BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, barulah orang tersebut merasa bahwa nilai kesehatan itu sangat berharga dan tidak dapat ditukar dengan nilai apapun, salah satu diantaranya adalah penyakit gigi dan mulut. Perawatan gigi dan mulut apabila dapat dirawat sedini mungkin dan efisien, sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya. Pembangunan kesehatan bertujuan mewujudkan manusia Indonesia yang seutuhnya yang sehat jasmani dan rohani. Ruang lingkup kesehatan masyarakat mencakup seluruh aspek kehidupan, baik kesehatan fisik, mental maupun kesehatan sosial (Depkes RI, 2009). Hasil Susenas (1998), menunjukkan bahwa dari 1,3% dari penduduk yang mengeluh sakit gigi (potential demand) hanya 13 % berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (effective demand for dental care). Di antara yang mengeluh, 35,5 % berobat ke Puskesmas, 25,2 % ke dokter gigi dan 17,8 % ke tenaga kesehatan, selebihnya berobat ke fasilitas kesehatan lainnya (Depkes RI, 2000). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut diderita oleh 90% masyarakat Indonesia dengan kategori progresif artinya bila tidak dirawat/diobati akan makin parah dan bersifat irreversible
yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali (Depkes RI, 2006). Keadaan ini menunjukkan penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih tinggi dan kebutuhan akan perawatan gigi penduduk Indonesia (dental treatment needs) masih besar. Azwar (1996), menyatakan peningkatan derajat kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan (needs) dan permintaan (demands) perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran dapat terpenuhi. Kebutuhan dan permintaan ini terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan. Kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan gigi dan mulut dewasa ini menyebabkan jumlah kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga masih rendah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut, dokter gigi sebaiknya memberikan penjelasan yang mudah dimengerti dan dipahami. Beberapa faktor yang dapat menghambat masyarakat untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah takut akan rasa sakit, waktu perawatan yang lama, rasa tidak nyaman dan biaya /ekonomi yang tinggi (Depkes RI, 2004). Penelitian Budisuari (2003), mengungkapkan bahwa pemanfaatan poli gigi di Puskesmas Jatirejo masih rendah karena belum mencapai target nasional atau standar stratifikasi Puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut sebesar 4% dari jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas. Demikian juga hasil penelitian Sinaga (2007), di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar menunjukkan bahwa rendahnya kunjungan ulang pasien gigi dan mulut disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu, 80% tingkat pengetahuan pasien rendah dan 41,70% pasien kurang percaya serta 66,70% pasien sesuai dengan diagnosa dokter gigi (evaluated need) harus berkunjung ulang ternyata tidak berkunjung ulang. Menurut Jacobalis (2000), bahwa tingkat pendidikan turut menentukan seseorang untuk berpersepsi semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan dan semakin kritis seseorang terhadap kebutuhannya akan pelayanan kesehatan. Begitu juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan seseorang, maka semakin rendah juga pemahamannya tentang kebutuhannya akan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Manurung (2007), di Kota Pematangsiantar yang mengungkapkan prevalensi karies gigi masih cukup tinggi (97,2%). Evaluated need dan perceived need masyarakat berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi serta evaluated need menunjukkan hubungan yang lebih kuat dibandingkan perceived need. Menurut Donabedian dan Dever dalam Notoatmodjo (2005), evaluated need dan perceived need masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi faktor sosiodemografis, sosiopsikologis dan faktor penyedia pelayanan kesehatan. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan ditentukan faktor predisposisi atau pemungkin (predisposing factor), faktor-faktor pendukung (enabling factor) dan faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor).
