BAB II LANDASAN TEORI. berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ponorogo Propinsi

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Bradyrhizobium japonicum Penambat Nitrogen

II. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Strain bakteri yang menguntungkan dalam meningkatkan pertumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun sistematika tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Isolasi Bakteri Rizosfer dari Tanaman Jagung (Zea mays)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Tunggak. Kacang tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) termasuk keluarga

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

Tugas Kelompok. Bentuk tersedia bagi tumbuhan Fungsi Gejala Kahat. Kelompok: N, P, K, Ca, Mg, S, B, Cu, Cl, Fe, Mn, Mo, Zn

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cronquist (1981), tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut meliputi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPR) Enzim ACC Deaminase dan Etilen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

BAB I PENDAHULUAN. bunga anggrek yang unik menjadi alasan bagi para penyuka tanaman ini. Di

TINJAUAN PUSTAKA Fosfor (P) dan Perannya pada Tanaman Rizobakteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi

Fiksasi Nitrogen tanah : proses pertukaran nitrogen udara menjadi nitrogen dalam tanah oleh mikroba tanah yang simbiotik maupun nonsimbiotik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

IV. Hasil dan Pembahasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI BAKTERI PGPR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L.) HARMOKO NPM ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

I. PENDAHULUAN. kesuburan tanah menurun cepat, pencemaran air dan tanah, bahaya residu

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis [Sorghum bicolor (L.) Moench.] merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA Bacillus sp. Karakter Bacillus sp. sebagai PGPR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan-perubahan yaitu pada sifat fisik, kimia, ataupun biologinya.

I. PENDAHULUAN. Rhizobium sp. merupakan hal yang penting dalam bidang pertanian saat ini. Salah

BAB I PENDAHULUAN. yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang terus meningkat. Segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu

Penggunaan Rhizobium pada Tanaman Kedelai i

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA Kedelai Toleran Asam Bakteri Bintil Akar

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. (Merr)) merupakan salah satu tanaman yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ternak, dan untuk keperluan industri (Harmida, 2010). produksi kedelai pada lahan masam di luar Jawa (Sumarno, 2005).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam al-quran surat an-naba (78): telah disebutkan tentang salah

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 182.236,02 Hektar atau 5,59% luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak antara 7º32 8º15 Lintang Selatan (LS) dan antara 110º41 dan 111º18 Bujur Timur (BT) (BPS, 2014). Perbatasan Kabupaten Wonogiri di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur dan Samudra Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administrasi terbagi 25 Kecamatan 251 Desa dan 43 Kelurahan serta 2.306 Dusun/Lingkungan. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian selatan. Termasuk dalam jajaran pegunungan seribu yang merupakan mata air dari Sungai Begawan Solo (Rahmanto, 2011). Wonogiri beriklim Tropis, mempunyai 2 musim penghujan dan kemarau dengan temperatur rata-rata 24º - 37º C. Jenis tanah ada beberapa macam mulai dari litosol, regosol sampai dengan grumosol. Tanah berasal dari bahan induk beranekaragam dari 5

6 endapan, batuan maupun volkan. Kondisi tanah tersebut mengakibatkan lahan kering seluas 149.889 ha (82,1 %). 2. Lahan Kering Penggunaan istilah lahan kering di Indonesia belum tersepakati secara aklamasi. Beberapa pihak menggunakan istilah inggris: upland, dryland, atau non irrigated land (Notohadiprawiro, 1989). Menurut Kadekoh (2010) dalam Mayrowani et al., (2010) lahan kering didefinisikan sebagai lahan dimana pemenuhan kebutuhan air pada tanaman sepenuhnya bergantung pada air hujan dan tidak pernah tergenang sepanjang tahun. Pertanian lahan kering adalah tanah darat, tegalan, ladang, tadah hujan dan huma. Direktoral perluasan areal (2009) mendefinisikan lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian kecil waktu dalam setahun, yang terdiri dari lahan kering dataran rendah dan lahan kering dataran tinggi. Secara teoritis lahan kering di Indonesia dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu (1) lahan kering beriklim kering yang banyak dijumpai di Kawasan Timur Indonesia, dan (2) lahan kering beriklim basah yang banyak terdapat di Kawasan Barat Indonesia (Bamualim, 2004 dalam Mayrowani et al., 2010).

7 3. Kedelai (Glycine max) Kedelai pada awalnya dikenal dengan nama botani Glycine soja atau Soja max. namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah adalah Glycine max (L.) Merril. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosidae : Fabales : Fabaceae : Glycine Spesies : Glycine max (L.) Merr. (Adisarwanto, 2005). Gambar 1. Tanaman Kedelai (Glycine max) Kedelai (Glycine Max L. Merrill) merupakan tanaman semusim berupa semak rendah, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi

8 tanaman berkisar antara 10-11 cm sampai dengan 20 cm, bercabang sedikit atau banyak bergantung pada kultivar dan lingkungan hidupnya (Hidajat, 1985). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan air dalam tanah mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman kedelai (Herawati, 1994; Mar'ah, 1996; Masyhudi et al. 1989). Masyhudi et al. (1989) menyatakan bahwa pertumbuhan bagian-bagian vegetatif (akar, batang dan daun) dan bagian reproduktif (polong dan biji) mengalami penurunan akibat kekurangan air tersedia dalam tanah. Cekaman kekeringan juga berpengaruh terhadap tanaman kedelai. Harnowo (1992) menyatakan bahwa cekaman kekeringan pada fase reproduktif menghambat distribusi asimilat ke bagian reproduktif, menurunkan jumlah polong, biji dan bobot biji per tanaman. 4. Eksopolisakarida Eksopolisakarida merupakan polimer dengan bobot molekul tinggi yang tersusun dari monosakarida dan beberapa bahan non karbohidrat seperti asetat, piruvat, suksinat, dan fosfat. Struktur dan komposisi eksopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri tergantung pada beberapa faktor lingkungan seperti medium, sumber karbon dan nitrogen, sistem fisiologi bakteri (aerobik atau anaerobik), dan kondisi fermentasi (ph, suhu, dan konsentrasi oksigen). Pada umumnya eksopolisakarida secara optimum dihasilkan pada ph 7, suhu 30-37ºC dengan menggunakan

9 sukrosa atau glukosa sebagai sumber karbon (Sutherland, 2001; Duta et al., 2004; Bueno and Garcia-Cruz, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi eksopolisakarida, yaitu: lingkungan (kekurangan sumber karbon, nitrogen dan fosfat, flavonoid) dan kondisi stres (osmolaritas, kekuatan ion) (Janczarek, 2011). Produksi eksopolisakarida bakteri yang dihasilkan lebih tinggi pada kondisi stres lingkungan daripada kondisi yang tidak dalam stres lingkungan, mengindikasikan bahwa produksi eksopolisakarida oleh bakteri terjadi sebagai respon untuk kondisi stres lingkungan (Roberson and Firestone (1992) dalam Ali et al., 2013). Eksopolisakarida dihasilkan oleh bakteri gram negatif dan gram positif. Menurut Wingender et al. (1999) eksopolisakarida sering ditemukan di sekeliling struktur membran sel luar pada prokariota. Struktur fisik eksopolisakarida berupa kapsul sampai dengan dinding sel slime masif yang terbentuk di luar membran sel bakteri (Steinmetz et al., 1995). Eksopolisakarida melindungi bakteri dari berbagai macam cekaman lingkungan (Iqbal et al., 2002), melindungi sel dari senyawa antimikroba, antibodi, dan bakteriofage, ataupun untuk pelekatan dengan bakteri lainnya, binatang, dan jaringan tanaman (Wingender et al., 1999; Patten and Glick, 2002). Kemampuan menghasilkan eksopolisakarida tersebar diantara bakteria, yang memiliki beberapa fungsi, seperti mengumpulkan nutrisi, perlindungan terhadap stres lingkungan dan

10 senyawa antimikroba, dan perlekatan pada permukaan. Fungsi eksopolisakarida pada bakteri pengikat nitrogen membentuk simbiosis dengan kacang-kacangan membentuk sejenis nodul, eksopolisakarida merupakan tambahan yang diperlukan untuk menginfeksi akar tanaman inang (Janczarek, 2011). Selain itu, eksopolisakarida yang dihasilkan dapat berperan untuk meningkatkan perlekatan akar pada tanah dan secara mekanik dapat meningkatkan kemantapan agregat tanah di rizosfer (Chenu and Guerif, 1991). Eksopolisakarida bakteri membentuk mikroagregat yang stabil terhadap pengaruh aliran air, sehingga memelihara sifat fisik dan kimia tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman (Ashraf et al., 1999). Beberapa bakteri penghasil eksopolisakarida yang telah dilaporkan antara lain dari genus Pseudomonas yaitu P. aeruginosa, P. fluorescens, dan P. putida menghasilkan beberapa jenis polisakarida penting. Polisakarida tersebut antara lain polisakarida ekstraseluler, kapsular, dan lipopolisakarida (Kim et al., 1996; Sutherland, 1997). 5. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) Rhizobakteri adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran (rhizosphere) dan berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu rhizobakteri yang memacu pertumbuhan tanaman atau plant growthpromoting rhizobacteria (PGPR) dan rhizobakteri yang merugikan

