Jalan W.R. Supratman, Kandang Limun, Bengkulu 38371A

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER DI PTPN IV PKS BAH JAMBI DENGAN KAPASITAS 45 TON UAP/JAM LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB III PROSES PEMBAKARAN

ANALISA KARAKTERISTIK SERABUT SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PADA BOILER

Farel H. Napitupulu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin FT USU. m& = konsumsi bahan bakar (kg/s) LHV = low heating value (nilai kalor bawah) (kj/kg)

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

PERANCANGAN KETEL UAP PIPA API JENIS SCOTCH KAPASITAS. 10 TON UAP Jenuh/jam TEKANAN 15 Kg/cm 2 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKAR TERHADAP KALOR YANG DIHASILKAN DI RUANG BAKAR BOILER. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiler)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair,

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR TAKUMA N 1000 di PMKS-GM 1 DENGAN KAPASITAS 60 TON/JAM LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA

ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR COAL DENGAN KAPASITAS 110 TON/JAM PADA PLTU PANGKALAN SUSU

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

OLEH : SIGIT P.KURNIAWAN

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERANCANGAN KETEL UAP LANCASHIRE DENGAN KAPASITAS 10 TON PER JAM SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

RATIH VOL.1 Edisi 1 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

MAKALAH UTILITAS FIRE TUBE BOILER. Disusun oleh : Irfan Arfian Maulana ( ) Sintani Nursabila ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

ANALISIS PERFORMA BOILER BASUKI BERDASARKAN RASIO ANTARA BAHAN BAKAR DAN STEAM DI PT. INDO ACIDATAMA Tbk.

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

BIOMASSA: BAHAN BAKAR BERSIH UNTUK INDUSTRI KARET DI SUMATERA SELATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT MELALUI PIROLISASI

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW

RANCANG BANGUN KETEL UAP PADA RUMAH SAKIT DENGAN KAPASITAS 400 TEMPAT TIDUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Pengaruh Variasi Kapasitas Uap Terhadap Efisiensi Ketel Uap Di Pt. Sinar Sosro Banyuasin-Sumatera Selatan

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

ANALISA PERFORMANSI KETEL UAP DENGAN KAPASITAS 260 TON/JAM DAN TEKANAN 86 BAR DI UNIT 3 PADA PLTU SEKTOR PEMBANGKIT BELAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang memadai untuk melayani proses yang berlangsung di dalamnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Tinggi Tumpukan Pada Proses Pengomposan Limbah Lumpur Sawit Terhadap Termofilik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

.. ; i' BABVI ',\, ; I. " i KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

Efisiensi PLTU batubara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

TERMODINAMIKA TEKNIK HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA BAGI VOLUME ATUR. Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir. 1 Sistem termodinamika volume atur

ISSN Indra Utama 1, Hasan Basri Daulay 2, Tuti Tutuarima 2. ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS VARIASI NILAI KALOR BATUBARA DI PLTU TANJUNG JATI B TERHADAP ENERGI INPUT SYSTEM

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

Program Studi DIII Teknik Otomotif JPTM FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Analysis of Fuel Heating Value of Fibers and Shell Palm Oil (Elaeis Guineensis Jacq) on Fire Tube Boiler Takuma Brands (Case Study Factory of Palm Oil in PT. Bio Nusantara Teknologi, Central Bengkulu Regency, Bengkulu Province) 1 Angky Puspawan, 2 Nurul Iman Supardi, 3 Agus Suandi 1,2,3 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Bengkulu Jalan W.R. Supratman, Kandang Limun, Bengkulu 38371A angkypuspawan@yahoo.com, nurulimanunib@gmail.com, suandi.agus@gmail.com ABSTRACT Indispensable steam to turn turbines and for the purposes boiling at a palm oil mill, produced by boilers. Steam quality depends on the quality of the combustion chamber. The fuel quality depending on the heating value of the fuel used. Fuel used at factory of palm oil is fibers and shell is which fibers and shell composition with the comparison, fibers 70% and shell 30%. The fuel heating value of fibers and shell calculated by using the formula of Dulong and Petit, later then the heating value from calculation compared by oil heating value and coal heating value from literature. The Highest Heating Value (HHV) and Lowest Heating Value (LHV) on the fibers and shell is small compared to the heating value of oil and coal despite having little value fibers and shell still efficient enough to fuel a boiler because availability of fuel are still pretty much in the factory of palm oil. Keywords : Fuel Heating Value, Fiber, Shell I. PENDAHULUAN Boiler (ketel uap) merupakan salah satu mesin yang memegang peranan sangat penting dalam sebuah pabrik kelapa sawit dalam proses menghasilkan kualitas minyak sawit. Dalam pengoperasian boiler (ketel uap) haruslah diperhatikan jenis bahan bakar dan nilai kalor (heating value) dari bahan bakar tersebut. Sehingga boiler (ketel uap) dapat bekerja dengan baik, sehingga uap (steam) yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pabrik kelapa sawit tersebut dalam menghasilkan minyak sawit. PT. Bio Nusantara Teknologi yang terletak di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu merupakan perusahaan swasta nasional melakukan kegiatan dalam bidang penanaman dan pengolahan minyak kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah (cruide palm oil; CPO) II. LANDASAN TEORI 2.1 Boiler (Ketel Uap) Boiler adalah kombinasi antara sistemsistem dan peralatan yang dipakai untuk mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi termal dan pemindahan energi termal yang dihasilkan ke fluida atau air digunakan pada proses bertekanan tinggi untuk membuat uap air atau steam. Uap (steam) yang dihasilkan mempunyai suhu dan tekanan tertentu sehingga dapat beroprasi seefisien mungkin. Boiler terdiri dari dua bagian yaitu satu bagian untuk membangkitkan panas melalui pembakaran bahan bakar (ruang bakar) dan bagian lain yaitu alat untuk menguapkan air melalui dinding atau permukaan pemanas boiler. Mekanisme sistem pembakaran bermacam-macam, tergantung jenis bahan bakar yang digunakan. 2.2 Persamaan yang digunakan

