was applied to test the correlation between two variables and student t-test was used to compare data from male and female groups. The results revealed a positive and significant correlation between perceived social support and psychological well-being in elderly (r = 0.739; p < 0.001). Perceived social support explained 54.6% of the psychological well-being. T-test revealed gender differences in perceived social support and psychological well-being in elderly. The widows perceived social support better than the widowers (t(35) = 3.594; p < 0.001), the widows also showed higher psychological well-being than the widowers (t(42) = 2.944; p = 0.004). Keywords: psychological well-being, social support, gender, elderly, widow, widower Abstrak Meninggalnya pasangan hidup membuat seorang istri/suami mengalami banyak perubahan hidup yang mempengaruhi kondisi kesejahteraan psikologisnya. Untuk mempertahankan kesejahteraan psikologis yang baik, lansia akan mencari sumber-sumber dukungan sosial dalam hidupnya. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara persepsi terhadap psikologis lansia janda dan duda dan mengkaji perbedaan gender dalam persepsi terhadap psikologis diantara janda dan duda. Subjek penelitian ini adalah 112 lansia anggota Paguyuban Lansia Sehat PMI Cabang Kota Semarang (78 janda; 34 duda). Data dikumpulkan menggunakan Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial (32 aitem; α = 0,97) dan Skala Kesejahteraan Psikologis (33 aitem; α = 0,92). Teknik analisis regresi sederhana digunakan untuk menguji korelasi; Uji-t digunakan untuk menganalisis perbedaan diantara dua kelompok data yang berbeda berdasarkan gender. Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap psikologis pada lansia (r = 0,739; p < 0,001). Hasil Uji-t menunjukkan lansia janda/duda memiliki persepsi lebih positif terhadap dukungan sosial (t(35) = 3,594; p < 0,001) dan menunjukkan kesejahteraan psikologis yang lebih baik daripada lansia duda/janda (t(42) = 2,944; p = 0,004). Kata kunci: kesejahteraan psikologis, dukungan sosial, gender, lansia, janda, duda PENDAHULUAN Tidak seorangpun sanggup membayangkan akan ditinggal meninggal oleh orang yang terdekat (pasangan hidup) baik istri maupun suami. Terlebih lagi jika mereka telah hidup bersama sebagai pasangan suami-istri selama belasan bahkan puluhan tahun, 102

103 Desiningrum maka tidak mudah menjalani hari-hari tanpa pasangannya. Secara umum, kehilangan yang paling sulit dilalui adalah kehilangan pasangan hidup (Santrock, 2006). Hidup menjanda atau menduda berbeda bagi pria dan wanita, terlebih pada lansia. Lansia mengalami penurunan dalam segala aspek, termasuk fisik dan kesehatan. Pada lansia perempuan, dampak menjanda yang harus dihadapi adalah perasaan kesepian. Umumnya anak-anak sudah mandiri dan berumah tangga, rumah terasa sepi dan berbagai masalah ekonomi dan sosial harus mereka selesaikan sendiri. Sebagai solusi, umumnya lansia perempuan tinggal dengan salah satu anaknya yang sudah berumah tangga agar dapat terawat. Sementara lansia pria cenderung lebih tabah ketika ditinggal meninggal pasangannya. Lansia pria biasanya tidak lama menduda; keterbatasan dalam merawat diri men-dorongnya untuk kembali menikah. Tidak jarang kehidupan barunya mendapatkan perlawanan dari anak-anaknya sehingga kondisi psikologis lansia pria yang menikahlagi tidak selalu lebih sehat. Kebahagiaan serta kesuksesan di masa tua merupakan dambaan setiap individu yang memasuki masa dewasa akhir. Kebahagiaan dan kesuksesan lansia dapat tercapai dengan terpenuhinya kebutuhan akan kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Menurut Ryff (dalam Ryff & Keyes, 1995), secara psikologis manusia yang memiliki sikap positif terhadap diri dan orang lain adalah manusia yang mengakui dan menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya, baik yang bersifat baik maupun buruk serta merasa positif dengan kehidupan masa lalunya, memiliki relasi positif dengan orang lain, mampu melakukan dan mengarahkan perilaku secara mandiri, penuh keyakinan diri (otonomi), dapat melakukan sesuatu bagi orang lain (memiliki tujuan hidup), dapat mengembangkan potensi diri sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, mampu mengambil peran aktif dalam memenuhi kebutuhannya melalui lingkungan. Muncul pertanyaan, bagaimanakah kesejahteraan psikologis