BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia peserta didik (siswa-siswi) dengan cara mendorong dan menfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. peranan guru, kepala madrasah dan komite madrasah dalam mengelola. satuan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Pendidikan. diperlukan dalam perkembangan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan wadah untuk mencapai cita-cita mereka. 1 Dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Manajemen Berbasis sekolah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Sunar Prasetyono, Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini, (Jogjakarta: Think, 2008), hlm 50

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang muncul bersamaan dengan hadirnya ide-ide baru. pendidikan dan pemberdayaan sumber daya manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Garungan, yang menyatakan bahwa motif adalah merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik (Syah, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan tetapi lebih dari itu adalah transfer prilaku.

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Salah satu upaya membina dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Dalam Undang-undang Sistem Pedidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

DAFTAR ISI. Halaman. i ii iii iv v vi viii ix x xii. xiv. xviii xix xx

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Dengan demikian tujuan pendidikan sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tidak lain adalah membekali dengan cara mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya baik dari sisi kepercayaan terhadap Tuhan, kesalehan maupun kecakapan dalam menghadapi hidup. Untuk mewujudkannya sudah tentu dengan pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang tidak hanya sebatas pada transfer pengetahuan dan teknologi semata, akan tetapi harus didukung dengan peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga kependidikan, serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri dalam memilih dan mengambil keputusan dari cita-citanya. 2 Peserta didik merupakan salah satu sumber daya manusia yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan, karena peserta didik merupakan sentral layanan pendidikan di sekolah. Semua kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen pengajaran, tenaga kependidikan, sarana prasarana, keuangan, hubungan sekolah dengan masyarakat maupun layanan khusus pendidikan, semuanya diarahkan agar peserta didik mendapatkan layanan pendidikan yang maksimal. 1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara, Bandung, 2003, hlm. 3. 2 Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, PT. Grasindo, Jakarta, 2005, hlm. 1. 1

2 Pendidikan formal merupakan aktivitas siswa di sekolah dan belajar mengajar adalah aktivitas siswa dan guru. Akan tetapi pada pelaksanaannya banyak sekali masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran tersebut, banyak siswa yang mengalami masalah, yang dapat menganggu konsentrasi belajarnya. 3 Setiap siswa mempunyai kemungkinan menghadapi masalah seperti orang-orang pada umumnya, baik masalah yang datang dari dalam dirinya maupun masalah yang datang dari luar dirinya sehingga bila masalah yang dihadapinya tidak cepat diatasi akan berpengaruh pada proses belajar mengajar, akibatnya motivasinya dalam belajar akan menurun dan hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya pula. Masalah yang sedang dihadapi siswa dapat diamati dalam berbagai bentuk prilakunya seperti: murung, sering membolos, tidak konsentrasi dalam menangkap dan menyerap pelajaran. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti: tidak nyaman dengan kondisi kelas, guru yang menyampaikan materi terlalu cepat atau lambat sehingga siswa tidak dapat menerima pelajaran secara optimal juga rasa bosan dengan materi yang monoton, merasa minder atau mendapat diskriminasi dari teman-teman di kelas karena memiliki kekurangan fisik juga intelegensi yang sangat rendah. Dan masih banyak hal-hal atau faktor-faktor lainnya yang dapat menurunkan motivasi belajar siswa bahkan, hilangnya motivasi untuk belajar. Motivasi sangat diperlukan dalam melakukan setiap aktivitas. Apabila tidak ada motivasi, maka kegiatan yang dilakukan tidak akan mencapai hasil yang maksimal bahkan jauh dari tujuan yang ingin dicapai. Tanpa motivasi seseorang tidak bersemangat, akan melakukan kegiatan sekedarnya saja atau tidak bisa melakukan apapun karena tidak mempunyai motivasi. Dalam kegiatan belajar, sudah dapat dipastikan bahwa motivasi menjadi faktor penting. Dengan motivasi siswa akan menjadi lebih tekun dan bersungguh-sungguh serta kualitas hasil belajarnya akan jauh lebih baik. hlm. 25. 3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010,

