IMPROVING MATHEMATICS COMUNICATION ABILITY OF STUDENTS IN GRADE 2 THROUGH PMRI APPROACH

dokumen-dokumen yang mirip
Pembelajaran Materi Bangun Datar melalui Cerita menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah Dasar

Pembelajaran Materi Bangun Datar Melalui Cerita Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah Dasar

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

KETERKAITAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

Desain Pembelajaran Aturan Sinus dan Aturan Cosinus Berbasis PMRI untuk Mengetahui Strategi Siswa

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang)

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

PENGEMBANGAN LKK DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA MATERI LIMAS DAN PRISMA TEGAK

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

P 13 PENERAPAN PMRI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB 2 KAJIAN PUS TAKA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CORE

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

Transkripsi:

IMPROVING MATHEMATICS COMUNICATION ABILITY OF STUDENTS IN GRADE 2 THROUGH PMRI APPROACH Ratu Ilma Indra Putri Department of Mathematics Education, Sriwijaya University Jl. Raya Palembang Indralaya, Km 32 Ogan Ilir Indralaya, e-mail:ratu.ilma@yahoo.com Abstract The aim of this research is to find how can students improve their communication ability in mathematics classroom using PMRI approach. This descriptive research was conducted at second grade of SDN 117 Palembang. Subject of this research is 36 students. Data were collected using observation, and documentation technique. Based on some evidences, from six groups can be seen that they able to solved problems, communicate, discuss in their groups, and make a presentation. Key words: PMRI, Mathematics Comunication I. PENDAHULUAN Tujuan pendidikan matematika sebagaimana yang terdapat di dalam kurikulum KTSP mata pelajaran matematika, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). Sejalan dengan tujuan pendidikan matematika seperti yang diungkapkan di atas, para ahli pendidikan dan para perancang kurikulum merumuskan empat kemampuan matematis dalam kurikulum yang diharapkan dapat dicapai siswa mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Keempat kemampuan matematis tersebut adalah penalaran, pemecahan masalah, koneksi, dan komunikasi. Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa karena komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada matematika dan pendidikan matematika. Pugalee (2001) menyebutkan bahwa jika siswa diberi kesempatan berkomunikasi tentang matematika, maka siswa akan berupaya meningkatkan keterampilan dan proses fikirnya yang krusial dalam pengembangan kemahiran menulis dan membaca matematika atau literasi matematis. Proses komunikasi juga membantu membangun makna, mempublikasikan ide, dan memberi siswa kesempatan untuk mengembangkan pemahaman mereka. Pembelajaran matematika realistis di kelas berorientasi kepada prinsip dan karakteristik PMRI sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Untuk menciptakan agar pembelajaran matematika nyaman dan menyenangkan, banyak cara yang dapat dilakukan antara lain dengan cara memperlihatkan sikap ramah dalam menanggapi berbagai kesalahan siswa, mengusahakan agar siswa dikondisikan untuk bersikap terbuka, mengajak siswa untuk belajar sambil bermain, dan menggunakan metode yang bervariasi. Dalam pembelajaran materi bangun datar, masih ditemukan guru mengajar dengan cara menggambarkan bentuk bangun datar seperti segitiga, persegi, dan persegi panjang di papan tulis, sedangkan siswa hanya mencacat yang dibuat oleh guru tersebut, dan pada akhirnya siswa tidak mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya, hal tersebut tidak sesuai dengan ciri-ciri pendidikan karakter yaitu kejujuran, kerja keras, menghargai

perbedaan, kerja sama, toleransi, dan disiplin. Menurut wakil menteri Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter seseorang," PMRI adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang akan menggiring siswa memahami konsep matematika dengan mengkonstruksi sendiri melalui pengetahuan sebelumnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya, dengan menemukan sendiri konsep tersebut, maka diharapkan belajar siswa menjadi bermakna. Untuk itu diperlukan pendekatan PMRI dalam pembelajaran materi bangun datar di kelas II SD, sehingga siswa mampu mengeluarkan pendapat, bertanya, dan mempresentasikan jawabannya. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: bagaimana gambaran kemampuan komunikasi matematis siswa pada saat proses pembelajaran materi bangun datar menggunakan PMRI di kelas IIb SDN 117 Palembang? Penelitian ini bertujuan untuk: Untuk mengetahui gambaran kemampuan komunikasi matematis siswa pada saat proses pembelajaran materi bangun datar menggunakan PMRI di kelas IIb SDN 117 Palembang. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut Ilma (2010) yang menyatakan PMRI adalah suatu pendekatan yang diadaptasi dari RME banyak ditentukan oleh pandangan Freudenthal tentang matematika. Dua pandangan penting beliau adalah mathematics must be connected to reality and mathematics as human activity. Pertama, matematika harus dekat terhadap siswa dan harus relevan dengan situasi kehidupan sehari-hari siswa. Kedua, ia menekankan bahwa matematika sebagai

aktivitas manusia, sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas semua topik dalam matematika. Tiga prinsip PMRI 1. Guided reinvention and didactical phenomenology 2. Progressive mathematization 3. Self-developed models Karakteristik PMRI Pada saat pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan tiga prinsip PMRI di atas, dioperasionalkan lebih jelas dalam lima karakteristik RME yang berkaitan dengan model pembelajaran dalam hal ini berkaitan dengan materi (karakteristik 1, 2 dan 5), metode (karakteristik 4), dan assessment (karakteristik 3): 1) Menggunakan masalah kontekstual (phenomenological exploration or the use of contexts), 2) Menggunakan model (the use of models or bridging by vertical instruments), 3) Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa (the use of students own productions and constructions or students contribution), 4) Interaktivitas (the interactive character of the teaching process or interactivity), 5) Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya (the intertwining of various learning strands). Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Tujuan dari pendidikan karakter untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di

sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Diharapkan melalui pendidikan karakter siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.. Komunikasi Salah satu nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah komunikasi. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Effendy, 1994: 10). Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian komunikasi yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Berdasarkan pengertian komunikasi di atas maka komunikasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, yaitu a. Komunikasi verbal (komunikasi dengan menggunakan kata-kata). Komunikasi verbal dibagi 2 yaitu komunikasi verbal lisan dan komunikasi verbal tulisan.

b. Komunikasi nonverbal (komunikasi tanpa menggunakan kata-kata atau pesan-pesan yang dinyatakan lewat sarana). Komunikasi Matematis Kemampuan komunikasi matematis merupakan kesanggupan/kecakapan seorang siswa untuk dapat menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang ada dalam soal matematika (Depdiknas, 2004: 24). Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika. Sebagaimana tercantum dalam prinsip-prinsip dan standar dari National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) yang memuat lima standar proses, yaitu: pemecahan masalah, penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi, dan representasi. Principles and Standarts for School Mathematics (NCTM, 2000: 60) mendeklarasikan pernyataan bahwa program pembelajaran di kelas-kelas TK sampai SMA di Amerika Serikat harus memberi kesempatan kepada para siswa untuk: 1. Mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran dan ide matematika dengan cara mengkomunikasikannya. 2. Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada teman sejawatnya, gurunya, dan orang lain. 3. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika orang lain. 4. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide mereka dengan tepat. Komunikasi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tiga dari lima standar proses dari NCTM yaitu: pemecahan masalah, penalaran dan bukti, koneksi dan representasi. II. METODOLOGI PENELITIAN Metode enelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan oleh guru dalam kaitannya dengan pembelajaran

materi bangun datar menggunakan pendekatan PMRI untuk melatih kemampuan komunikasi matematik siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas IIb SDN 117 Palembang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi di kelas untuk melihat kemampuan komunikasi matematik siswa, serta catatan lapangan (field note) hasil kerja siswa saat proses pembelajaran untuk mengetahui proses diskusi pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusinya. III. HASIL Penelitian diawali dengan persiapan dengan melakukan wawancara guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas IIb SDN 117 Palembang. Di dalam kelas, guru juga jarang melakukan pembelajaran secara kelompok sehingga tidak membuat siswa untuk melakukan diskusi dengan sesama mereka. Pada penelitian ini, peneliti membatasi pada materi bangun datar menggunakan pendekatan PMRI dalam pelaksanaan pembelajaran. Siswa dibagi dalam 6 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 6 orang siswa. Siswa diberikan materi yang sudah valid yaitu Tangram yang disampaikan dengan cara bercerita. Dalam penelitian ini dilihat melalui kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi, dan representasi dalam pembelajaran Materi Bangun Datar. IV. DISKUSI Pada bagian diskusi, dibahas kemampuan komunikasi matematika dalam pembelajaran berdasarkan indikator sebagai berikut. 1) Kemampuan Siswa dalam pemecahan masalah, Dalam penelitian ini konteks yang digunakan adalah Berburu di Hutan. Konteks ini menggunakan binatang-binatang yang diharapkan sudah diketahui oleh siswa. Dimana guru melalui bercerita menjelaskan materi bangun datar sedangkan siswa melalui aturan yang jelas membiasakan siswa untuk mampu berkompetisi menyelesaikan permasalahan

sesuai dengan cerita guru tentang Berburu di Hutan. Dari puzzle yang diberikan menunjukkan semua atau 100% siswa mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik. 2) Kemampuan siswa dalam penalaran dan pembuktian, Pada bagian ini siswa diharapkan mampu mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran dan ide matematika dengan cara menalar melalui model tangram yang menekankan penyelesaian dengan menggunakan permainan puzzle, siswa menggunakan cerita berburu di hutan dituangkan ke dalam bentuk-bentuk yang menggunakan bangun datar segitiga, segiempat, jajargenjang. Pada saat guru bercerita mengenai hutan yang kemudian dihubungkan dengan gambargambar yang tersedia dalam lembar kerja siswa. Siswa diminta untuk menyusun potonganpotongan tangram sesuai dengan cerita yang diberikan. Setelah selesai rangkaian cerita, siswa diminta untuk membuat model lainnya dan membuat cerita dari model yang mereka buat. Berikan kesempatan pada siswa untuk berargumen dan kemudian guru membimbing ke jawaban yang benar. Dari hasil siswa menunjukkan 4 dari 6 kelompok atau 66,6% mampu menyelesaikan dengan tepat waktu dan benar. Berikut gambar 1 yang menunjukkan siswa membentuk gambar dari 7 potongan bangun datar yang sudah diberikan guru untuk setiap kelompok. Gambar 1. Siswa membuat Model

3) Kemampuan siswa dalam koneksi dan representasi, Kontribusi yang besar dalam proses pembelajaran diharapkan dari kontribusi siswa sendiri yang mengarahkan dari informal ke arah formal. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator, moderator, dan evaluator. Pada karakteristik ini, terlihat bahwa siswa mampu mengeluarkan pendapat, dan menjawab pertanyaan, serta menjustifikasi jawabannya. Dari kegiatan permainan puzzle pada gambar 2 siswa mampu mengeluarkan pendapat melalui gambar-gambar yang dibentuk sesuai dengan cerita, selanjutnya siswa mampu mempresentasikan hasil pekerjaaannya di papan tulis sesuai dengan giliran dan aturan yang diberikan oleh guru. Di sini terlihat bahwa siswa mampu mengkomunikasikan pemikiran mereka secara logis kepada teman sekelompoknya. Gambar 2. Hasil Kerja Siswa Dengan menggunakan bahasa matematika melalui bentuk binatang yang dibentuk dimana siswa diharapkan untuk menyatakan ide-ide mereka dengan tepat. Negosiasi secara kooperasi, dan evaluasi sesama siswa dan guru yang digunakan untuk mencapai formal melalui bangun datar. Pada gambar 3 terlihat siswa daqlam kelompoknya melakukan aktivitas membentuk gambar sesuai cerita, jika telah selesai maka guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa. Dari hasil siswa menunjukkan semua atau 100% siswa membuat koneksi antara cerita dengan bangun datar yang diberkan pada LKS serta dari 6 kelompok hanya 2 kelompok atau 33,3% yang mampu mempresentasikan dengan sangat baik, sedangkan yang lainnya hanya dalam kategori baik pada materi bangun datar yang terdiri dari bangun segitiga samakaki, segitiga sama sisi, persegi, dan persegi panjang, serta jajar genjang melalui cerita yang berbentuk binatang seperti, anjing, kura-

kura, kelinci, rubah, singa, elang, ikan, buaya, kura-kura, serta kakek Tang, rumah kakek Tang. Sehingga diharapkan guru harus lebih membiasakan siswa untuk mempresentasikan hasil jawabannya di depan kelas. Gambar 3. Aktivitas siswa di kelas SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran materi bangun datar menggunakan tangram dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi siswa yang dilihat dari 3 indikator komunikasi yaitu mampu memecahkan permasalahan yang diberikan dengan baik, kemampuan siswa dalam penalaran dan pembuktian hanya 4 dari 6 kelompok atau 66,7% yang tepat waktu dan benar, sedangkan kemampuan koneksi menunjukkan 100% siswa dalam diskusi kelompok mampu untuk membentuk puzzle melalui cerita Berburu di Hutan. Pada saat mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas hanya 2 kelompok atau 33,3%yang mampu dengan sangat baik sedangkan 4 kelompok atau 66,7% menunjukkan kemampuan baik. Saran

Dengan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah : Guru, diharapkan mampu mendisain materi pembelajaran matematika yang dapat membuat siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2006. Undang-Undang RI Tentang Guru dan Dosen serta Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. CV. Tamita Utama : Jakarta. Effendy. 1994. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja. Ilma R., 2010. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Bentuk Tes Formatif terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mengontrol Intelegensi Siswa SD di Palembang. Disertasi (tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Jakarta. Iswadji. Djoko 2003. Pengembangan Media/Alat Peraga Pembelajaran Matematika di SLTP. Makalah tidak dipublikasikan. NCTM. 2000. Principles and Standarts for School Mathematic. Reston: NCTM. Pugalee, D.A. 2001. Using Communication to Develop Students Mathematical Literacy. Journal Research of Mathematical Education. (on line) Tersedia: http://www.my.nctm.org/ercsources/article-summary.asp?uri=mtms2001-01- 296a&from=B. Diakses tanggal 25 Oktober 2010. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.