lansia yang hidup menjanda/menduda? Sebagai mahkluk sosial, dalam mencapai kebahagiaannya, lansia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Berkaitan dengan kesejahteraan psikologis, persepsi terhadap dukungan sosial juga mempengaruhi keadaan lansia. Kekuatan dukungan sosial yang berasal dari relasi yang terdekat, seperti keluarga, merupakan salah satu proses psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat seseorang (Carstensen, 2003). Lansia yang tinggal sendiri karena perceraian atau kematian pasangan, tentunya tidak lagi menerima dukungan sosial dari pasangannya. Sebagai lansia janda/duda, mereka akan mencari sumber dukungan sosial lainnya, seperti anak/cucu, teman, atau komunitas yang diikuti (Kompas, 30 Mei 2013). Dukungan sosial didefinisikan oleh House (dalam Kuntjoro, 2002) sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek berikut: informasi, perhatian, emosi, penilaian, dan bantuan instrumental. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, diperhatikan, dihargai, dan menjadi bagian dalam kelompok. Dukungan sosial yang diterima individu pada saat yang tepat, dapat memberikan motivasi dan semangat bagi individu dalam menjalani hidupnya karena dirinya merasa diperhatikan, didukung, dan diakui keberadaanya. Schiffman (dalam Coren, Ward, & Enns, 2001) mengatakan bahwa persepsi individu tidak didasarkan pada proses kognisi saja, akan tetapi juga melibatkan unsur perasaan. Persepsi terhadap dukungan sosial adalah penilaian secara kognitif dan afektif berdasarkan pengalaman bersama keluarga dan teman mengenai dukungan emosional, informasi, instrumental dan penghargaan.

Kesejahteraan psikologis lansia janda/duda ditinjau dari dukungan sosial dan gender 104 Penelitian yang dilakukan oleh Kim & Moen (2007) terhadap lansia di sejumlah negara di Asia Tenggara, menemukan bahwa dukungan emosional terbesar yang mereka dapatkan berasal dari teman-teman dan tetangga (55,7%), diikuti oleh dukungan dari anggota keluarga (36,5%). Dalam hal dukungan instrumental, mayoritas (58,0%) lansia tidak menerima, 39,2% lansia menerima instrumental dari keluarganya, dan 2,7% lansia mendapatkan dukungan instrumental yang berasal dari teman-temannya. Penelitian tersebut juga menegaskan keluarga sebagai sumber utama dukungan sosial bagi anggotanya. Berdasarkan paparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis lansia adalah persepsi lansia terhadap dukungan sosial yang diterima dari lingkungan (Kiefer & Sailing, 2002). Persepsi terhadap dukungan sosial adalah penilaian secara kognisi dan afeksi berdasarkan pengalaman bersama keluarga dan teman mengenai dukungan emosional, informasi, instrumental dan penghargaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis lansia janda dan duda. Semakin positif persepsi terhadap dukungan sosial, maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis lansia. 2. Terdapat perbedaan persepsi terhadap dukungan sosial pada lansia janda dan duda. 3. Terdapat perbedaan kesejahteraan psikologis pada lansia janda dan duda. METODE Populasi penelitian ini adalah lansia yang tergabung dalam Paguyuban Lansia Sehat PMI Cabang Kota Semarang dengan jumlah 78 lansia janda dan 34 lansia duda. Penelitian ini menggunakan studi populasi, yaitu menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial (32 aitem; α = 0,97) dan Skala Kesejahteraan Psikologis (33 aitem; α = 0,92). Penelitian ini dilakukan dengan rancangan studi korelasional dengan teknik analisis data analisis regresi sederhana; sekaligus melihat kontribusi persepsi terhadap dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis. Perbedaan persepsi terhadap psikologis pada lansia janda dan duda dihitung dengan menggunakan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan menggunakan SPSS versi 21.0 menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan kesejahateraan psikologis lansia di Paguyuban Lansia Sehat PMI Kota Semarang (r = 0,739; p < 0,001). Dalam penelitian ini, persepsi terhadap dukungan sosial memberikan kontribusi terhadap kesejahateraan psikologis lansia sebesar 54,6%. Bila dikaji secara mendetil, diketahui bahwa mayoritas lansia di Paguyuban Lansia Sehat Kota Semarang (50 dari 112; 44,6%) memiliki kesejahteraan psikologis dalam kategori tinggi, 42 orang (37,5%) tergolong kategori sedang, dan 20 (17,9%) lansia memiliki kesejahteraan psikologis rendah. Pada umumnya mereka yang memiliki kesejahteraan psikologis tinggi mengambil peran aktif dalam memenuhi