11 tanaman atau deleterius rhiozbacteria (DRB). Plant Growth Promoting Rhizobacteria secara umum merupakan bakteri yang berkoloni di sekitar perakaran tanaman (Kloepper and Schroth, 1978) sebagai bakteri yang menguntungkan bagi tanaman dengan meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyediakan nutrisi bagi tanaman, dan mengontrol penyakit melalui produksi metabolit-metabolit antifungi (Ma et al., 2011). Menurut Woitke et al., (2004) PGPR merupakan kelompok mikroorganisme yang hidup bebas yang dapat memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara membuat koloni pada bagian perakaran atau hidup di daerah rizosfer. Beberapa mekanisme PGPR untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman antara lain yaitu produksi siderofor sebagai pengkelat besi dan sintesis fitohormon (Kloepper and Schroth, 1978). Mikroorganisme mampu menghasilkan hormon tumbuhan seperti auksin, sitokinin, dan giberelin (Leveau and Lindow, 2005). Hormon tanaman Auksin mengatur jumlah, tipe, dan arah pertumbuhan tanaman. Auksin ditemukan di seluruh anggota dari kerajaan tanaman. Indole acetic acid (IAA) merupakan auksin alami yang ditemukan memiliki peranan penting sebagai promotor pertumbuhan tanaman (Morshed et al., 2006). Hormon auksin mengendalikan berbagai proses fisiologi penting meliputi pembelahan dan perkembangan sel, diferensiasi jaringan, serta respon terhadap cahaya dan gravitasi (Salisbury and Ross, 1992). Salah satu produsen IAA yang cukup besar adalah bakteri (PGPR).

12 Gambar 2. Jalur biosintesis IAA menggunakan Trp (Normanly et al., 1995) Proses biosintesis IAA berdasarkan Normanly et al., (1995) terdiri dari empat jalur, yaitu: (1) jalur Indole-3-acetamide (IAM), (2) jalur Indole-3-pyruvate (IPyA), (3) jalur Tryptamine, dan (4) jalur Indole-3- acetonitrile. Lintasan Indole-3-pyruvate merupakan lintasan umum pada mikroorganisme seperti Enterobacter cloacae dan Azospirillum. Lintasan Indole-3-acetamide merupakan lintasan yang digunakan bakteri Agrobacterium tumefaciens dan P. syringae (Patten and Glick, 1996). Fosfor (P) merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan tanaman dan memegang peranan penting dalam proses metabolisme. Fosfor merupakan makronutrien penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Ketersediaannya dalam tanah antara 400-1.200 mg.kg -1. Konsentrasi fosfat dalam tanah biasanya sangat rendah, normalnya pada

13 level 1 ppm atau kurang (10M H 2 PO - 4 ). Sel dapat mengambil beberapa bentuk fosfat tetapi yang paling banyak adalah terserap dalam bentuk HPO 2-4 atau H 2 PO - 4 (Rodriguez and Fraga, 1999). Bakteri pelarut fosfat dalam aktivitasnya menghasilkan metabolit berupa asam-asam organik (asam sitrat, asam format, asam suksinat, asam asetat, asam propionate, asam butirat, dan asam oksalat) (Setiawati and Mihardja, 2008). Peningkatan asam-asam organik diikuti dengan penurunan ph. Perubahan ph berperanan penting dalam peningkatan kelarutan fosfat. Selanjutnya asam-asam organik akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat seperti Al 3+, Fe 3+, Ca 2+, atau Mg 2+ membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat dan oleh karena itu dapat diserap oleh tanaman (Ginting et al., 2006). Genus bakteri seperti Azotobacter, Bacillus, Beijerinckia, Burkholderia, Enterobacter, Erwinia, Flavobacterium, Microbacterium, Pseudomonas, Rhizobium, dan Serratia dilaporkan sebagai bakteri pelarut fosfat yang paling signifikan (Bhattacharyya and Jha, 2012). B. Kerangka Pemikiran Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan atau memanfaatkan air secara terbatas dan biasanya bergantung pada air hujan. Selain itu, tingginya kandungan besi pada lahan kering mengakibatkan rendahnya kapasitas penyimpanan air sehingga

14 menghambat penetrasi akar dan pertumbuhan akar. Rendahnya kapasitas penyimpanan air mengakibatkan menurunnya potensi-potensi PGPR seiring dengan meningkatnya cekaman kekeringan. Eksopolisakarida merupakan salah satu senyawa yang dihasilkan oleh kelompok bakteri rizobakteri yang meningkatkan retensi air sehingga dapat mengatur difusi sumber karbon seperti glukosa ke dalam sel bakteri. Adanya bakteri ini di sekitar perakaran akan dapat melindungi tanaman dari kondisi stress lingkungan yang berupa kekeringan. Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi bakteri yang berpotensi menghasilkan eksopolisakarida yang toleran terhadap cekaman kekeringan dan identifikasi dengan 16S rrna untuk mengetahui jenis bakteri.

15 Lahan kering di Wonogiri Stres lingkungan, rendahnya kandungan Masih terdapat tanaman yang Terdapat PGPR Seleksi bakteri tahan kering Seleksi bakteri penghasil eksopolisakarida Seleksi sifat bakteri berpotensi sebagai PGPR Uji produksi IAA Uji kelarutan Bakteri potensi PGPR toleran kekeringan dan penghasil eksopolisakarida Identifikasi dengan 16S Informasi jenis bakteri penghasil eksopolisakarida yang berpotensi penghasil IAA dan pelarut fosfat Gambar 3. Bagan kerangka pemikiran

16 C. Hipotesis Isolat bakteri tahan kekeringan penghasil eksopolisakarida berpotensi penghasil IAA dan pelarut fosfat pada isolasi bakteri dari tanaman kedelai (G. max) yang ditemukan di lahan kering Wonogiri.