Situmorang (2001), mengungkapkan masalah kesehatan gigi dan mulut dapat memengaruhi kualitas hidup individu dengan terganggunya fungsi fisik, fungsi psikis dan fungsi sosial. Masalah ini menjadi isu penting sejalan dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk usia lanjut dengan harapan tercapainya hidup sehat sampai tua (healthy years of life). Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang rendah terkait dengan beberapa faktor. Menurut Donabedian dalam Dever (2005), beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu faktor sosiokultural, faktor organisasional dan faktor yang berhubungan dengan konsumen (consumer factors). Faktor yang berhubungan dengan konsumen adalah kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluated need) serta faktor yang berhubungan dengan produsen (provider factors), yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan. Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada Puskesmas menunjukkan fenomena yang memengaruhi tercapainya hidup sehat. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2001, gambaran pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada Puskesmas rata-rata 5 orang perhari sedangkan target nasional pemanfaatan Puskesmas sebanyak 9 orang perhari dan pemanfaatan rumah sakit umum kelas B rata-rata kunjungan sebanyak 23 orang perhari sedangkan target nasional sebanyak 65 orang perhari (Depkes RI, 2001).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 rata-rata 11 orang perbulan atau 0,5 orang perhari pada Puskesmas, sedangkan pemanfaatan poliklinik gigi untuk rumah sakit umum kelas B rata-rata 12 orang perhari (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2010). Jumlah Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Samosir sebanyak 11 Puskesmas. Data laporan Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dari seluruh puskesmas yang dirangkum di Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, ditemukan bahwa salah satu puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien Poli Gigi dan Mulut yang rendah adalah Puskesmas Buhit. Jumlah kunjungan pasien Poli Gigi dan Mulut Tahun 2009 sebanyak 285 orang 0,94% dari 30.178 jumlah penduduk (rata-rata 20,9 orang perbulan) di wilayah kerja Puskesmas Buhit. Dengan demikian terlihat bahwa jumlah pasien yang berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit belum mencapai target yang telah ditetapkan yang merupakan target nasional, yaitu sebesar 4% (Puskesmas Buhit, 2010). Gambaran yang menunjukkan rendahnya pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ditunjukkan oleh jumlah kunjungan pasien selama tahun 2010 sebanyak 259 orang dari jumlah penduduk sebanyak 30.178 jiwa (rata-rata 0,86 orang perhari), dengan demikian persentase kunjungan hanya 0,83%. Perincian jumlah kunjungan setiap bulan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel l.1. Jumlah Kunjungan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2010 Bulan Jumlah Kunjungan Trend Kunjungan Januari 23 - Pebruari 21-9.52 Maret 18-16.67 April 16-12.50 Mei 24 33.33 Juni 19-26.32 Juli 31 38.71 Agustus 17-82.35 September 22 22.73 Oktober 18-22.22 November 24 25.00 Desember 26 7.69 Rata-rata 21,6-3,8 Sumber: SP2TP Puskesmas Buhit, 2011. Tabel 1.1. di atas menunjukkan jumlah kunjungan pasien ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit mengalami penurunan terbesar pada bulan Juli-Agustus, yaitu sebesar 82,3%. Peningkatan kunjungan terbesar pasien Poli Gigi dan Mulut terjadi pada bulan April Mei, yaitu sebesar 33,33%. Survei awal untuk menggali penyebab fenomena tersebut, dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Puskesmas Buhit. Hasil survei menunjukkan bahwa masalah sosiodemografi yang terkait dengan kunjungan pasien ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang rendah diakibatkan pendidikannya juga rendah serta penghasilan yang kurang mencukupi untuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Dari survei awal juga ditemukan bahwa persepsi pasien tentang rasa sakit (perceived illness) akibat adanya gangguan gigi dan mulut belum mendukung
untuk berobat ke Poli Gigi dan Mulut sebagai suatu kebutuhan yang dirasakan (perceived need). Berdasarkan temuan survei awal tersebut diduga rendahnya kunjungan terkait dengan faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit sebagai sarana kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan gigi di wilayah kerja puskesmas, lokasinya tidak jauh dari pemukiman penduduk sehingga cukup mudah ditempuh dengan kenderaan pribadi dan angkutan umum. Sedangkan sarana pelayanan lainnya seperti: praktek dokter gigi, Poli Gigi dan Mulut rumah sakit cukup jauh dari tempat tinggal penduduk sehingga sulit untuk menjangkaunya. Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit, seperti: peralatan untuk cabut gigi, penambalan gigi, pembersihan karang gigi dan obat-obatan yang cukup untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit gigi dan mulut secara umum. Dalam pelayanannya didukung oleh tenaga kesehatan dengan latar belakang pendidikan kedokteran gigi maupun keperawatan gigi yaitu dokter gigi 1 orang dan perawat gigi sebanyak 2 orang. Gambaran Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit yang telah memenuhi syarat seharusnya dapat mendukung peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Keberadaan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Buhit. Pemanfaatan kembali pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas untuk kunjungan pasien lama menunjukkan manfaat yang telah dirasakan terhadap
pelayanan rawat jalan Puskesmas, sementara kunjungan pasien baru menunjukkan minat pasien saat ini untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jumlah pasien baru gigi dan mulut untuk berobat ke Poli Gigi dan Mulut yang berkunjung yang mengalami penurunan menunjukkan rendahnya minat pasien dalam memanfaatkan Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir. Sarana pelayanan kesehatan dikatakan dimanfaatkan apabila pasien melakukan kunjungan berulang. Menurut Depkes RI (2004) frekuensi kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan seperti Poli Gigi dan Mulut puskesmas minimal sekali 6 bulan atau 2 kali dalam setahun. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan antara lain: menambah tenaga perawat gigi, pelatihan-pelatihan bagi petugas, melengkapi sarana dan prasarana pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, namun upaya tersebut belum dapat meningkatkan jumlah kunjungan pasien lama maupun baru di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit. Minat masyarakat yang rendah dalam memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut perlu diteliti di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir. Berdasarkan beberapa uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien Serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
1.2 Permasalahan Bagaimana pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 1.4 Hipotesis Faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan gigi dan mulut berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dalam manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.