Untuk menghitung nilai kalor pada bahan bakar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan atau rumus Dulong dan Petit : 2.2.1 HHV (Highest heating value)...2.1 2.2.2 LHV (Lowest Heating Value) ( )...2.2 Dimana: C= komposisi karbon dalam bahan bakar H 2 = komposisi hidrogen dalam bahan bakar O 2 = komposisi oksigen dalam bahan bakar S= komposisi sulfur dalam bahan bakar H 2 O= komposisi uap air dalam bahan bakar 2.3 Klasifikasi Ketel Uap (Boiler) 2.3.1 Ketel-ketel Lorong Api dan Ketelketel Pipa Api A. Ketel Lorong Api Yaitu ketel api dan gas asap yang digunakan untuk memanaskan air dan uap. Dimana lorong-lorong api dikelilingi oleh air atau uap yang akan dipanaskan. Ketel lorong api ini dapat menghasilakan uap 500-5000 kg/jam, karena garis tengah silinder cukup besar, maka ketel ini hanya tahan terhadap tekanan uap paling tinggi 16 atm dan suhu 350 C. bahan bakar yang digunakn harus baik, karena kerangka api tidak dapat dibuat secara mekanis, ketel uap ini juaga lebih mudah dibersihkan. B. Ketel Dengan Pipa Api Pada ketel pipa api, gas-gas asap panas mengalir melalui bagian dalam pipa-pipa air, sedangkan air ketel mengelilingi pipa-pipa itu dari luar, yang termasuk dalam golongan ketel ini ialah: 1. Ketel Schots 2. Ketel Lokomotif 3. Ketel Lokomobil 4. Ketel Cochran 2.3.2 Ketel Pipa Air Biasa Yaitu ketel-ketel air atau uap didalam pipa-pipa atau tabung-tabung yang dipanasi oleh api atau asap di bagian luarnya. Ketelketel pipa air pada umumnya bertekanan sedang yaitu antara 45 kg/cm 2 sampai dengan 140 kg/cm 2,dengan produksi uap mencapai 1000 ton uap setiap jamnya. Jenis-jenis ketel ini mempunyai efisiensi total yang lebih besar dari ketel-ketel pipa api. Peralatan-peralatan pada ketel ini umumnya sudah tidak lagi dilayani dengan tangan (manual). Yang termasuk dalam golongan ketelketel pipa air biasa ialah: 1. Ketel Seksi (Section Boiler) dan bebrapa variannya. 2. Ketel Yarraw dan Ketel-ketel Berpipa Terjal serta beberapa variannya. 3. Ketel-D (D-Boiler) atau Ketel dengan Dua Drum. 4. Ketel Pancaran dan beberapa variannya. 2.3.3 Ketel Pipa Air dengan Perencanaan Khusus Ketel-ketel pipa air jenis ini dirancang dengan berbagai maksud, antara lain digunakan untuk tekanan-tekanan tinggi dan tekanan super kritis, melebihi 225 kg/cm 2. 2.4 Bahan Bakar Bahan bakar yang digunakan didalam ketel uap pada umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bahan Bakar Padat a. Kayu, sampah, ampas tebu, kulit kelapa, kulit biji, dan lain-lain. b. Batu bara c. Kokas d. Serabut fiber dan cangkang 2. Bahan bakar cair yaitu berbagai jenis minyak bakar. 3. Bahan Bakar Gas 4. Bahan Bakar Nuklir 2.5 Boiler Merk Takuma Boiler Takuma ada beberapa tipe N & NS dengan bahan bakar sisa kayu, bagasse, kelapa sawit dll. Ketel ini dirancang dengan sistem balanced draft dan sirkulasi natural. Ketel ini adalah tipe dengan konstruksi dinding dapur didinginkan dengan air, dapat menyerap panas radiasi secara efektif dalam dapur pembakaran (combustion camber), hingga mempunyai efisiensi yang tinggi dan sangat fleksibel terhadap fluktuasi beban. Ketel dengan konstruksi sederhana, kokoh dan kompak ini menjamin kemudahan dalam pengoperasian dan pengamanannya, dengan faktor keamanan yang tinggi, sehingga mempunyai umur ekonomis relatif panjang. Gambar 2.1 Boiler Takuma Seri N-325-600 2.6 Cangkang (Shell) Cangkang merupakan hasil samping pengolahan kelapa sawit dimana dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, selain itu dapat juga dijadikan sebagai arang. cangkang, tandan kosong serta serat dapat dijadikan pembangkit listrik. Diagram Alur pemanfaatan Tandan Kosong, Cangkang, dan Serat menjadi Listrik. Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, dikenal tipe-tipe kelapa sawit sebagai berikut. a. Tipe dura, tipe ini memiliki ciri-ciri daging buah (mesocarp) tipis, cangkang (endocarp) tebal (2-8 mm), inti (endosperm) besar, dan tidak terdapat cincin serabut. Prosentase daging buah 35-60 % dengan rendemen minyak 17-18 %. Adapun tipe Deli dura adalah tipe dura yang berasal dari Kebun Raya Bogor (aslinya dari Afrika yang dimasukkan tahun 1848), kemudian dikembangkan di Deli yaitu daerah sekitar Medan (dahulu kerajaan Deli). Dewasa ini tipe Deli dura banyak digunakan dalam pemuliaan kelapa sawit. b. Tipe pisifera, tipe ini memiliki ciri-ciri daging buah tebal, tidak mempunyai cangkang tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan tipe Dura ataupun Tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyak tinggi. Bunga kelapa sawit tipe Pisifera biasanya steril. Kelapa sawit tipe ini hanya dipakai sebagai pohon bapak dalam persilangan tipe Dura atau Deli Dura. c. Tipe tenera, tipe ini merupakan hasil silang antara tipe Dura dan Pisifera.