105 Desiningrum kebutuhannya, bersikap mandiri, mampu bertahan dari tekanan sosial, serta mampu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya. Untuk mencapai kesejahteraan psikologis yang tinggi, lansia membutuhkan dukungan sosial, baik dari anak/cucu atau temanteman paguyuban. Hal ini diperjelas Winnubust (dalam Sugiharto, 2010) yang mengatakan bahwa dukungan sosial tidak terlepas dari hubungan yang akrab dengan orang lain, sehingga dari interaksi tersebut individu menjadi lebih mengetahui bahwa orang lain telah memperhatikan, mencintai, dan menghargai dirinya. Dukungan sosial merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis lansia. Dengan adanya dukungan sosial, lansia merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai, sehingga mendukung kesejahteraan lansia tersebut. Dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspekaspek informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental yang diperoleh lansia melalui interaksi dengan keluarga dan teman sebayanya, yang membantu mereka mengatasi masalahnya. Peneliti juga melakukan analisis terhadap ada/tidaknya perbedaan persepsi terhadap psikologis antara lansia janda dan duda. Hasil uji-t dipaparkan dalam Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara lansia janda dan lansia duda dalam hal persepsi terhadap psikologis. Lansia janda memiliki persepsi yang lebih positif terhadap dukungan sosial dibandingkan lansia duda (M Janda = 132,77 ± 10,24; M Duda = 78,97 ± 9,74; t(35) = 3,594; p < 0,001). Disamping itu, lansia Tabel 1. Hasil Uji-t Persepsi terhadap psikologis lansia janda dan duda Variabel Janda (n = 78) Duda (n = 34) F p M ± SD M ± SD Kesejahteraan Psikologis 145,09 ± 12,11 85,07 ± 10,87 2,944 0,004** Persepsi terhadap Dukungan Sosial 132,77 ± 10,24 78,97 ± 9,74 3,594 <0,001** Catatan: Data dianalisis menggunakan Uji-t (t-test) dengan taraf signifikansi p < 0,05 **p < 0,01 Kontribusi persepsi dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis menunjukkan bahwa lansia di Paguyuban Lansia Sehat Kota Semarang merasakan ketersediaan sumber dukungan sosial yang dapat diandalkan, baik dari keluarga maupun teman se-paguyuban, sehingga mereka memiliki kesejahteraan psikologis yang baik, seperti timbulnya perasaan memiliki, meningkatkan harga diri, dan kejelasan identitas diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri. janda juga memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada lansia duda (M Janda = 145,09 ± 12,11; M Duda = 85,07 ± 10,87; t(42) = 2,944; p = 0,004). KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi terhadap dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis pada lansia (r = 0,739; p < 0,001).

Kesejahteraan psikologis lansia janda/duda ditinjau dari dukungan sosial dan gender 106 2. Terdapat perbedaan persepsi terhadap psikologis antara lansia janda dan duda. Lansia janda memiliki persepsi yang lebih positif terhadap dukungan sosial dibandingkan lansia duda (M Janda = 132,77 ± 10,24; M Duda = 78,97 ± 9,74; t(35) = 3,594; p < 0,001). Disamping itu, lansia janda juga memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada lansia duda (M Janda = 145,09 ± 12,11; M Duda = 85,07 ± 10,87; t(42) = 2,944; p = 0,004). DAFTAR PUSTAKA Carstensen, L. L. (2003). Growing old or longevity. California: Stanford University. Coren, S., Ward, L. M., & Enns, J. T. (2001). Sensation and perception. Fort Worth: Harcourt College Publishers (2013). Lansia-lansia yang hidup sendirian. Harian Kompas, 30 Mei, h.6. Kiefer, S. M. & Sailing, P. (2002). Retirement and leisure time. Journal of Psyciatric; 10 28. Kim, J. & Moen, P. (2007). Retirement transitions, social support, and psychological well-being: A life-course approach. Journal of Gerontology: Psychological Sciences 57B:P212- P222 Kuntjoro, Z. S. 2002. Dukungan sosial pada lansia. (Online). (http://www.epsikologi.com_ 160802.htm, diakses November 2009). Ryff, C. D. & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69, 719-727. Santrock, J. W. (2006). Life span development. New York: McGraw Hill. Sugiharto, C. (2010). Hubungan antara dukungan sosial dengan kepuasan hidup pada lansia di Panti Wreda x Bandung. Tesis. Universitas Padjadjaran, Bandung.