II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI, kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang, untuk

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. pasang bagi. Metode Pembelajaran ini merupakan metode untuk menunjukkan. dan mendorong siswa bekerja bersama secara informal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian sempit sumber belajar dapat diartikan seperti buku- buku atau

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses 04/06/2014) adalah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Socratic diturunkan dari nama socrates, seorang filosofi yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Active Learning melalui Teknik Group to Group Exchange. Active learning/ pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORI. sama lain. Dalam uraian ini dapat berkenalan dengan beberapa perumusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

materi tidak terpusat. Selain itu siswa cenderung ramai dan tidak memperhatikan guru dalam menyampaikan materi. Dalam proses belajar mengajar siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Kuartet Menurut KBBI, kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang, untuk berbagai keperluan hampir sama dengan karcis (Tim KBBI, 2008). Sedangkan kuartet menurut Purwadarminta (dalam medisty 2013:2) kelompok, kumpulan dan sebagainya yang terdiri dari empat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kartu kuartet merupakan kertas tebal seperti karcis yang berkelompok empat-empat. Sekamelang (dalam Medisty 2013: 2) menjelaskan bahwa kartu kuartet adalah sejenis permainan yang terdiri atas beberapa jumlah kartu bergambar yang dari kartu bergambar tersebut tertera keterangan berupa tulisan yang menerangkan gambar tersebut. Biasanya tulisan judul gambar ditulis paling atas dari kartu dan tulisannya lebih diperbesar atau dipertebal. Sedangkan tulisan gambar, ditulis dua atau empat baris secara vertikal di tengah-tengah antara judul dan gambar itu biasanya ditulis dengan tinta berwarna. Ukuran dari kartu ini biasanya beragam, ada yang berukuran kecil, dan ada yang berukuran sedang. Jumlah kartu dalam kartu kuartet ada 48 lembar kartu, berarti memiliki 12 judul yang masing-masing 4 buah kartu.

10 Subhani (2011) mengatakan bahwa Kartu kuartet berasal dari dua kata yaitu kartu dan kuartet, dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer kartu merupakan kertas tebal yang berbentuk persegi panjang untuk bermacam-macam keperluan, sedangkan kuartet merupakan kelompok, kumpulan dan sebagainya yang terdiri dari empat anggota maka kartu kuartet dapat kita artikan sebagai suatu kumpulan kertas yang berbentuk persegi panjang dikumpulkan sebanyak empat menjadi satu kesatuan. Namun kartu kuartet lebih dikenal sebagai suatu bentuk permainan kartu yang dimainkan oleh dua sampai empat orang pemain, dan sangat populer dikalangan anak-anak. Gambarnya pun bermacam-macam mulai dari gambar kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat dalam bentuk pengetahuan. Adapun aturan pelaksanaan permainan kartu kuartet sebagai berikut: 1. Menjelaskan tentang apa permainan kuartet itu dan bagaimana cara bermainnya. 2. Salah satu pemain mengkocok kartu dan membagikan pada masing-masing pemain empat buah. 3. Sisa kartu diletakkan ditengah meja dengan posisi tertutup. Permainan dilakukan searah dengan jarum jam. 4. Setelah diundi untuk memperoleh pemain pertama, untuk memulai permainan, pemain tersebut bertanya pada pemain lain apakah dia mempunyai kartu dengan kategori tertentu. a. Jika jawaban tidak, pemain tersebut hilang gilirannya, kemudian mengambil sebuah kartu di atas meja dan permainan dilanjutkan ke pemain berikutnya. b. Jika jawaban Ya, pemain bertanya lagi dengan tujuan untuk mendapatkan kartu dengan entry yang digarisbawahi yang tidak sama dengan yang dia miliki. c. Jika jawaban Ya pemain tersebut menerima kartu yang dicari. Dia kemudian melanjutkan bertanya pada pemain lain untuk kategori lain atau