Tipe ini memiliki tebal cangkang 0.5-4 mm, mempunyai cincin serabut walaupun tidak sebanyak Pisifera, sedangkanintinya kecil. Perbandingan daging buah terhadap buah 60-90 %, rendemen minyak 22-24 % III. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Identifikasi Masalah Identifikasi Tema/Topik Hipotesa Gambar 2.2 Cangkang (Shell) Kelapa Sawit 2.7 Serabut (Fiber) Serabut merupakan hasil dari pencacahan TKKS yang masih dapat dimanfaat kembali. Serabur digunakan sebagai bahan bakar boiler. Selain itu, serabut juga dapat dimanfaatkan pada industri mebel dan lain-lain. Contohnya yaitu sofa dimana isi sofa selain busa adalah serat. Hal ini membuat sofa menjadi awet dan tahan lama. Selain sofa, ada juga keset kaki dll. Sehingga limbah kelapa sawit tidak menyebabkan masalah terhadap masyarakat serta lingkungan. Akan tetapi serabut biasanya banyak digunakan unatuk bahan bakar boiler.salain dibuat sof a dan keset kaki serabut kelapa sawit juga dijadikan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit itu sendiri. Gambar 2.6 Serabut (Fiber) Kelapa Sawit Pengambilan Pengolahan dan Analisa Data Pembuatan Laporan Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 3.2 Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati boiler beropersi secara langsung di lapangan bahwa boiler dioperasikan mengunakan bahan bakar cangkang (shell) dan serat (fiber) dimana komposisi dari cangkang 30% dan serat 70%. Adapun data yang diperoleh dari komposisi kimia bahan bakar adalah Komposisi kimia bahan bakar a. Serabut (Fiber) (100%) Karbon (C)=42,6% =0,426 Hidrogen (H 2 )=5,2%=0,052 Oksigen (O 2 )=32,1%=0,321 Sulfur (S)=0,2%=0,002 Air (H 2 O)=12%=0,120 Abu (Ash) dan lain-lain =7,9%=0,079