3 Motivasi akan menggerakkan psikis seseorang untuk dapat melakukan sesuatu kegiatan dan menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Di dalam kegiatan belajar anak memerlukan motivasi. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. 4 Menurunnya motivasi dalam belajar akan berdampak pula pada hasil belajar. Menurunnya hasil belajar dapat dilihat dari menurunnya hasil latihan dan nilai pekerjaan rumah serta nilai ujian. Hasil belajar inilah yang dapat dijadikan indikasi tentang adanya masalah belajar yang timbul pada diri siswa. Dalam mencapai prestasi yang maksimal dalam hal belajar diperlukan motivasi yang tinggi untuk belajar. Memberikan motivasi pada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu. Pada tahap awal yang dapat dilakukan guru dalam memotivasi belajar siswanya adalah dengan menumbuhkan kesadaran bahwa apa yang sedang dilakukannya yaitu belajar merupakan kebutuhan sehingga bila siswa merasa belajar merupakan kebutuhan maka siswa tersebut akan terdorong untuk melakukan aktivitas belajar tanpa paksaan. 5 Untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa tidak hanya terletak pada guru dan orang tua saja, melainkan merupakan tanggung jawab bersama agar proses pembelajaran yang terjadi pada diri anak dapat berjalan dengan baik dan prestasi belajarnya maksimal. Salah satu petugas yang sangat berperan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah guru bimbingan dan konseling yang ada di masing-masing sekolah. Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan, terutama dari aspek psikologi yang dilakukan seorang ahli kepada peserta didik dalam memahami dirinya, dan menghubungkan dengan lingkungannya, serta 4 Hamzah Uno B, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 23. 5 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 79.

4 memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep diri yang dituntut lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku. 6 Bimbingan dan konseling sangatlah penting untuk mengarahkan peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya dengan baik. Bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan mendukung pendidikan dan pengajaran di sekolah. Bimbingan dan konseling berusaha agar tujuan pendidikan terealisasi semaksimal mungkin pada diri tiap peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki. 7 Kebutuhan akan bimbingan merupakan hal tidak terbatas pada masa anak dan remaja saja, karena manusia dilahirkan di dunia membutuhkan bimbingan dan arahan agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang mandiri. Pentingnya bimbingan yaitu untuk mengambil suatu keputusan dan penyesuaian atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa siswa yang ada di lingkungan sekolah itu tidak sama, masing-masing siswa memiliki latar belakang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mereka mempunyai kemungkinan menghadapi berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupannya, dan masingmasing siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan masalahnya. Bimbingan dan konseling untuk menghindari dan atau mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa baik yang bersifat akademik maupun non-akademik. Pada akhirnya siswa setelah lulus sekolah akan merasakan manfaat layanan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan kecerdasan dan potensi yang dimilikinya dalam kehidupannya di masyarakat di masa yang akan datang. Di sinilah, pentingnya bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah. Agar pelayanan bimbingan dan konseling dapat berjalan secara optimal maka konselor sekolah memerlukan kegiatan manajerial yang baik, dan kemampuan manajerial sesungguhnya merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh konselor sekolah. Permendiknas No 27 Tahun 2008 6 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 7. 7 Aryatmi Siswohardjono, Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi, Satya Wacana, Semarang, 1991, hlm. 29.

5 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor menyatakan bahwa seorang konselor sekolah harus menguasai semua kompetensi yang telah ditentukan. Salah satu kompetensi yang wajib dikuasai adalah seorang konselor dituntut mampu melakukan manajemen bimbingan dan konseling. Manajemen bimbingan dan konseling adalah aktivitas yang memfasilitasi kegiatan konseling meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. 8 Manajemen adalah salah satu faktor kunci yang sangat berperan dalam suatu organisasi, kebutuhan akan manajemen dalam bimbingan dan konseling sudah merupakan suatu keharusan. Karena manajemen berhubungan erat dengan usaha pencapaian tujuan. Manajemen bimbingan dan konseling merupakan suatu proses untuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap aktifitas-aktifitas pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah pada dasarnya adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai kemampuan dan ketrampilan serta menyiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia. Manajemen bimbingan dan konseling mempunyai peran tersendiri dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik. Selain itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak lepas dari peranan kepala sekolah, koordinasi antara guru pembimbing dengan guru mata pelajaran, pegawai/staf, orang tua siswa, instansi yang terkait dan masyarakat. 9 Manajemen bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang 8 Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 15. 9 W. S. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Media Abadi, Yogyakarta, 2007, hlm. 152.

