BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan).

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), penyembuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Hasil laporan morbiditas 2001,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif merupakan pengobatan yang

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku. dan dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pelayanan Gigi Di Puskesmas Way Laga Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Sumut,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten Jember pada pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari dalam soket gigi dan menanggulangi komplikasi yang mungkin terjadi. 1 Di

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

HUBUNGAN PERCEIVED DAN EVALUATED NEED PERAWATAN KARIES GIGI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI PADA MASYARAKAT DI KOTA PEMATANG SIANTAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu indikator dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk pelayanan yang menurut Levey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1999) adalah

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif non analitik

Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, barulah orang tersebut merasa bahwa nilai kesehatan itu sangat berharga dan tidak dapat ditukar dengan nilai apapun, salah satu diantaranya adalah penyakit gigi dan mulut. Perawatan gigi dan mulut apabila dapat dirawat sedini mungkin dan efisien, sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya. Pembangunan kesehatan bertujuan mewujudkan manusia Indonesia yang seutuhnya yang sehat jasmani dan rohani. Ruang lingkup kesehatan masyarakat mencakup seluruh aspek kehidupan, baik kesehatan fisik, mental maupun kesehatan sosial (Depkes RI, 2009). Hasil Susenas (1998), menunjukkan bahwa dari 1,3% dari penduduk yang mengeluh sakit gigi (potential demand) hanya 13 % berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (effective demand for dental care). Di antara yang mengeluh, 35,5 % berobat ke Puskesmas, 25,2 % ke dokter gigi dan 17,8 % ke tenaga kesehatan, selebihnya berobat ke fasilitas kesehatan lainnya (Depkes RI, 2000). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut diderita oleh 90% masyarakat Indonesia dengan kategori progresif artinya bila tidak dirawat/diobati akan makin parah dan bersifat irreversible

yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali (Depkes RI, 2006). Keadaan ini menunjukkan penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih tinggi dan kebutuhan akan perawatan gigi penduduk Indonesia (dental treatment needs) masih besar. Azwar (1996), menyatakan peningkatan derajat kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan (needs) dan permintaan (demands) perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran dapat terpenuhi. Kebutuhan dan permintaan ini terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan. Kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan gigi dan mulut dewasa ini menyebabkan jumlah kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga masih rendah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut, dokter gigi sebaiknya memberikan penjelasan yang mudah dimengerti dan dipahami. Beberapa faktor yang dapat menghambat masyarakat untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah takut akan rasa sakit, waktu perawatan yang lama, rasa tidak nyaman dan biaya /ekonomi yang tinggi (Depkes RI, 2004). Penelitian Budisuari (2003), mengungkapkan bahwa pemanfaatan poli gigi di Puskesmas Jatirejo masih rendah karena belum mencapai target nasional atau standar stratifikasi Puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut sebesar 4% dari jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas. Demikian juga hasil penelitian Sinaga (2007), di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar menunjukkan bahwa rendahnya kunjungan ulang pasien gigi dan mulut disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu, 80% tingkat pengetahuan pasien rendah dan 41,70% pasien kurang percaya serta 66,70% pasien sesuai dengan diagnosa dokter gigi (evaluated need) harus berkunjung ulang ternyata tidak berkunjung ulang. Menurut Jacobalis (2000), bahwa tingkat pendidikan turut menentukan seseorang untuk berpersepsi semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan dan semakin kritis seseorang terhadap kebutuhannya akan pelayanan kesehatan. Begitu juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan seseorang, maka semakin rendah juga pemahamannya tentang kebutuhannya akan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Manurung (2007), di Kota Pematangsiantar yang mengungkapkan prevalensi karies gigi masih cukup tinggi (97,2%). Evaluated need dan perceived need masyarakat berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi serta evaluated need menunjukkan hubungan yang lebih kuat dibandingkan perceived need. Menurut Donabedian dan Dever dalam Notoatmodjo (2005), evaluated need dan perceived need masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi faktor sosiodemografis, sosiopsikologis dan faktor penyedia pelayanan kesehatan. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan ditentukan faktor predisposisi atau pemungkin (predisposing factor), faktor-faktor pendukung (enabling factor) dan faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor).