Total=100%=1,000 b. Cangkang (Shell) 100% Karbon (C)=50,4% =0,504 Hidrogen (H 2 )=5,8%=0,058 Oksigen (O 2 )=34,2%=0,342 Sulfur (S)=0,2%=0,002 Air (H 2 O)=3,4%=0,034 Abu (Ash) dan lain-lain =6,0%=0,060 Total=100%=1,000 c. Serabut (Fiber) (70%) dan Cangkang (Shell) (30%) Karbon (C)=44,6% =0,446 Hidrogen (H 2 )=5,32%=0,0532 Oksigen (O 2 )=32,52%=0,3252 Sulfur (S)=0,28%=0,0028 Air (H 2 O)=10,82%=0,1082 Abu (Ash) dan lain-lain =6,48%=0,0648 Total=100%=1,000 (Sumber laboratorium PT Bio Nusantara Teknologi) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan dan Hasil 4.1.1 Perhitungan Nilai Kalor Pada Serabut (fiber) 100 % Serabut (Fiber) (100%) Karbon (C)=42,6% =0,426 Hidrogen (H 2 )=5,2%=0,052 Oksigen (O 2 )=32,1%=0,321 Sulfur (S)=0,2%=0,002 Air (H 2 O)=12%=0,120 Abu (Ash) dan lain-lain =7,9%=0,079 Total=100%=1,000 HHV=Hightest Heating Value (Nilai Kalor Tinggi) + 9.400S kj = 33.950 (0,426) + 144.200 ( ) = 14.462,7+144.200(0,052-0,04)+18,8 = 14.462,7+1730,4+18,8 = 16.211,8 = 3.872,18843 kkal/ kg LHV= Lowest Heating Value (Nilai Kalor Rendah) ( ) = 16.211,8 2.400(0,120+9(0,052)) = 16.211,8 1.411,2 = 14800 = 3.534,98 4.1.2 Perhitungan nilai kalor pada Cangkang 100 % Cangkang (Shell) 100% Karbon (C)=50,4% =0,504 Hidrogen (H 2 )=5,8%=0,058 Oksigen (O 2 )=34,2%=0,342 Sulfur (S)=0,2%=0,002 Air (H 2 O)=3,4%=0,034 Abu (Ash) dan lain-lain =6,0%=0,060 Total=100%=1,000 HHV=Hightest Heating Value (Nilai Kalor Tinggi) + 9.400S = 33.950 (0,504) + 144.200 ( ) = 16.959,6 + 144.200(0,058-0,04275)+18,8 = 16.959,6 +2.199,05 + 18,8 = 19.177,45 = 4.580,533933

LHV= Lowest Heating Value (Nilai Kalor Rendah) ( ) = 19.177,45 2.400(0,34 + 9(0,058)) = 19.177,45 2.068,8 = 17.108,65 = 4.086,40105 4.1.3 Perhitungan nilai kalor pada serabut (fiber) 70% dan Cangkang 30 % Serabut (Fiber) (70%) dan Cangkang (Shell) (30%) Karbon (C)=44,6% =0,446 Hidrogen (H 2 )=5,32%=0,0532 Oksigen (O 2 )=32,52%=0,3252 Sulfur (S)=0,28%=0,0028 Air (H 2 O)=10,82%=0,1082 Abu (Ash) dan lain-lain =6,48%=0,0648 Total=100%=1,000 HHV=Hightest Heating Value (Nilai Kalor Tinggi) + 9.400S = 33.950 (0,446) + 144.200 ( ) = 15.141,7 + 144.200(0,0532-0,04065)+26,32 = 15.141,7 +1.809,71 + 26,32 = 16.977,73 = 4.055,13081 LHV= Lowest Heating Value (Nilai Kalor Rendah) ( ) = 16.977,73 2.400(0,1082 + 9(0,0532)) = 16.977,73 1408,8 = 15.568,93 = 3.718,63893 Cangkang (Shell) 30% 9.400S + = 33.950 (0,446) + 144.200 ( ) + 26,32 ) = 15.141,7 + 144.200(0,058-0,06565) = 15.141,7 1824,72 + 26,32 = 13.344,72 = 3.187,38637 = 13.344,72.30% 2.400(0,1082 + 9(0,0532)) = 4003,416 1408,8 = 2.594,616 = 619,72403 Maka berdasarkan rumus dulong dan petit diperoleh nilai kalor bahan bakar sebagai berikut : Tabel 4.1 Perbandingan Data Hasil Perhitungan HHV dan LHV ITEM NILAI HHV NILAI LHV Serabut 100% Cangkang 100% ( 16.211,8 / kg (3.872,18843 kkal/ kg) 19.177,45 (4.580,53393 3 ) 14.800 (3.534,98 ) 17.108,65 (4.086,40105 )