6 dialami oleh peserta didik dalam belajar yang tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi, akan tetapi dengan seringnya kegagalan belajar itu terjadi disebabkan karena mereka kehilangan motivasi dalam belajar. Manajemen bimbingan dan konseling memiliki peranan yang penting pada setiap tingkat satuan pendidikan. Pada saat ini bimbingan dan konseling dirasakan semakin penting, sejalan dengan adanya perubahan global dan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan, untuk itu dengan adanya pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat menjalankan program sesuai yang direncanakan kurikulum sekolah, serta pelaksanaan dan perubahan-perubahan teknik yang digunakan. Sehingga bimbingan dan konseling bisa diterapkan langsung dengan rencana yang berkenaan dengan permasalahan apapun macam-macam kebutuhan yang harus dipenuhi dan ditemukan jalan keluar permasalahannya. Ada berbagai masalah yang dialami oleh siswa kelas X di MA Al- Hikmah, salah satunya adalah yang berhubungan dengan motivasi belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh guru bimbingan dan konseling: Permasalahan yang dialami siswa kelas X MA yang berkenaan dengan motivasi belajar siswa adalah mengabaikan tugas yang diberikan oleh guru, membuat gaduh kelas, keluar ketika jam pelajaran, ngobrol saat jam pelajaran berlangsung dan tidur ketika jam pelajaran. 10 Permasalahan yang demikian timbul karena motivasi belajar siswa kelas X MA rendah. Mereka kurang mempunyai semangat untuk belajar, sehingga ketika sudah berada di dalam kelas mereka tidak memperhatikan guru pada saat memberikan pelajaran. Ditilik dari usia siswa kelas X MA yang notabenenya adalah siswa baru mereka masih membutuhkan proses belajar mengenal lingkungan, belajar bersosialisasi dengan teman seangkatan maupun dengan kakak kelas mereka. Dapat dikatakan mereka berada pada usia yang masih rentan dan labil, dan belum mempunyai pedoman hidup yang kokoh sehingga dapat 2016. 10 Wawancara dengan Ibu Rusiyati selaku guru BK di MA Al-Hikmah Kajen tanggal 28 Mei

7 mempengaruhi proses belajarnya. Sebagian besar siswa di MA Al-Hikmah Kajen berasal dari luar desa atau kota. Selain sebagai peserta didik sebagian siswa juga menjadi santri di lingkungan madrasah. Sehingga keadaan tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Keberadaan bimbingan dan konseling di MA Al-Hikmah Kajen merupakan salah satu upaya pendukung madrasah dalam membantu peserta didik mengatasi segala permasalahan agar peserta didik dapat berprestasi dan dapat meningkatkan motivasi belajarnya serta dapat berkembang secara optimal. Berangkat dari keadaan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Manajemen Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. B. Fokus Penelitian Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seorang terhadap adanya suatu masalah dan masalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus. Maka untuk memudahkan dalam penelitian, peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti sehingga penelitian difokuskan pada permasalahan manajemen bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. C. Rumusan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen bimbingan dan konseling di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati? 2. Bagaimana manajemen bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati?

8 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis manajemen bimbingan dan konseling di MA Al-hikmah Kajen Margoyoso Pati. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis manajemen bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi keilmuan bagi ilmu pendidikan terutama mengenai konsep implementasi manajemen bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan Islam tingkat atas. 2. Praktis a) Bagi sekolah Memberikan masukan yang berarti tentang penerapan manajemen bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk memperbaiki motivasi belajar peserta didik. b) Bagi peneliti Menambah wawasan, pengalaman dalam memahami keadaan murid, bagaimana menumbuhkan motivasi belajar siswa terutama melalui manajemen bimbingan dan konseling. c) Bagi praktisi bimbingan dan konseling Memberikan informasi/masukan tentang arti pentingnya pembinaan dan pelatihan serta pengembangan terhadap manajemen bimbingan dan konseling di sekolah sehingga dapat tercapainya tujuan sekolah sesuai dengan yang diharapkan. F. Sistematika Penulisan Tesis Untuk memahami isi, maka penulis membagi sistematika penulisan penelitian sebagai berikut:

9 1. Bagian Muka Pada bagian ini terdiri dari: halaman sampul (cover), halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian, halaman motto, halaman abstrak, halaman kata pengantar, dan daftar isi. 2. Bagian Isi Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini meliputi: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan Tesis. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini meliputi empat sub bab. Sub bab pertama manajemen bimbingan dan konseling meliputi: pengertian manajemen bimbingan dan konseling, fungsi bimbingan dan konseling, tujuan bimbingan dan konseling, bidang-bidang layanan bimbingan dan konseling, jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling, pola manajemen layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, pentingnya manajemen dalam bimbingan dan konseling. Sub bab kedua motivasi belajar siswa meliputi: pengertian motivasi belajar, fungsi dan macam-macam motivasi belajar, bentuk-bentuk motivasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, ciri-ciri orang yang memiliki motivasi belajar, sub bab ketiga adalah penelitian terdahulu, dan sub bab keempat adalah kerangka berfikir.

10 BAB III : METODE PENELITIAN Meliputi jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, serta analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan, yang meliputi deskripsi umum MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati meliputi sejarah singkat MA Al- Hikmah Kajen Margoyoso Pati, letak geografis MA Al- Hikmah Kajen Margoyoso Pati, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, dan kurikulum MA AL-Hikmah Kajen Margoyoso Pati, keadaan guru dan karyawan, siswa, sarana prasarana MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati, serta manajemen bimbingan dan konseling di MA Al-Hikmah Kajen. Sub bab kedua manajemen bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas X MA Al- Hikmah Kajen. Sub bab ketiga analisis manajemen bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. BAB V : PENUTUP Bab ini mencakup tentang kesimpulan, saran, dan penutup. 3. Bagian Akhir Pada bagian ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.