BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Isti Wulandari, Edy Suryanto, Purwadi FKIP Universitas Sebelas Maret

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat memahami apa yang disampaikan. Pesan tersebut dapat berisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menyunting memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

I. PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

Oleh: Liana Sulistiana Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh : Fatmi Latifah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK BATIK PERBAIK PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dan suasana belajar yang kondusif. Suasana belajar yang kondusif. mengeksplorasi dan mengelaborasi keterampilannya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut erat kaitannya satu sama lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. garis besar kegiatan belajar-mengajar dikatakan berhasil dan sukses dilihat dari

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK AND WRITE

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif digunakan antarmanusia. Tanpa adanya suatu bahasa dalam berinteraksi, segala macam kegiatan dalam bermasyarakat tentunya akan lumpuh atau mati. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugihastuti (dalam Kusumaningsih, dkk., 2013:13) bahwa dalam berbagai macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pikiran gagasan pembicaraan kepada pendengar, atau penulis kepada pembicara. Bahasa digunakan manusia dalam berkomunikasi untuk saling memberi dan menerima informasi. Dengan kata lain bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Untuk dapat berkomunkasi dengan bahasa yang baik dan benar, seseorang harus mempelajari bahasa dengan baik, yakni dengan mempelajari seluruh aspek keterampilan yang ada di dalam pengajaran bahasa. Tarigan (2008: 1) mengemukakan bahwa dalam pengajaran bahasa dikenal adanya empat keterampilan berbahasa yang perlu dicapai peserta didik, yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Pendapat tersebut juga didukung oleh Nurgiyantoro (2010:422) bahwa keterampilan menulis merupakan manifestasi kompetensi berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca. Keempat aspek berbahasa ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Namun, dari keempat aspek tersebut bahasa tulis/keterampilan menulis adalah aspek paling sulit dalam pembelajaran bahasa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tarigan (2008:4) menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena keterampilan ini membutuhkan kemampuan seseorang untuk menyajikan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata agar maksud penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Iskandarwassid & Sunendar 1

2 (2011:248) menyatakan bahwa dibandingkan dengan menyimak, berbicara, dan membaca,keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun, hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Dengan demikian dalam pembelajaran bahasa diperlukan adanya kerjasama antara pendidik dan peserta didik karena keterampilan menulis diperlukan banyak praktik dan latihan yang teratur. Tanpa adanya praktik dan latihan teratur maka akan mempunyai kualitas keterampilan yang kurang baik. Hal tersebut sejalan dengan pedapat Tarigan (2008:1) bahwa keterampilan menulis hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan yang tersistematis. Namun begitu, keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi peserta didik di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca baik selama pendidikan maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam menulis. Oleh karena itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Dengan menulis seseorang akan lebih mengenali potensi dan kemampuan dirinya dalam berpikir, bernalar, berpengetahuan, mengembangkan gagasan dan menyerap berbagai informasi. Di samping itu, bagi yang rajin menulis akan terlatih dalam memperluas gagasan secara sistematis dan logis. Dalam pembelajaran menulis di SMA, terdapat kompetensi dasar menulis yang menuntut siswa untuk dapat membuat suatu karangan berdasarkan unsurunsur yang ditentukan, yakni struktur teks, unsur-unsur kelengkapan teks, kelengkapan isi, kebakuan bahasa yang digunakan, ketepatan pemilihan kata, dan ejaan. Namun, pada kenyataannya tidak semua siswa mampu menulis dengan baik dan benar. Selain itu, banyak siswa menganggap bahawa menulis adalah kegiatan yang sangat membosankan dan sulit. Namun mereka tetap harus melaksanakan kompetensi yang sudah ada dalam kurikulum. Sebagaimana yang tercantum