Serabut 70% Cangkang 30% 4.2 Pembahasan 16.977,73 (4.055,13081 ) 13.344,72 (3.187,38637 ) 15.568,93 (3.718,63893 ) 2.594,616 (619,72403 ) Dari hasil pengamatan dari bahan bakar serabut dan cangkang didapat nilai kalor bahan bakar cangkang 100% yaitu HHV 19.177,45 (4.580,533933 ) dan LHV 17.108,65 (4.086,40105 ) masih lebih besar dibandingakan dengan nilai kalor bahan bakar serabut 100% HHV 16.211,8 (3.872,18843 kkal/ kg) dan LHV 14800 (3.534,98 Kkal). Akan tetapi bila dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan batu bara nilai kalor serabut 100% dan cangkang 100% masih lebih kecil dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan batu bara.tetapi berdasarkan pertimbangan mengingat persediaan bahan bakar serabut dan cangkang yang cukup banyak tersedia maka kedua bahan bakar ini dicampur dengan komposisi ideal yaitu 70% serabut dan 30% cangkang. Dari hasil pengamatan nilai kalor bahan bakar serabut 70% memiliki nilai yang besar HHV 16.977,73 (4.055,13081 ) dan LHV 15.568,93 (3.718,63893 ) dibandingkan dengan cangkang 30% HHV 13.344,72 (3.18738637 ) dan LHV 2.594,616 (619,72403 ). Akan tetapi bila dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan batu bara nilai kalor bahan bakar serabut 70% dan cangkang 30% masih cukup kecil.walaupun memiliki nilai kalor yang cukup kecil dibandingkan minyak dan batu bara serabut 70% dan cangkang 30 % masih dianggap cukup efesien untuk bahan bakar boiler dikarnakan jumlah persediaan bahan bakar cukup banyak sehingga cangkang dan serabut yang tidak terpakai bisa dijual dan dijadikan pupuk untuk tanaman sawit tersebut. Sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pembelian bahan bakar minyak dan batu bara. Tabel 4.2 Nilai Kalor Minyak Fuel Energy Value (gross) Densit y (kg/ltr ) Bahan Bakar (kg/jam) R50/50 10.507,20 0,950 1.431,22 COAL 1.050, 9.313,20 TAR 00 1.614,71 HPO 10.335,56 0,985 1.452,17 LSO 10.554,96 0,920 1.424,74 R20/20 10.746,00 0,910 1.399,41 LO10 10.865,40 0,840 1.384,03 PARAF FIN 11.094,65 0,794 1.355,43 DIESE L 10.984,65 0,880 1.368,99 Sumber :http://www.ffsrefiners.com/combustion handbook.pdf. Tabel 4.3 Nilai Kalor Batu Bara COAL RANK HEAT ING VALU E (millio n BTU/s hort ton) HEATIN G VALUE () Bahan Bakar (kg/jam) Lignite 16,6 4.614,8 3.258,66 Subbitu minus Bitumin us 16,6 23,0 21,0 28,0 4.614,8 6.394 5.838 7.748 3.258,66 2.351,9 0 2.575,89 1.931,9

Anthacit e 2 26,0 7.228 2.080,53 Sumber :http://courses.washington.edu/me341/hw3 V. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan di dapat disimpulkan bahwa : Nilai kalor bahan bakar serabut dan cangkang lebih kecil dibandingkan dengan bahan bakar solar dan batu bara,dimana bahan bakar serabut dan cangkang memiliki nilai ekonomis tidak banyak mengeluarkan biaya. Walaupun memiliki nilai kalor yang kecil bahan bakar dianggap cukup efektif untuk menghemat biaya dimana serabut yang lebih banyak digunakan yaitu 70% sedangkan cangkang hanya 30% selebihnya cangkang dapat dijual kembali sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya sedikitpun. VI. DAFTAR PUSTAKA Cusp, Archie W.1991. Prinsip-prinsip Konversi Energi, Cetakan ke-3, Erlangga, Jakarta. Cengel, Yunus, Boles Michael, Thermodynamics An Engineering Approach, Fifth Edition, Mc Graw-Hill, New York. Michael J. Moran & Howard N. S Shapiro, 2006. Termodinamika Teknik Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Michael J. Moran & Howard N. S Shapiro. 1990. Fundamentals Of Engineering Thermodynamics, Mc Graw- Hill, New York.