11 entry yang digarisbawahi lainnya sampai dia mendapatkan jawaban negatif. d. Permainan kemudian diberikan pada pemain berikutnya. e. Setelah masing-masing mendapat giliran, para pemain yang kartunya kurang dari empat buah harus melengkapinya dengan mengambil kartu dari tumpukan kartu di atas meja. f. Kuartet yang lengkap disisihkan/disimpan untuk dihitung pada akhir permainan. g. Permainan berakhir ketika sepuluh kuartet tersebut semuanya telah dikumpulkan oleh para pemain. h. Kemudian dihitung berapa perolehan kartu yang lengkap dan yang perolehannya terbanyak yang menjadi pemenang. B. Aktivitas Belajar Siswa Segenap tingkah laku manusia mempunyai latar belakang psikologis. Karena itu secara umum aktivitas-aktivitas manusia itu dapat dicari hukum psikologis yang mendasarinya. Seperti halnya para pendidik perlu memahami kekuatan-kekuatan jiwa manusia, maka mereka pun perlu mengetahui hukum-hukum psikologis yang mendasari setiap aktivitas manusia yang dalam hal ini yaitu anak didik. Hal ini penting agar pendidik lebih mengenal hakikat anak didik, sehingga mereka mampu membimbing dan melayani belajar anak secara lebih tepat dan efektif (Soemanto, 2006: 17) Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis (Holt dalam Fitriyani, 2011: 16).

12 Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengar, melihat atau pasif. Perserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Kegiatan/keaktifan jasmani pisik sebagai kegiatan yang nampak, yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain. sedangkan kegiatan psikis nampak bila peserta didik sedang mengamati dengan teliti, mencegah persoalan dan mengambil keputusan, dan sebagainya. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya. Karena itu keduanya merupakan satu kesatuan, dua keping satu mata uang (Rohani,2004: 96). Menurut Memes (dalam Fitriyani, 2007: 38) terdapat indikator yang relevan dalam pembelajaran, yang meliputi: 1. Interaksi siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2. Percakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. 3. Partisipasi siswa dalam proses belajar. 4. Motivasi dan kegiatan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. 5. Interaksi antar siswa selama proses belajar mengajar. 6. Interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, peserta didik tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya

13 daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya dan sebagainya (Rohani, 2004:6-7). Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004:9) terdapat macam-macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa sebagai berikut: 1. Visual activities, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya. 3. Listening activities, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik, pidato dan sebagainya. 4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya. 5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik,peta, diagram, pola dan sebagainya. 6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani tenang, gugup dan sebagainya. Menurut Sardiman (2008: 100) pelaksanaan aktivitas terdiri dari: 1) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas. Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur baik, dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegitan kelompok kecil, belajar independen. 2) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.

14 Dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karya wisata, survey, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah, berproyek dan sebagainya. Cara lain mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dengan metode manusia sumber/nara sumber dan pengajar tamu (guest lecture), dan pelatih luar. 3) Pelaksanaan aktivitas belajar dengan pendekatan. Cara belajar siswa aktif (CBSA), pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk belajar. Pengalaman belajar merupakan segala aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas mental. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki kadar aktivitas yang rendah dibanding dengan siswa yang sibuk mencatat. Mungkin saja yang duduk itu secara mental aktif, misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya dan menginternalisasi nilai dari setiap informasi yang disampaikan. Sebaliknya siswa yang sibuk mencatat, tidak dapat dikatakan memiliki kadar keaktifan yang tinggi, kalau yang bersangkutan hanya sekadar secara fisik aktif mencatat namun tidak diikuti dengan aktivitas mental (Sanjaya, 2009:180).

15 Dalyono (2007: 219) mengemukakan beberapa contoh aktivitas belajar dalam beberapa diskusi, yaitu: 1. Mendengarkan Dalam proses belajar-mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru atau dosen. 2. Memandang Setiap stimulus visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dipandang, tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah belajar. 3. Meraba, Membau, dan Mencicipi/ Mengececap Meraba, membau dan mencecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya mendengar dan memandang. 4. Menulis atau mencatat Setiap aktivitas pengindraan yang bertujuan, dapat memberikan kesan-kesan yang berguna bagi belajar kita selanjutnya. 5. Membaca Belajar memerlukan sikap, membaca untuk keperluan harus pula menggunakan sikap.

16 6. Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggarisbawahi Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang, untuk keperluan intensif. 7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan Dalam buku ataupun lingkungan lain sering dijumpai tabel-tabel diagramdiagram atau bagan-bagan. 8. Menulis atau mencatat Setiap aktivitas pengindraan yang bertujuan, dapat memberikan kesan-kesan yang berguna bagi belajar selanjutnya. Tidak setiap aktivitas mencatat adalah belajar. 9. Membaca Belajar memerlukan sikap, membaca untuk keperluan harus pula menggunakan sikap. 10. Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggarisbawahi Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang, untuk keperluan intensif.

17 11. Menyusun paper atau kertas kerja Paper yang baik memerlukan perencanaan yang mantap dengan terlebih dahulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta menyediakan sumbersumber yang relevan. 12. Mengingat Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktivitas belajar. 13. Berpikir Berfikir adalah termasuk aktivitas belajar, dengan berfikir dapat memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. 14. Latihan atau praktek Latihan atau praktek adalah aktivitas belajar. Melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek pada dirinya C. Penguasaan Materi Siswa Pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran diharapkan bagi siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran kognitif, yaitu berupa menguasai materi pelajaran. Penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar mengingat

18 mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2008: 115). Materi pelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam kurikulum (Muhammad dalam Sabanto, 2010: 12). Dengan materi pelajaran siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Awaluddin dalam Sabanto, 2010: 12). Menurut Bloom, proses belajar menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomi Bloom yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar (faktor dasar dan ajar). Tes hasil belajar menghasilkan nilai kemempuan kognitif yang bervariasi dan nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap individu.maka alat tes untuk mengukur kemampuan kognitif harus memenuhi persyaratan yaitu valid dan reliabilitas (Giyono, 2005 : 19)

19 Penguasaan materi dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. (Sanjaya, dalam Suwanti, 2011: 28) evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Adapun fungsi evaluasi sebagai berikut: 1. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. 2. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. 3. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum. 4. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam mengaambil keputusan, khususnya untuk menentukanl masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan serta pengembangan karier. 5. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. 6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah. D. Metode Diskusi Diskusi adalah pertukaran pendapat tetang sesuatu masalah untuk dipecahkan bersama. diskusi merupakan cara untuk mengembangakan ketrampilan anggota-anggota nya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran. Dalam memimpin diskusi guru-guru harus memiliki

20 kemampuan menggerakkan kelompok, membuat pertemuan berhasil dan berkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan kelompok (Sahertian, 2000:96) Pada hakikatnya metode diskusi berpusat pada pelajar, diskusi dapat bervariasi dari situasi yang tidak terstrukur, sampai pada situasi yang terstruktur. guru bertindak dengan tegas dan otokratis. diskusi selalu berkisar kepada suatu persoalan tertentu. Dalam pemecahan soal di perbaiki dalam diskusi kelompok. Karena sebuah kelompok selalu lebih unggul dari pemecahan soal perorangan. (Davies, 1991: 236). Diskusi kelompok, untuk memecahkan masalah yang menimbulkan berbagai pendapat, agar kerja kelompok berjalan dengan baik, perlu di perhatikan berbagai prinsip berikut: - Peserta didik perlu mengenal dan memahami tujuan, rencana, masalah, dan manfaat untuk mereka. - Setiap anggota memberikan masukan konstribusi. - Setiap individu merasa bertanggung jawab pada kelompok. - Dikembangkan peran serta dan kerja sama secara efektif. - Perlu dicapai prosedur yang demokratis dalam perencanaan, pelaksaan, penyelesaian, dan pembuatan keputusan. - Pemimin kelompok perlu menciptakan suasan dimana setiap anggota mau menyumbangkan buah pikirannya dan kerjasama secara kooperatif. - Gunakan evaluasi terhadap kemajuan kelompok dalam berbagai segi, social, aktivitas, kepemimpinan, dan sebagainya. - Diusahakan menimbulkan perubahan konstuktif pada kelakuan seseorang. - Setiap anggota merasa puas dan aman dalam kelompok kelas. Maka, pada setiap penganjaran, guru hendaknya berupaya menciptakan suasana social yang membangkitkan kerjasama (Rohani, 2010: 30).

21 Menurut Muhammad Uzair Usman (dalam Asril, 2012: 79-80). diskusi kelompok kecil adalah peserta didik berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pembinaan guru atau temannya untuk berbagai informasi,pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dilaksanakan dalam suasana terbuka. Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam diskusi kelompok antara lain: 1. Memusatkan perhatian oeserta didik pada tujuan dan topic diskusi. 2. Memperluas masalah, intinya merangkum kembali permasalah supaya jelas, menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberiakan informasi yang jelas. 3. Menganalisis pendapat peserta didik, antaralain menganalisis alasan yang dikemukakan memiliki dasar yang kuat, memperjelas hal-hal yang telah disepakati. 4. Meluruskan alur berpikir peserta didik, mencakup,mengajukan beberapa pertanyaan untuk menentan siswa untuk berpikir, memberikan contohcontoh verbal, memberikan waktu untuk berpikir, dan memberi dukungan terhadap pendapat peserta didik yang penuh perhatian. 5. Memberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalam diskusi, terkait memancing semngat berfikir peserta didik