3 dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menyebutkan salah satu Standar Kompetensi 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan paragraf pidato dan Kompetensi Dasar yang harus dimiliki siswa adalah KD 12.1 Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif. Fenomena yang sering terjadi dalam pembelajaran menulis di sekolah, khususnya di SMA Negeri Gondangrejo berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2016 menunjukan rendahnya motivasi siswa dan hasil kemampuan menulis salah satunya pada siswa kelas X-1. Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis paragraf argumentasi di kelas X-1 tersebut, dan hasil tulisan yang dicapainya, serta informasi yang telah diperoleh dari berbagai pihak baik guru maupun siswa di SMA tersebut, dapat dinyatakan bahwa: (1) motivasi siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf argumentasi masih rendah. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata motivasi siswa selama pembelajaran pada pratindakan sebesar 32% dan termasuk dalam kategori kurang, dengan nilai ratarata motivasi siswa yang rendah sehingga berpengaruh pada nilai hasil menulis siswa yang kurang; (2) berdasarkan hasil kemampuan menulis siswa pada data nilai yang diperoleh saat survei awal menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 85 dan skor terendah 45 dengan rata-rata kelas 65,88. Data yang diperoleh dari 25 siswa yang hadir di kelas X-1 ternyata 9 siswa (36%) yang mendapat nilai 75 yang artinya sudah mencapai KKM, sedangkan 16 siswa (64%) mendapat nilai 75 yang artinya belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Kenyataan yang demikian dapat diindikasikan bahwa keterampilan menulis paragraf argumentasi di SMA Negeri Gondangrejo masih rendah khususnya pada kelas X1. Kemampuan menulis paragraf argumentasi dinilai kurang berhasil karena karya tulis siswa yang berupa paragraf argumentasi masih menunjukkan kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut berkaitan erat dengan (1) isi gagasan yang diungkapkan kurang dikembangkan dengan maksimal; (2) kalimat yang digunakan kurang logis; (3) siswa kesulitan untuk merangkaikan alasan-alasan

4 yang mereka kemukakan dengan fakta-fakta yang mendukung; (4) struktur karangan belum lengkap dan runtut; (5) bahasa dan tata tulis yang digunakan masih banyak kesalahan. Selain melakukan observasi terhadap kinerja siswa dan hasil kemampuan menulis paragraf argumentasi, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap kinerja guru. Pada waktu pratindakan masih terlihat kinerja guru belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan secara langsung selama pratindakan pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi dilakukan secara konvensional. Pembelajaran menulis paragraf argumentasi yang selama ini diterapkan oleh guru, yaitu: (1) guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan pokok materi pelajaran menulis paragraf argumetasi yang terdapat di buku LKS siswa; (2) guru memberikan contoh paragraf argumentasi yang terdapat dalam buku LKS siswa; (3) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas; (4)guru menugaskan siswa untuk membuat paragraf argumentasi dengan tema yang ditentukan oleh guru. Berdasarkan model pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, terdapat beberapa kekurangan kinerja guru selama proses pemebelajaran, di antaranya (1) tampak bahwa pembelajaran masih terpusat pada guru; (2) guru belum memberikan bimbingan dan pengawasan secara utuh ketika siswa mengerjakan tugas menulis paragraf argumentasi; (3) dalam memberikan materi guru belum menguasai kelas dengan maksimal sehingga siswa yang duduk dibangku belakang tidak memerhatikan penjelasan guru. (4) guru kurang inovatif dalam menggunakan model pembelajaran. (5) guru tidak menggunakan media pembelajaran untuk membangkitkan semangat siswa. Oleh karena itu, suasana belajar mengajar keterampilan menulis menjadi membosankan dan siswa merasa jenuh mengikuti proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran menulis tersebut, Suyono & Hariyanto (2014:5) berpendapat bahwa guru dituntut untuk inovatif, adaptif, dan kreatif serta mampu membawa suasana pembelajaran yang menyenangkan ke dalam kelas dan lingkungan pembelajaran, di mana terjadi interaksi belajar mengajar yang intensif dan berlangsung dari banyak arah (multiways and joyful learning).

5 Bertolak dari permasalahan yang sudah ditemukan oleh peneliti. Guru dan peneliti merasa perlu untuk mengadakan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran, terutama berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Model pembelajaran memang beragam tetapi tidak semua model dapat diterapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. hasil dan proses dalam pembelajaran meningkat jika seorang pendidik mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang baik sehingga suasana menjadi kondusif dan siswa aktif serta kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan diskusi peneliti dan guru bahasa Indonesia kelas X-1 Bapak Muhammad Yusuf, S.Pd untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran tersebut, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf argumentasi yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan keterampilan guru, peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran inovatif, yaitu model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media audiovisual. Yamin & Ansari (2008:84) menyatakan bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Pembelajaran ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Penerapan model Think Talk Write (TTW) dapat mendorong siswa untuk berpikir, aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, berkomunikasi dengan baik, siap mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) memperkenalkan siswa untuk memengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Faktor lain peneliti memilih model pembelajaran Think Talk Write (TTW) karena adanya penelitian dari Dewi (2015:17-18) penggunakan model pembelajaran yang sama dengan hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis deskripsi terlihat dari meningkatnya ketuntasan klasikal siswa pada setiap siklus. Pada kondisi awal atau prasiklus dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70, ketuntasan klasikal

6 mencapai 37,94% atau 11 siswa tuntas. Siklus I ketuntasan klasikal meningkat menjadi 68,96% atau 20 siswa. Siklus II ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,21% atau 25 siswa. Dalam pelaksanaannya pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) akan lebih bermakan jika didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat. Media audiovisual dirasa dapat mempermudah siswa dalam menulis karangan. Menurut Asyhar (2011:73) media audiovisual adalah media yang dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengomunikasikan pesan atau informasi. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik sebab mengandung kedua unsur tersebut. Melalui media ini sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa ketika mengikuti proses pembelajaran akan lebih tertarik untuk memperhatikan dan memahami. Oleh karena itu, dengan media audiovisual diperkirakan sangat cocok digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi karena dapat memotivasi dan memudahkan peserta didik untuk mengembangkan ide serta mengorganisasikan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Selain itu, dengan menggunakan media audiovisual akan merangsang siswa untuk menanggapi tentang permasalahan yang terdapat dalam video. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis. Penelitian tersebut diangkat dengan judul Peningkatan Motivasi dan Keterampilan Menulis Argumentasi Melalui Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri Gondangrejo Tahun Ajaran 2015/2016.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perumusan masalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah model pembelajaran Think Talk Write (TTW) menggunakan media audiovisual dapat meningkatkan motivasi siswa kelas X-1 SMA Negeri Gondangrejo pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi? 2. Apakah model pembelajaran Think Talk Write (TTW) menggunakan media audiovisual dapat meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X-1 SMA Negeri Gondangrejo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya: 1. Meningkatan motivasi siswa kelas X-1 SMA Negeri Gondangrejo pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) menggunakan media audiovisual. 2. Meningkatan kemampuan menulis paragraf argumentatif pada siswa kelas X-1 SMA Negeri Gondangrejo melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) menggunakan media audiovisual. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat praktis maupun manfaat teoretis : 1. Manfaat Teoretis a. Memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran yang berkenaan dengan menulis serta variabel-variabel yang berperan dalam hubungannya dengan keterampilan menulis paragraf argumentatif. Adapun sumbangan variabel-variabel yang berhubungan dengan keterampilan menulis paragraf argumentatif tersebut, antara lain: penggunaan metode Think Talk Write (TTW), media audiovisual, dan motivasi.

8 b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memilih dan menentukan model dalam melakukan pembelajaran menulis paragraf argumentatif sehingga profesionalisme guru semakin meningkat. c. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak sekolah agar memotivasi semangat para guru mengadakan penelitian sejenis, sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dan mutu sekolah akan meningkat. 3. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) memberikan motivasi belajar Bahasa dan Sastra Indonesia; 2) memberikan pembelajaran yang menarik; 3) meningkatkan kemampuan menulis argumentatif, khususnya pada siswa kelas X-1 SMA Negeri Gondangrejo; dan 4) melibatkan siswa secara aktif dengan bertanya dalam proses belajar sehingga pemahaman terhadap suatu materi dapat diterima secara maksimal. b. Bagi Guru 1) sebagai referensi metode pembelajaran menulis yang menyenangkan; 2) meningkatkan motivasi guru untuk berupaya menyelenggarakan pembelajaran dengan cara yang lebih inovatif; dan 3) mengefektifkan waktu pembelajaran bahasa Indonesia. c. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas proses pembelajaran di sekolah serta menciptakan output siswa yang berkualitas.