Situmorang (2001), mengungkapkan masalah kesehatan gigi dan mulut dapat memengaruhi kualitas hidup individu dengan terganggunya fungsi fisik, fungsi psikis dan fungsi sosial. Masalah ini menjadi isu penting sejalan dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk usia lanjut dengan harapan tercapainya hidup sehat sampai tua (healthy years of life). Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang rendah terkait dengan beberapa faktor. Menurut Donabedian dalam Dever (2005), beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu faktor sosiokultural, faktor organisasional dan faktor yang berhubungan dengan konsumen (consumer factors). Faktor yang berhubungan dengan konsumen adalah kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluated need) serta faktor yang berhubungan dengan produsen (provider factors), yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan. Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada Puskesmas menunjukkan fenomena yang memengaruhi tercapainya hidup sehat. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2001, gambaran pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada Puskesmas rata-rata 5 orang perhari sedangkan target nasional pemanfaatan Puskesmas sebanyak 9 orang perhari dan pemanfaatan rumah sakit umum kelas B rata-rata kunjungan sebanyak 23 orang perhari sedangkan target nasional sebanyak 65 orang perhari (Depkes RI, 2001).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 rata-rata 11 orang perbulan atau 0,5 orang perhari pada Puskesmas, sedangkan pemanfaatan poliklinik gigi untuk rumah sakit umum kelas B rata-rata 12 orang perhari (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2010). Jumlah Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Samosir sebanyak 11 Puskesmas. Data laporan Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dari seluruh puskesmas yang dirangkum di Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, ditemukan bahwa salah satu puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien Poli Gigi dan Mulut yang rendah adalah Puskesmas Buhit. Jumlah kunjungan pasien Poli Gigi dan Mulut Tahun 2009 sebanyak 285 orang 0,94% dari 30.178 jumlah penduduk (rata-rata 20,9 orang perbulan) di wilayah kerja Puskesmas Buhit. Dengan demikian terlihat bahwa jumlah pasien yang berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit belum mencapai target yang telah ditetapkan yang merupakan target nasional, yaitu sebesar 4% (Puskesmas Buhit, 2010). Gambaran yang menunjukkan rendahnya pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ditunjukkan oleh jumlah kunjungan pasien selama tahun 2010 sebanyak 259 orang dari jumlah penduduk sebanyak 30.178 jiwa (rata-rata 0,86 orang perhari), dengan demikian persentase kunjungan hanya 0,83%. Perincian jumlah kunjungan setiap bulan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel l.1. Jumlah Kunjungan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2010 Bulan Jumlah Kunjungan Trend Kunjungan Januari 23 - Pebruari 21-9.52 Maret 18-16.67 April 16-12.50 Mei 24 33.33 Juni 19-26.32 Juli 31 38.71 Agustus 17-82.35 September 22 22.73 Oktober 18-22.22 November 24 25.00 Desember 26 7.69 Rata-rata 21,6-3,8 Sumber: SP2TP Puskesmas Buhit, 2011. Tabel 1.1. di atas menunjukkan jumlah kunjungan pasien ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit mengalami penurunan terbesar pada bulan Juli-Agustus, yaitu sebesar 82,3%. Peningkatan kunjungan terbesar pasien Poli Gigi dan Mulut terjadi pada bulan April Mei, yaitu sebesar 33,33%. Survei awal untuk menggali penyebab fenomena tersebut, dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Puskesmas Buhit. Hasil survei menunjukkan bahwa masalah sosiodemografi yang terkait dengan kunjungan pasien ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang rendah diakibatkan pendidikannya juga rendah serta penghasilan yang kurang mencukupi untuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Dari survei awal juga ditemukan bahwa persepsi pasien tentang rasa sakit (perceived illness) akibat adanya gangguan gigi dan mulut belum mendukung

untuk berobat ke Poli Gigi dan Mulut sebagai suatu kebutuhan yang dirasakan (perceived need). Berdasarkan temuan survei awal tersebut diduga rendahnya kunjungan terkait dengan faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit sebagai sarana kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan gigi di wilayah kerja puskesmas, lokasinya tidak jauh dari pemukiman penduduk sehingga cukup mudah ditempuh dengan kenderaan pribadi dan angkutan umum. Sedangkan sarana pelayanan lainnya seperti: praktek dokter gigi, Poli Gigi dan Mulut rumah sakit cukup jauh dari tempat tinggal penduduk sehingga sulit untuk menjangkaunya. Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit, seperti: peralatan untuk cabut gigi, penambalan gigi, pembersihan karang gigi dan obat-obatan yang cukup untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit gigi dan mulut secara umum. Dalam pelayanannya didukung oleh tenaga kesehatan dengan latar belakang pendidikan kedokteran gigi maupun keperawatan gigi yaitu dokter gigi 1 orang dan perawat gigi sebanyak 2 orang. Gambaran Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit yang telah memenuhi syarat seharusnya dapat mendukung peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Keberadaan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Buhit. Pemanfaatan kembali pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas untuk kunjungan pasien lama menunjukkan manfaat yang telah dirasakan terhadap

pelayanan rawat jalan Puskesmas, sementara kunjungan pasien baru menunjukkan minat pasien saat ini untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jumlah pasien baru gigi dan mulut untuk berobat ke Poli Gigi dan Mulut yang berkunjung yang mengalami penurunan menunjukkan rendahnya minat pasien dalam memanfaatkan Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir. Sarana pelayanan kesehatan dikatakan dimanfaatkan apabila pasien melakukan kunjungan berulang. Menurut Depkes RI (2004) frekuensi kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan seperti Poli Gigi dan Mulut puskesmas minimal sekali 6 bulan atau 2 kali dalam setahun. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan antara lain: menambah tenaga perawat gigi, pelatihan-pelatihan bagi petugas, melengkapi sarana dan prasarana pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, namun upaya tersebut belum dapat meningkatkan jumlah kunjungan pasien lama maupun baru di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit. Minat masyarakat yang rendah dalam memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut perlu diteliti di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir. Berdasarkan beberapa uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien Serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

1.2 Permasalahan Bagaimana pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 1.4 Hipotesis Faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan gigi dan mulut berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dalam manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.