BAB I PENDAHULUAN. macam kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan bebas yang terjadi, menyebabkan persaingan yang cukup ketat bagi

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena masyarakat dapat mengakses berbagai hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim :

Teknik Reportase dan Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB II URAIAN TEORITIS

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

FUNGSI MEDIA RADIO DALAM PENYAMPAIAN PESAN

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

Agenda Setting media terlihat dari tidak berimbangnya pemberitaan menyangkut isu keagamaan

MEDIA KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA SMAN 9 KENDARI. *Muh. Isnaeni**C1D **Sitti Harmin**Marsia Sumule G.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. keadilan. Seluruh proses produksi dan distribusi yang terjadi dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. media massa yang beredar, baik media cetak seperti: surat kabar, tabloid dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

Komunikasi massa dan efek media terhadap individu

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

70% kegiatan komunikasi PR adalah menulis sisanya kegiatan komunikasi lainnya. (Wisaksono Noeradi pakar PR senior)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk berkumpul dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

Produksi Berita TELEVISI (MK 41034)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB II URAIAN TEORITIS

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

PENGANTAR PR Teknik Menulis PR. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

BAB I PENDAHULUAN. Citizen Journalism atau JW (untuk selanjutnya akan disebut sebagai JW) dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB I PENDAHULUAN. pesaing baru maupun pesaing yang sudah ada yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan individu dan anggota masyarakat yang mempunyai berbagai macam kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi. Dengan informasi manusia dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya, menambah pengetahuan, memperluas cakrawala pandangan dan dapat pula meningkatkan kedudukan serta perannya di dalam masyarakat. Informasi adalah hal yang sangat substansi dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini. Pesatnya perkembangan teknologi khususnya teknologi komunikasi dalam beberpa dekade terakhir ini telah menciptakan suatu masyarakat baru yaitu masyarakat dengan tingkat selektivitas yang tinggi akan pesan-pesan yang disampaikan. Salah satu unsur terpenting dalam proses komunikasi adalah saluran/media. Seorang komunikator dalam proses komunikasi pastilah menggunakan unsur media sebagai alat penyampai pesan kepada komunikan. Tujuannya antara lain untuk memudahkan proses pengiriman pesan agar komunikan dapat dengan mudah menerimanya. Pemilihan media yang tepat dalam proses komunikasi turut memberikan peranan dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Biasanya pemilihan media disesuaikan dengan aspek sasaran komunikasi. Sehingga proses komunikasi akan mencapai target keberhasilan sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Dennnis Mc Quail: Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga oleh masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. Media massa hadir ditengah massanya dengan menyajikan aneka pesan, namun bukan berarti semua pesan itu diterima begitu saja oleh khalayak. Khalayak memilih pesan sesuai

dengan kebutuhannya, dihubungkan dengan ruang lingkup pengetahuan dan pengalamannya. Dengan demikian ia akan memilih pesan yang di dalamnya termuat kepentingannya atau mendekatkan dia pada harapan-harapan pemenuhan terhadap kebutuhannya masa kini dan masa mendatang, dan mengelakkan berita atau pesan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepentingannya. Dalam era informasi dewasa ini, berita menjadi bahan kebutuhan yang esensial bagi kehidupan manusia. Tidak ada pilihan lain, seiring dengan arus globalisasi, berita menjadi alternatif pilihan untuk melihat situasi dunia saat ini yang penuh gejolak. Sejalan dengan itu persaingan antara media massa khususnya surat kabar tidak dapat dielakkan lagi untuk menyuguhkan informasi lewat berita-berita yang aktual dan bermutu yang menurut Melvin Mencher (1984: 81): Berita yang disajikan wartawan, merupakan informasi yang dapat membantu pembacanya untuk mengetahui peristiwa yang terjadi di dunia dan disekitar dirinya. Umumnya majalah dan surat kabar menitikberatkan pada berita yang memiliki pengaruh di dalam kehidupan, seperti berita pemerintahan, peristiwa dunia dan kegiatan bisnis. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dan arus globalisasi itu mengakibatkan kebutuhan manusia yang semakin meningkat akan informasi. Hal ini disebabkan adanya siklus ketergantungan satu sama lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menuntut manusia untuk mengadopsi apa yang ditawarkannya yang menjadi kebutuhan manusia agar dapat mengikuti perkembangan jaman. Untuk itu surat kabar yang menjadi bagian dari media cetak harus senantiasa menampilkan berita-berita yang berkualitas hal ini disebabkan kompleksitas hidup manusia yang cenderung mengakibatkan makin besarmya kebutuhan akan informasi, dan ini sejalan dengan ciri-ciri dan fungsi yang dimiliki surat kabar. Sedangkan bila dilihat fungsi pers itu sendiri adalah : menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertaint), dan kontrol (sosial control).

