BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Sisa dan Skrap Logam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 199

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Barang Modal. Bukan Baru.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Barang Modal. Bukan Baru.

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1890, 2015 KEMENDAG. Impor. Mesin. Multifungsi. Berwarana. Fotokopi. Berwarana. Printer Berwarna. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 58/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG MODAL BUKAN BARU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Mencabut Peraturan Dewan Pertahanan Negara Nomor 14 dan Menetapkan Peraturan T

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-DAG/PER/1/2007 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KERAMIK

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2 d. bahwa hasil pembahasan Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional telah memutuskan untuk mengenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan berupa kuota terha

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR SEMEN CLINKER DAN SEMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Importir (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1516); 3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/10/2015 tenta

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T

2016, No Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 54)

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang K

44.04 MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-IND/PER/5/2008 TENTANG

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Or

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR MUTIARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAFIA ESA

2018, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 77/M-DAG/PER/11/2016

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No bejana tekan dan tangki dari logam, serta pembuatan mesin pertanian dan kehutanan telah memenuhi kriteria penilaian dan ketentuan baran

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /11/M-DAG/PER/3/2010 TENTANG

2015, No Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 97/M-DAG/PER/12/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan dinilai su

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR PELUMAS

2017, No DAG/PER/12/2016 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdaganga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Penerbitan Perizinan di Bidang Perdagangan kepada Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Ta

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No /M-DAG/PER/12/2016 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya; Mengingat : Peraturan Menteri Perdaga

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 08/DAGLU/PER/7/2008

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/3/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perd

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 711/MPP/Kep/12/2003

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINANN TENTANG TUHAN. dan peralatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 244, Tambahan Le

2017, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2014 KEMENPERIN. Daur Ulang. Bahan Baku. Peleburan Baja. Industri. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/M-IND/PER/7/2014 TENTANG BAHAN BAKU DAUR ULANG (B2DU) UNTUK INDUSTRI PELEBURAN BAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri peleburan baja merupakan industri strategis yang mendukung industri baja nasional yang banyak menyerap tenaga kerja dan berperan dalam penyiapan material untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia; b. bahwa sebagian besar industri peleburan baja nasional menggunakan bahan baku daur ulang berbentuk skrap besi dan baja yang mengandung material ikutan (impurities); c. bahwa dengan proses pengolahan bahan baku daur ulang, industri peleburan baja dapat meningkatkan efisiensi proses produksi; d. bahwa bahan baku daur ulang berbentuk skrap besi dan baja yang dilebur dengan teknologi proses peleburan pada temperatur diatas 1500o C dan mengubah material ikutan (impurities) menjadi debu dan terak sehingga dampak lingkungan terkendali;

2014, No.917 2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu mengatur kualitas dan kriteria bahan baku daur ulang besi dan baja dengan menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Bahan Baku Daur Ulang untuk Industri Peleburan Baja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2011; 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II Periode 2009 2014 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8/P Tahun 2014; 7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M- IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian;

3 2014, No.917 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG BAHAN BAKU DAUR ULANG (B2DU) UNTUK INDUSTRI PELEBURAN BAJA. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Baku Daur Ulang, yang selanjutnya disebut dengan B2DU adalah bahan bekas yang diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. 2. B2DU Besi Baja adalah B2DU untuk industri peleburan baja yang memiliki kandungan utama besi (Fe) berbentuk sisa dan skrap besi dan baja. 3. Industri Peleburan Baja adalah industri yang memproduksi bahan setengah jadi seperti ingot, billet, bloom, dan slab dengan melebur bahan baku. 4. Material Ikutan (impurities) adalah unsur dan/atau material ikutan yang karena proses perucatan, pengumpulan, penyimpanan, pemuatan, dan transportasi yang tidak dapat dihindari dan ikut terbawa dalam B2DU Besi Baja dengan jenis dan jumlah yang terbatas. 5. Ingot baja adalah produk setengah jadi hasil peleburan baja yang tidak melalui proses cetakan penuangan kontinyu (non-continuous casting machine). 6. Billet atau bloom baja adalah produk setengah jadi hasil peleburan baja melalui proses cetakan penuangan kontinyu (continuous casting machine) berbentuk balok dengan penampang melintang berbentuk bujur sangkar/persegi. 7. Slab baja adalah produk setengah jadi hasil peleburan baja berbentuk lembaran tebal melalui proses cetakan penuangan kontinyu (continuous casting machine). 8. Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja adalah surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri yang menyatakan bahwa industri peleburan baja diizinkan menggunakan B2DU Besi Baja impor sebagai bahan baku. 9. Pemeriksaan adalah pengecekan fasilitas produksi dan pengelolaan lingkungan pada industri peleburan baja.

2014, No.917 4 10. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat kewenangan dari Menteri untuk melakukan verifikasi atau penelusuran teknis imporb2dubesi Baja di pelabuhan muat luar negeri. 11. Verifikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Surveyor guna memverifikasi kebenaran jumlah dan prosentase kandungan material ikutan(impurities) dalam B2DU Besi Baja impor. 12. Laporan Hasil Verifikasi (LV) adalah surat yang diterbitkan oleh Surveyor yang menjelaskan hasil penelusuran teknis imporb2dubesi Baja yang disampaikan kepada Industri Peleburan Baja pemohon verifikasi dan ditembuskan kepada Direktur Jenderal Pembina Industri. 13. Direktur Jenderal Pembina Industri adalah Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian. 14. Direktur Pembina Industri adalah Direktur Industri Material Dasar Logam, Kementerian Perindustrian. 15. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian. BAB II Bahan Baku Industri Peleburan Baja Pasal 2 (1) Bahan baku industri peleburan baja terdiri dari: a. besi spons (Direct Reduced Iron/DRI), pig iron, Hot Briquetted Iron (HBI), dan Cold Briquetted Iron (CBI); dan/atau b. B2DU Besi Baja. (2) Bahan baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dari dalam negeri dan impor. BAB III B2DU Besi Baja Impor Pasal 3 B2DU Besi Baja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b meliputi Pos Tarif (HS Code) sebagai berikut: No Uraian Barang Pos Tarif 1 Sisa dan skrap dari besi tuang 7204.10.00.00 2 Sisa dan skrap dari baja stainless 7204.21.00.00

5 2014, No.917 No Uraian Barang Pos Tarif 3 Sisa dan skrap dari baja paduan selain dari baja stainless. 4 Sisa dan skrap dari besi atau baja dilapis timah. 5 Sisa dan skrap selain dari besi tuang, selain dari baja paduan, selain dari besi atau baja dilapis timah, dalam bentuk gram, serutan, kepingan, sisa gilingan, serbuk gergaji, kikiran, potongan dan hancuran, dalam bundel maupun tidak 6 Sisa dan skrap selain dari besi tuang, selain dari baja paduan, selain dari besi atau baja dilapis timah, selain dalam bentuk gram, serutan, kepingan, sisa gilingan, serbuk gergaji, kikiran, potongan dan hancuran, dalam bundel maupun tidak 7204.29.00.00 7204.30.00.00 7204.41.00.00 7204.49.00.00 7 Ingot hasil peleburan kembali skrap 7204.50.00.00 Pasal 4 B2DU Besi Baja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikecualikan dari kewajiban memenuhi ketentuan importasi limbah non B3, dengan ketentuan sebagai berikut : a. digunakan sebagai bahan baku industri peleburan baja; dan b. memiliki Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja. Pasal 5 (1) B2DU Besi Baja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 asal impor wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. batas material ikutan (impurities) maksimal 2% (dua persen) dari total berat B2DU Besi Baja dalam satu pengapalan sebagaimana tercantum dalam Bill of Lading (BL). b. Tidak mengandung oksida besi yang berlebihan dalam bentuk apapun, kecuali untuk jumlah tertentu akibat dari penyimpanan di luar ruangan dalam kondisi atmosfer normal;

2014, No.917 6 c. secara kasat mata bebas dari minyak, emulsi minyak, minyak pelumas, dan minyak gemuk (grease) kecuali dalam jumlah sedikit dan tidak sampai menetes; dan d. bebas dari zat radioactive dan bahan yang mudah meledak (explosive). (2) Ketentuan material ikutan (impurities) pada B2DU Besi Baja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberlakukan terhadap: a. material non-ferrous (tidak termasuk elemen paduan dalam substrat logam besi) dan non-logam seperti tanah, debu, isolasi, kaca; b. material non-logam yang mudah terbakar seperti karet, plastik, kain, kain majun, kayu, bahan kimia lain atau bahan substansi organik lain; c. potongan besar (seukuran batu bata) material non-konduktor listrik seperti ban, pipa isi semen, kayu, dan beton; dan d. residu yang dihasilkan dari proses peleburan, pemanasan, pengerjaan permukaan (termasuk scarfing), penggerindaan, penggergajian, pengelasan dan torch cutting, seperti terak besi (slag), mill scale, debu kantong filter (baghouse dust), serbuk gerinda (grinder dust), dan sludge. (3) Penentuan kondisi bebas dari minyak, emulsi minyak, minyak pelumas, dan minyak gemuk (grease) sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c harus mempertimbangkan perbedaan iklim dan/atau temperatur di pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan. Pasal 6 (1) Industri Peleburan Baja wajib melakukan proses produksi dengan temperatur diatas 15000 C. (2) Proses produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melebur bahan baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan/atau material ikutan (impurities) menjadi debu dan terak. (3) Pengendalian dampak lingkungan dari debu dan terak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses peleburan baja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan proses pengelolaan debu dan terak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis.

7 2014, No.917 BAB IV Importasi B2DU Besi Baja Pasal 7 (1) B2DU Besi Baja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b hanya dapat diimpor oleh pemegang Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja yang telah memenuhi ketentuan umum di bidang impor dan tidak dapat dipindahtangankan. (2) Surat Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. (3) Pemegang Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja wajib melaporkan realisasi impor B2DU Besi Baja setiap 6 (enam) bulan dalam tahun berjalan kepada Direktur Pembina Industri. Pasal 8 (1) Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri berdasarkan permohonan dan ditembuskan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses permohonan dan penerbitan Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja diatur dalam Petunjuk Teknis. Pasal 9 (1) Untuk mendapatkan Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) perusahaan pemohon wajib memenuhi ketentuan dalam Pasal 5 yang dibuktikan dengan Laporan Hasil Verifikasi (LV) yang diterbitkan oleh Surveyor yang ditunjuk Menteri. (2) Laporan Hasil Verifikasi (LV) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai dokumen kepabeanan. Pasal 10 (1) Surveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) melakukan verifikasi di pelabuhan muat B2DU Besi Baja. (2) Dalam melakukan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Surveyor wajib : a. bertanggung jawab terhadap Laporan Hasil Verifikasi (LV) yang diterbitkannya; b. menyampaikan laporan penerbitan Laporan Hasil Verifikasi (LV) kepada Direktur Pembina dalam bentuk rekapitulasi pada : 1) setiap bulan Juli minggu kedua, untuk periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni; dan

2014, No.917 8 2) setiap bulan Januari minggu kedua, untuk periode bulan Juli sampai dengan bulan Desember. c. menyampaikan presentasi dan pemaparan hasil verifikasi dalam 1 (satu) tahun setiap bulan Februari kepada Direktur Jenderal Pembina Industri. Pasal 11 (1) Dalam hal ditemukan ketidaksesuaian antara Laporan Hasil Verifikasi (LV) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dengan penemuan hasil pengawasan di Kawasan Pabean Indonesia oleh Direktorat Bea dan Cukai, harus dilakukan verifikasi ulang oleh surveyor yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pembina Industri dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (2) Hasil verifikasi ulang yang dilakukan oleh surveyor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disahkan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (3) Apabila berdasarkan hasil verifikasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh ketidaksesuaian dengan hasil verifikasi yang dilakukan Surveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), terhadap B2DU Besi Baja impor wajib diekspor kembali oleh importir yang bersangkutan. Pasal 12 Penunjukan Surveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilakukan terhadap Surveyor yang sekurang-kurangnya memiliki: a. Surat Izin Usaha Jasa Survey (SIUJS); b. keahlian dan profesionalisme sebagai surveyor di bidang skrap besi dan baja; dan c. cabang atau perwakilan dan/atau afiliasi di luar negeri dan memiliki jaringan sistem informasi untuk mendukung efektifitas pelayanan verifikasi. BAB V Pembinaan dan Pengawasan Pasal 13 Direktur Jenderal Pembina Industri melakukan pembinaan atas penggunaan B2DU Besi Baja melalui: a. sosialisasi peraturan terkait dengan penggunaan B2DU Besi Baja; dan b. pembinaan teknis guna membantu industri dalam memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

9 2014, No.917 Pasal 14 (1) Direktur Jenderal Pembina Industri melakukan pengawasan pelaksanaan Izin Penggunaan B2DU Besi Baja dengan melakukan pemeriksaan terhadap: a. realisasi penggunaan B2DU Besi Baja dan realisasi produksi; dan b. penggunaan peralatan proses peleburan dan pengelolaan debu dan terak sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis. (2) Direktur Jenderal dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menugaskan Direktur Pembina Industri. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Pasal 15 Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4), Pasal 8 ayat (2), Pasal 14 ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri. BAB VI Sanksi Pasal 16 Pemegang Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b yang tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 5, Pasal 6, dan/atau Pasal 7 ayat (2) dan (3) diberikan sanksi administratif berupa: a. surat teguran dari Direktur Jenderal Pembina Industri sebanyakbanyaknya 3 (tiga) kali dalam jangka waktu masing masing 60 (enam puluh) hari kalender; dan b. apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dilakukan tindakan perbaikan, Direktur Jenderal Pembina Industri mencabut Surat Izin Penggunaan B2DU Besi Baja berdasarkan rekomendasi dari Direktur Pembina Industri. Pasal 17 Surveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan penunjukan sebagai verifikator apabila : a. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2); atau b. melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Menteri ini dan/atau peraturan perundang-undangan terkait verifikasi.

2014, No.917 10 Pasal 18 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 02 Juli 2014 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, MOHAMAD S. HIDAYAT Diundangkan di Jakarta pada tanggal 04 Juli 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDDIN