PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN ASURANSI I. UMUM Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi dan Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi merupakan peraturan petunjuk pelaksanaan yang merupakan amanat dari Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Peran Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi Dan Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dalam perkembangan Industri Perasuransian dalam perkembangan industri perasuransian sangatlah besar. Perusahaan dan pelaku industri berperan penting dalam menciptakan industri perasuransian yang lebih sehat, dapat diandalkan, amanah, dan kompetitif. Muara dari semua upaya tersebut adalah bertumbuhnya pereknomian bangsa yang pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan bangsa sebagai upaya mewujudkan cita-cita bangsa. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini merupakan penyempurnaan terhadap Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 425/KMK.06/2003 Tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahan Penunjang Usaha Perasuransian. Sebagai upaya penyempurnaan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Ini mengadopsi amanat yang harus diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yaitu: a. Persyaratan dan tata cara perizinan b. Persyaratan dan tata cara pendaftaran pialang asuransi, pialang reasuransi, dan agen asuransi
- 2 - c. Tata cara dan persyaratan perubahan kepemilikan perusahaan perasuransian d. Tata cara penyesuaian kepemilikan dan sanksi bagi perusahaan perasuransian yang tidak melakukan penyesuaian kepemilikan. Selain dari materi tersebut, dilakukan juga upaya penyempurnaan dalam materi-materi dalam peraturan yang berlaku sebelumnya, seperti perizinan, pelaporan, pembukaan kantor, penggabungan, peleburan, pemisahan hingga penerapan sanksi. Hal tersebut merupakan upaya dalam memenuhi kebutuhan hukum dari industri perasuransian. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) Contoh Perusahaan yang dimiliki oleh badan hukum Indonesia yang secara langsung sepenuhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia WNI A WNI B PT XYZ WNI C PT Pialang Asuransi ABC PT Pialang Asuransi ABC dimiliki secara langsung oleh PT XYZ yang secara tidak langsung dimiliki oleh WNI A dan WNI B Contoh Perusahaan yang dimiliki oleh badan hukum Indonesia yang secara tidak langsung dimiliki oleh WNI.
- 3 - WNI B WNI A BHA PT XYZ WNI C PT Pialang Asuransi ABC PT Pialang Asuransi ABC dimiliki secara langsung oleh PT XYZ yang secara langsung dimiliki WNI A dan dimiliki secara tidak langsung oleh WNI B melalui BHI CC. Ayat (2) Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a
- 4 - Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Angka 1 Angka 2 Angka 3 Yang dimaksud dengan bukti kepemilikan atau penguasaan gedung kantor dapat berupa akta kepemilikan, perjanjian sewa menyewa, atau surat keterangan lain yang menyatakan bahwa perusahaan berhak menggunakan gedung atau ruangan kantor. Angka 4 Angka 5 Angka 6 Huruf i
- 5 - Huruf j Huruf k Huruf l Huruf m Huruf n Huruf o Ayat (6) Cukup Jelas Ayat (7) Cukup Jelas Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Dalam hal Perusahaan dianggap membatalkan perizinan usaha, maka dokumen perizinan usaha yang telah disampaikan tidak dapat diminta kembali oleh pemohon.
- 6 - Ayat (6) Ayat (7) Pasal 11 Pasal 12 Ayat (1) Huruf a Fungsi pelayanan antara lain terdiri dari fungsi konsultasi, fungsi edukasi perlindungan konsumen, fungsi pemasaran dan penyelesaian klaim. Huruf b Fungsi teknis kepialangan antara lain terdiri dari analisis dan mitigasi risiko, penempatan asuransi dan reasuransi. Huruf c Ayat (2) Huruf a Fungsi pelayanan antara lain terdiri dari fungsi konsultasi, fungsi edukasi perlindungan konsumen, fungsi pemasaran dan penyelesaian klaim. Huruf b Fungsi teknis penilaian kerugian asuransi antara lain terdiri dari, fungsi pelaksanaan survey, fungsi penilaian kerugian, fungsi penyusunan laporan perhitungan/penilaian atas kerugian. Huruf c Ayat (3)
- 7 - Ayat (4) Pengendalian internal yang baik antara lain ditunjukkan dengan adanya pembagian tugas yang memungkinkan antar fungsi saling mengawasi (cross check) dan review pekerjaan secara berjenjang. Ayat (5) Ayat (6) Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26
- 8 - Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40
- 9 - Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Huruf a Huruf b Huruf c Pelaporan pengurangan modal disetor dilaksanakan oleh Perusahaan dalam hal penambahan modal disetor tidak mengakibatkan terjadinya: a. perubahan komposisi saham; b. pengambilalihan; dan/atau c. penambahan pemegang saham baru. Huruf d Pelaporan penambahan disetor dilaksanakan oleh Perusahaan dalam hal penambahan modal disetor tidak mengakibatkan terjadinya: a. perubahan komposisi saham; b. pengambilalihan; dan/atau c. penambahan pemegang saham baru.
- 10 Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Ayat (8) Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50
- 11 Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5637