Dalam suatu lembaga media massa, ada suatu bagian dari struktur organisasi yang diserahi tugas untuk menyunting naskah berita sehubungan dengan penyajiannya, bahsanya, ejaannya, dan hal-hal lain sesuai dengan calon pembacanya misalnya jenis-jenis berita, harga berita, dan sifat berita kita mengenal bagian itu dengan sebutan redaktur. Dalam ensiklopedia Indonesia (2864), redaksi adalah : 1. Gaya atau susunan, bentuk atau cara menulis karangan berita atau tulisan. 2. Nama yang diberikan kepada sekumpulan penulis, penyunting atau pengisi halaman surat kabar, majalah atau buku dengan selera yang telah menjadi keanggotaan penerbitan itu. 3. Dalam surat kabar juga dewan yang memilih dan menentukan dimuat tidaknya suatu berita atau tulisan. Dilihat dari tugasnya itu redaktur dituntut untuk selalu bijaksana dalam mengedit berita sehingga di dapat suatu berita yang benar-benar menarik perhatian pembaca. Dalam melaksanakan tugasnya banyak sekali berita yang harus di edit oleh redaktur. Media surat kabar cetak merupakan sarana komunikasi dan persuasi berbagai lapisan masyarakat seperti, partisan politik, pemerhati budaya dan lainnya. Sebagai sarana komunikasi, media massa cetak tersebut dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan komunikasi untuk memberikan informasi dan pengaruh pada masyarakat luas. Kekuatannya terletak pada penyajian berita berupa gaya penulisan dan pemilihan kata-kata yang lugas dan mudah dimengerti pembaca. Selain itu surat kabar cetak juga menonjolkan kekuatan lewat foto-foto kejadian yang menarik, grafis info, karikatur dan iklan. Kelebihan lain dari media massa cetak juga karena sifatnya yang lama dalam arti informasi yang dipublikasikan bisa disimpan tanpa harus melakukan recording sebagaimana dalam media massa siaran. Dengan demikian media massa cetak bukan merupakan media komunikasi, informasi, dan persuasi yang lewat begitu saja sebagaimana yang terjadi dalam media massa siaran baik radio maupun televisi. Informasi media massa cetak juga mempunyai kekuatan bagi kalangan tertentu, khususnya bagi golongan berpendidikan. Mereka biasanya membutuhkan informasi dan data

dalam bentuk cetakan yang merupakan hasil suatu observasi dan analisis yang cukup mendalam dan representatif. Ini diperkuat oleh pendapat Kenneth Janda dan kawan-kawan (1987:337) yang menyatakan bahwa Although more people today depend on television than on newspaper for news, those with more education rely more on newspapers. Newspapers usually do a more thorough job of informing the public about politics. Pendapat senada juga disampaikan oleh William L. Rivers dan kawan-kawan (2003:307) bahwa secara umum, berdasarkan kesimpulan dari berbagai studi, orang berpendidikan tinggi lebih menyukai media cetak atau media bacaan dibandingkan dengan media siaran; sedangkan mereka yang berpendidikan menengah kebawah lebih menyukai televisi dan radio. Harian Tribun Medan merupakan salah satu surat kabar/harian yang ada di bawah naungan Kompas Gramedia. Harian Tribun Medan terbit perdana pada Senin (27/9/2010), dengan harga Rp 1000,00 per eksemplar. Tribun Medan terbit dalam 24 halaman dan akan selalu menurunkan berita-berita eksklusif dengan independensi lembaga yang kokoh tanpa terkontaminasi kepentingan-kepentingan bisnis atau politik tertentu. Tribun Medan merupakan surat kabar Tribun ke-10 setelah Tribun Kaltim, Tribun Timur (Sulawesi Selatan), Tribun Batam, Tribun Jabar, Tribun Pekanbaru, Tribun Pontianak, Tribun Manado, Tribun Lampung, dan Tribun Jambi. Surat kabar harian yang terbit nonstop ini juga merupakan koran daerah Kompas Gramedia ke-18, yang ketika lahir belum menggunakan nama Tribun, antara lain Serambi Indonesia (Nanggroe Aceh Darusallam), Sriwijaya Pos (Sumatera Selatan), Banjarmasin Post, Pos Kupang, dan Bangka Pos. Tribun Medan membawa konsep easy reading dengan harapan informasinya dapat dengan mudah, cepat dan menyenangkan untuk diikuti oleh pembaca.

Peneliti memilih Tribun Medan sebagai objek yang ingin diteliti karena harian Tribun Medan merupakan surat kabar baru, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kualitas surat kabar Tribun Medan di mata pembaca. Dalam penelitian ini penulis memilih mahasiswa sebagai objek penlitian karena mahasiswa merupakan orang-orang yang banyak membutuhkan atau mengkonsumsi informasi baik dari media massa elektronik maupun media massa cetak, dalam penelitian ini khususnya media massa cetak yaitu surat kabar. Dalam hal ini penulis membatasi populasi dengan memilih mahasiswa USU program S-1 angkatan 2009-2011 dan hanya mengambil 3 (tiga) fakultas saja yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas ISIP. Adapun alasan penulis memilih ketiga fakultas ini karena mahasiswa di ketiga fakultas tersebut lebih cenderung mengkonsumsi media cetak baik karena kebutuhan akan informasi maupun karena kebutuhan untuk tugas-tugas perkuliahan. Dengan demikian penulis beranggapan bahwa surat kabar Tribun Medan sangat berpotensi untuk menjadi target mahasiswa karena harganya yang sangat terjangkau yaitu Rp 1000,- rupiah. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah persepsi mahasiswa terhadap surat kabar Tribun Medan. I.2. Perumusan Masalah Agar penelitian yang dilakukan ini lebih jelas dan terarah, perlu diberikan suatu rumusan yang jelas terhadap masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang di atas penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap surat kabar Tribun Medan.

I.3. Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah dan tidak meluas, sehingga menyulitkan penulis dalam penelitiannya. Maka penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu bertujuan memberikan gambaran atau mendeskripsikan tentang persepsi khalayak terhadap surat kabar Tribun Medan. 2. Penelitian ini dilakukan di. 3. Objek penelitian adalah mahasiswa yang mengetahui atau mengenal surat kabar Tribun Medan yang ada di. 4. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan April 2011-selesai. I.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui persepsi pembaca terhadap surat kabar Tribun Medan. 2. Untuk mengetahui kualitas surat kabar Tribun Medan. I.4.2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian dalam bidang ilmu komunikasi. 2. Secara teoritis, peneliti dapat menerapkan ilmu yang diterima selama menjadi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU, serta memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penelitian.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang membutuhkan dan bagi Harian Tribun Medan khususnya dalam meningkatkan kualitasnya. I.5. Kerangka Teori Dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah dengan jelas dan sistematis secara ilmiah, diperlukan teori-teori sebagai landasan berpikir dan kerangka berpikir. Kerangka teori merupakan landasan berpikir yang digunakan untuk mencari pemecahan suatu masalah. Setiap penelitian membutuhkan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan dan membahas masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut diamati (Nawawi, 1995 : 39-40). Mengungkap teori yang digunakan berati mengemukakan teori-teori yang relevan yang memang benar-benar digunakan untuk membantu menjelaskan atau menganalisis secara logis dan rasional fenomena sosial yang diteliti. Penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: I.5.1. Komunikasi Massa Meskipun berbeda-beda, ternyata komunikasi massa memiliki kesamaan, walau terdapat perbedaan antara ahli psikologi sosial dengan ahli komunikasi dalam masalah komunikasi tersebut. Ahli psikologi sosial mengatakan, komunikasi massa tidak selalu dengan mengggunakan media massa. Berpidato di lapangan disaksikan banyak orang, asal dapat menunjukkan perilaku massa (mass behavior), sudah dapatdikatakan komunikasi massa. Namun, ahli komunikasi juga berpendapat bahwa komunikasi massa (mass

communication) merupakan komunikasi melalui media massa (cetak dan atau elektronik). Jelasnya, komunikasi massa bagi ahli komunikasi merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Lebih jelasnya, dalam buku Mondry (2008:14), Effendy mengatakan bahwa komunikasi massa tentu komunikasi yang menggunakan media massa, seperti surat kabar, tabloid dan majalah atau radoi, televisi atau e-news. Menurut Effendy (1986), komunikasi massa juga dapat dikenali dari ciri khas yang dimilkinya, yakni: 1. Komunikasi massa berlangsung searah (one way communication), berarti komunikasi melalui media massa tidak mendapatkan arus balik langsung dari komunikan kepada komunikator. 2. Dalam media massa, meskipun sumber informasi atau komunikatornya perorangan, seperti wartawan, reporter atau penyiar, tetapi dalam menyampaikan sesuatu dia bertindak atas nama lembaga, berupa media massa yang diwakilinya. 3. Pesan yang disebar media massa tidak ditujukan kepada perorangan atau kelompok atau orang tertentu, tetapi lebih bersifat umum (public) karena ditujukan kepada khalayak umum dan mengenai kepentingan umum. 4. Media massa mampu menimbulkan keserempakan (simultaneity) terhadap khalayak dalam menerima pesan yang disampaikan. 5. Sasaran komunikan (pembaca, pendengar atau pemirsa) yang dituju atau menjadi sasaran media massa bersifat heterogen. Keberadaan mereka juga berpencar dan tidak saling mengenal, juga tidak dapat melakukan kontak secara pribadi. Dengan tujuan yang sama, Assegaff (1983) mengungkapkan bahwa media massa memilki ciri-ciri yang umum, meliputi: 1. komunikasi massa bersifat komunikasi searah;

2. menyajikan aneka atau rangkaian pilihan informasi yang luas, baik ditinjau dari khalayak yang ingin menjadi sasaran maupun dari sisi pilihan isi yang diberikan kepada khalayak pembaca; 3. sifat media massa dapat menjangkau khalayak yang besar dan tersebar karena jumlah media massa lebih sedikit dibanding khalayak yang memanfaatkan; 4. karena sifat media massa manarik perhatian khalayak luas dan besar, berarti media itu harus mampu mencapai tingkat intelek umum (rata-rata); 5. organisasi penyelenggara komunikasi massa merupakan lembaga masyarakat yang harus peka terhadap berbagai hal, seperti lingkungannya, termasuk lingkungan masyarakatnya. I.5.2. Uses and Gratification Teori Uses and Gratification lebihmenekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media (Nurudin, 2004: 181). Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Menurut teori ini konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bebas memilih media mana yang mampu memuaskan kebutuhan informasi khalayak, serta bagaimana media itu akan berdampak bagi khalayak itu sendiri. Katz menggambarkan sejumlah logika yang mendasari penelitian uses and gratification sebagai berikut: (1) kondisi sosial psikologi seseorang yang menyebabkan adanya (2) kebutuhan yang menciptakan (3) harapan-harapan terhadap (4) media massa dan sumbersumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya (Ardianto, 2004: 72).

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh seseorang (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial. Keefektifan khalayak terlihat jelas dalam pemilihan media yang digunakan, dimana khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan, saksikan dan baca. Khalayak bebas dalam mengontrol media yang digunakan. Pengontrolan disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku untuk semua jenis media baik media cetak maupun media elektronik. Unsur motif dalam tindakan seleksi media ini biasanya dilakukan untuk memuaskan kebutuhan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan arus lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Severin, 2007: 4). Asumsi dasar dari pendekatan uses and gratification: 1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa bannyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak. 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak. 4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan oleh khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan atau motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti dahulu orientasi khalayak. I.5.3. Berita Berita menjadi informasi yang terbanyak diperoleh bila seseorang membaca media cetak, bahkan ada yang mengatakan bisa mencapai 90 persen, meskipun belum tentu persentasenya seperti itu bila dia memanfaatkan media elektronik. Assegaff, 1983 (dalam buku Mondry, 2008: 132) menuliskan, Charles A. Dana mengungkap pameo terkenal tentang berita, dia mengatakan, bila orang digigit anjing, itu bukan berita, tetapi bila orang menggit anjing, itu baru berita. Batasan itu memang tidak terlalu benar karena bila yang digigit anjing itu tokoh terkenal, tetap saja menjadi berita menarik. Tetapi inti yang ditangkap dari kalimat itu, berita haruslah kejadian luar biasa sehingga menarik perhatian orang. Romli (2004) mendefinisikan berita merupakan laporan peristiwa yang memiliki nilai berita (news value), aktual, faktual, penting, dan menarik. Berdasarkan berbagai definisi itu, meskipun berbeda, terdapat persamaan yang mengikat pada berita, meliputi; menarik perhatian, luar biasa dan termasa (baru). Karena itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah: informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan atau ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam waktu secepatnya. Dengan definisi tersebut, dapatlah diketahui bahwa syarat berita harus: - Merupakan fakta, bukan karangan (fiksi) atau dibuat-buat; - Kalaupun itu pendapat atau ide, bukanlah dari wartawan atau reporter yang menulisnya, tetapi pendapat atau ide orang lain. Itu berarti, seorang wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam tulisan berita; - Informasi itu harus ditulis dengan cara yang sudah ditentukan;

- Disebar melalui media massa secepatnya. Sifat lain yang harus diingat, berita harus menarik perhatian masyarakat atau lebih tepatnya, konsumen. Tentu saja yang dimaksud dengan perhatian konsumen merupakan pembaca bagi media cetak, pendengar bagi radio, atau pemirsa bagi televisi. Bukan tidak mungkin, dari sisi informasi, berita kurang menarik, tetapi ada daya tarik tertentu yang membuat konsumen merasa tertarik. Mungkin karena berita artis terkenal atau karena informasinya membuat konsumen penasaran. Tegasnya, bila informasi tidak menarik, jangan diberitakan. Berita juga punya syarat harus disebarkan melalui media massa sesuai periodesasinya. 1.5.4. Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2000: 51). Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, yaitu aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefenisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Dengan adanya itu semua maka akan timbul persepsi. Menurut William J. Stanton (dalam Setiadi, 2003: 160) persepsi dapat didefenisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Sedangkan menurut Webster, persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi dan diinterpretasikan.

STIMULI -penglihatan sensasi Indera penerima -suara -bau -rasa Indera penerima perhatian interpretasi PERSEPSI tanggapan Gambar 1. Proses Perseptual Persepsi merupakan proses bagaimana individu meilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan (Kotler 1997: 164). Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi: - Perhatian selektif. Orang pada umumnya dihadapkan pada sejumlah rangsangan yang sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Perhatian yang selektif berarti harus dapat menarik perhatian konsumen, dimana pesan yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang tidak berada dalam pasar produk tersebut, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar tersebut. - Distorsi Selektif. Merupakan kecenderungan orang untuk mengubah informasi ke dalam pengertian pribadi dan menginterpretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung pra konsepsi mereka, bukannya yang akan menentang pra konsepsi mereka.

- Ingatan Selektif. Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan menahan informasi yang mendukung sikap kepercayaan mereka. Mengingat yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang dikatakan sebagai keunggulan suatu produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing. Konsumen akan mengingatnya pada saat ia mengingat tentang pemilihan produk (Simamora, 2003: 10). 1.5.5. Agenda Setting Teori agenda setting adalah teori tentang massa. Media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap khalayak dengan pilihan mereka tentang apa isi berita yang akan dimuat dimedia untuk mempertimbangkan nilai berita dan seberapa banyak media tersebut menggunakan ruang atau kolom yang ada. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu secara tidak langsung akan mempengaruhi khalayak untuk menganggap suatu peristiwa itu penting. Jadi, berita yang dianggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, apabila media massa memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Teori agenda setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya (Effendy, 2000: 287). Media massa juga memiliki kemampuan untuk mengalihkan isu-isu penting yang sebenarnya dari agenda media massa untuk mendapatkan agenda publik yang sesuai dengan keinginan media tersebut. Kemampuan yang dimiliki media massa itu untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik, dengan cara mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa tadi. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:

- Masyarakat pers dan media massa tidak mencerminkan kenyataan, mereka menyaring dan membentuk isu. - Konsentrasi media hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditampilkan sebagai isu yang lebih penting ketimbang yang lain. Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal. Teori agenda setting ini dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Namun, Manheim memberikan suatu gambaran konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijaksanaan. Masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi berikut: - Agenda Media, dimensinya: a) visibility (visibilitas) yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. b) audience salience yaitu relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak. c) valence yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. - Agenda Khalayak, dimensinya: a) familiarity yaitu derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu. b) personal salience yaitu relevansi kepentingan dengan ciri pribadi. c) favorability yaitu pertimbangan senang atau tidak senang terhadap topik berita. - Agenda Kebijaksanaan, dimensinya; a) support yaitu kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.

b) likekihood of action yaitu kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan. c) freedom of action yaitu nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah. Konsep Manheim tersebut mendukung perkembangan teori agenda setting secara menyeluruh. Pihak media memang sering menilai dirinya sebagai refleksi masyarakat, yang menampilkan gambaran masyarakat secara lebih jelas dan memungkinkan unsur-unsur dalam masyarakat mengekspresikan dirinya kedalam segenap anggota masyarakat. Konsep media sebagai penyaring telah diakui masyarakat, karena media seringkali melakukan seleksi dan penafsiran terhadap suatu masalah. I.6. Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995: 40). Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Kriyantono, 2007: 149). Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang berrsifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Berdasarkan hal itu, maka operasional konsep yang diukur dalam penlitian ini adalah:

I.7. Operasional Konsep Berdasarkan konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variabelyang berfungsi untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep dalam operasionalnya. Operasional konsep dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1 Operasional Konsep No. Konsep Teoritis Konsep Operasional 1. Persepsi Mahasiswa terhadap Surat Kabar Tribun Medan 1. Ketertarikan terhadap informasi 2. Kejelasan informasi 3. Pemahaman akan informasi 4. Kesesuaian informasi terhadap kebutuhan 5. Perhatian 6. Penerimaan 2. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan I.8. Definisi Operasional Konsep-konsep sosial yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang kebihoperasional, yakni variabel dan konstrak (construct), biasanya belum sepenuhnya siap

untuk diukur. Hal ini demikian karena variabel dan konstrak sosial mempunyai beberapa dimensi yang dapat diukur secara berbeda. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dari informasi tersebut dia akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan atau diperlukan prosedur pengukuran yang baru (Singarimbun, 2008: 46). Komsep-konsep penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut: a. Persepsi Mahasiswa terhadap surat kabar Tribun Medan: 1. Ketertarikan terhadap informasi, yaitu kecenderungan dari diri individu terhadap sesuatu hal tertentu. 2. Kejelasan informasi, yaitu pesan-pesan yang diberikan oleh media harus jelas dan dapat dipahami oleh khalayak. 3. Pemahaman akan informasi, yaitu merupakan usaha individu untuk mengartikan atau menginterpretasikan informasi. 4. Kesesuaian informasi terhadap kebutuhan, yaitu adanya pandangan terhadap pemenuhan kebutuhan akan informasi. 5. Perhatian, yaitu suatu proses penyeleksian input yang akan diproses dalam kaitannya dengan pengalaman. Perhatian dipengaruhi oleh adanya motif dan kebutuhan, minat, intensitas dan ukuran, kontras dan hal-hal baru, pengulangan dan gerakan. 6. Penerimaan, yaitu apakah informasi yang disampaikan oleh media tersebut dapat dipercaya atau apakah ia mengandung informasi dengan nilai-nilai penting.

b. Karakteristik Responden: 1. Jenis kelamin: merupakan jenis kelamin informan. 2. Usia: merupakan usia informan saat diwawancarai. 3. Pendidikan: merupakan pendidikan informan. 4. Pekerjaan: merupakan pekerjaan informan. I.9. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.2. Perumusan Masalah I.3. Pembatasan Masalah I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.5. Kerangka Teori I.6. Kerangka Konsep I.7. Operasional Konsep I.8. Definisi Operasional BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi massa II.2. Jurnalistik II.3. Uses and Gratification II.4. Berita II.5. Persepsi II.6. Agenda Setting BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian

III.2. Lokasi Penelitian III.3. Subjek Penelitian III.4. Teknik Pengumpulan Data III.5. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Proses Pengumpulan Data IV.2. Hasil Pengamatan dan Wawancara IV.3. Pembahasan BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan V.2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN