BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Uraian langkah-langkah penelitian dapat dijabarkan ke dalam diagram alir penelitian pada Gambar 3.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

MACAM-MACAM CACAT LAS

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Melakukan Pekerjaan Las Busur Manual

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2. Tempat pembuatan spesimen : kampus Universitas Muhammadiyah. 3. Waktu pelaksanaan : 7 Februari 17 Mei 2017

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN. Abdul Hamid

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LATIHAN LAS LISTRIK (MEMBUAT RIGI-RIGI LAS) NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 9

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN VARIASI DIAMETER ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA STAINLESS STEEL AISI 304

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

LAB LAS. Pengelasan SMAW

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL AJAR PRAKTEK LAS Penyusun: BACHTIAR, ST., MT. NIP

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Adanya pengembangan penggunaan gas pelindung pada las TIG. Ditemukannya porositas pada setiap variasi gas dari logam hasil las-lasan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS OKSI ASETILIN KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT X PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MENGELAS TINGKAT LANJUT

JURNAL MESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUBANG ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

SOAL TES. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d.

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

Dimas Hardjo Subowo NRP

PENGARUH HEAT TREATMENT

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

PENGELASAN SMAW POSISI 1G

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW)

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

untuk mengetahui nilai Fy (tegangan leleh ) maupun Fu (tegangan ultimit) yang

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TEKNIK PENGELASAN

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

NASKAH SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 PENGELASAN (WELDING)

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

Transkripsi:

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Dimensi Benda Uji Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benda uji dibuat dengan ukuran Diameter pipa x Panjang (12 x 1350 mm) pada material ASTM A 106 Gr.B berbentuk pipa, sedangkan pada material ASTM A 36 memiliki ukuran Diameter x Panjang (12 x 16 mm) 2. Elektroda digunakan dalam pengelasan benda uji adalah E7016 berdiameter 2,6 mm sedangkan E6013 berdiameter 3,2 mm. 3. Posisi pengelasan dengan menggunakan posisi vertikal dimana sudut elektroda adalah 90 4. Arus pengelasan yang digunakan adalah 90A dan 130 A. 5. Kampuh yang digunakan jenis kampuh Single Beveled Tee, jarak celah plat 2,5-3 mm, tinggi akar 2 mm dan sudut kampuh 45. 51

52 3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua hasil pengelasan material ASTM A36 dengan ASTM A 106 Gr.B las SMAW menggunakan elektroda E7016 dan E6013 dan variasi arus 90 Ampere dan 130 Ampere. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 20 buah. Sampel adalah sebagian data atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Suharsimi, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah hasil pengelasan material ASTM A36 dengan ASTM A 106 Gr.B las SMAW menggunakan elektroda E7016 dan E6013 dan variasi arus 90 Ampere dan 130 Ampere. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah masing-masing kelompok jenis elektroda dan arus pengelasan adalah 5 buah. 3.3 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni tahun 2012. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan benda uji dilakukan di workshop PT. XYZ Tangerang 2. Proses pengelasan dilakukan di workshop PT. XYZ Tangerang 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah material ASTM A 106 Gr.B dengan ukuran ukuran Diameter pipa x Panjang (12 x 1350 mm) sebanyak

53 20 buah dan material ASTM A 36 yang memiliki ukuran Diameter x Panjang (12 x 16 mm) sebanyak 20 buah. Selain bahan berupa benda uji, juga dipersiapkan juga 2 jenis elektroda yang akan digunakan, yaitu elektroda jenis E7016 dengan diameter 2,6 mm dan jenis E 6013 dengan diameter 3,2 mm. 3.4.2 Persiapan Alat-alat a. Mesin Bubut beserta kelengkapannya (pahat potong). b. Mesin las oksigen c. Mesin las SMAW DC dan kelengkapannya(kabel dan holder) d. Alat bantu las SMAW (klem massa, palu, tang, dan sikat baja) e. Peralatan safety (kacamata las, pelindung muka, apron, sarung tangan las, dan sepatu safety) f. Kaca pembesar g. Penggaris h. Amplas i. Kikir j. Stopwatch k. Pengukur sudut l. Kaliper m. Spidol n. Lap/majun

54 3.4.3 Pembuatan Kampuh Single Bevel Tee Pembuatan kampuh Single Bevel Tee dengan menggunakan mesin bubut, pada material ASTM A 36 yang sebelumnya telah dipotong berbentuk bulat dengan ukuran diameter x panjang (12 x 16 mm) sebanyak 20 buah. Bahan yang telah dipersiapkan dibubut, dibuat chamfer sebesar 45. Sedangkan material ASTM A106 Gr.B berbentuk pipa 12 dipotong dengan las oksigen buat panjang 1350 mm sebanyak 20 buah. ASTM A36 ASTM A106 Gr.B Gambar 3.1. Kampuh Single Bevel Tee Dan Base Metal [2] 3.4.4 Jenis Filler Metal Jenis filler metal yang digunakan dalam pengelasan ini adalah AWS A5.1 E7016 dan AWS A5.1 E6013.

55 3.4.5 Proses Pengelasan Benda Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengelasan adalah: 1. Mempersiapkan mesin las SMAW DC sesuai dengan pemasangan polaritas terbalik. 2. Mempersiapkan benda kerja yang akan dilas pada meja las. 3. Posisi pengelasan dengan menggunakan posisi pengelasan mendatar atau bawah tangan. 4. Kampuh yang digunakan jenis kampuh single beveled tee, dengan sudut 45 dengan lebar celah 2,5-3 mm. 5. Mempersiapkan elektroda jenis E7016 dengan diameter elektroda 2,6 mm dan menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dihidupkan dan elektroda digoreskan sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 90 A. Selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk spesimen dengan arus 90 A, bersamaan dengan hal itu dilakukan pencatatan waktu pengelasan. 6. Mempersiapkan elektroda jenis E7016 dengan diameter elektroda 2,6 mm dan menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dihidupkan dan elektroda digoreskan sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 130 A. Selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk spesimen

56 dengan arus 130 A, bersamaan dengan hal itu dilakukan pencatatan waktu pengelasan. 7. Mempersiapkan elektroda jenis E6013 dengan diameter elektroda 3,2 mm dan menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dihidupkan dan elektroda digoreskan sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 90 A. Selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk spesimen dengan arus 90 A, bersamaan dengan hal itu dilakukan pencatatan waktu pengelasan. 8. Mempersiapkan elektroda jenis E6013 dengan diameter elektroda 3,2 mm dan menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dihidupkan dan elektroda digoreskan sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 130 A. Selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk spesimen dengan arus 130 A, bersamaan dengan hal itu dilakukan pencatatan waktu pengelasan.

57 Untuk lebih jelasnya terkait prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2. START PENGUMPULAN DATA MEMBUAT BENDA KERJA BERUPA ASTM A36 UNTUK DISK DAN ASTM A106 Gr.B UNTUK DRUM DENGAN JUMLAH 20 BUAH SERTA KAMPUH SINGLE BEVELED TEE PENGELASAN ELEKTRODA E 6013 ELEKTRODA E 7016 ARUS 90 A ARUS 130 A ARUS 90 A ARUS 130 A Penelitian sebanyak 5 kali Penelitian sebanyak 5 kali Penelitian sebanyak 5 kali Penelitian sebanyak 5 kali ANALISA Menganalisa hasil out put dari pengelasan, yaitu analisa apakah terdapat cacat las KESIMPULAN FINISH Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

58 3.5 Analisa Hasil Pengujian 3.5.1 Perhitungan Kecepatan dan Masukan Panas Pengelasan 3.5.1.1 Perhitungan Elektroda E6013 Dengan Arus 90 Ampere Spesimen I Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,585 mm/s HI =1.305,99 = 1.305,99 J/mm Note: 1 Watt = 1 1 Watt. s = 1 Joule

59 Spesimen 2 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,76 mm/s HI =1.176,14 = 1.176,14 J/mm Spesimen 3 Dimana : Kecepatan Pengelasan

60 = 1,86 mm/s 1.112,9 =1.112,9 J/mm Spesimen 4 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,86 mm/s

61 1.112,9 =1.112,9 J/mm Spesimen 5 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,98 mm/s 1.045,45 =1.045,45 J/mm Dari data perhitungan diatas hasil pemasukan panas pada setiap layer ditunjukkan pada tabel 3.1.

62 Specimen Elektroda (Ø 3.2 mm) Tabel 3.1. Data Pengelasan Dengan Elektroda E6013 dan arus 90 A Arus (A) Tegangan (V) Waktu (Menit) Kecepatan (mm/menit) Masukan Panas (J/cm) 1 E6013 90 23 10 95.1 1305.99 2 E6013 90 23 9 105.67 1176,14 3 E6013 90 23 8,5 111.88 1112,9 4 E6013 90 23 8,5 111.88 1112,9 5 E6013 90 23 8 118.87 1045,45 Masukan Panas Rata-rata ( J/mm) 1150,676 Dari tabel 3.1. diperoleh masukan panas yang tertinggi terjadi pada spesimen 1 dan yang terendah masukan panas terjadi pada spesimen 5. 3.5.1.2 Perhitungan Elektroda E6013 Dengan Arus 130 Ampere Spesimen I Dimana : Kecepatan Pengelasan

63 = 1,98 mm/s 1.510,1 =1.510,1 J/mm Spesimen 2 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 2,11 mm/s

64 1.417,06 =1.417,06 J/mm Spesimen 3 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 2,26 mm/s 1.323 =1.323 J/mm

65 Spesimen 4 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 2,26 mm/s 1.323 =1.323 J/mm Spesimen 5 Dimana : Kecepatan Pengelasan

66 = 2,26 mm/s 1.323 =1.323 J/mm Dari data perhitungan diatas hasil pemasukan panas pada setiap layer ditunjukkan pada tabel 3.2. Specimen Elektroda (Ø 3.2 mm) Tabel 3.2 Data Pengelasan Dengan Elektroda E6013 dan Arus 130 A Arus (A) Tegangan (V) Waktu (Menit) Kecepatan (mm/menit) Masukan Panas (J/cm) 1 E6013 130 23 8 118,87 1510,1 2 E6013 130 23 7,5 126,8 1417,06 3 E6013 130 23 7 135,85 1323 4 E6013 130 23 7 135,85 1323 5 E6013 130 23 7 135,85 1323 Masukan Panas Rata-rata ( J/mm) 1.379,23

67 Dari tabel 3.2 diperoleh masukan panas yang tertinggi terjadi pada spesimen 1 dan yang terendah masukan panas terjadi pada spesimen 3, 4, dan 5. 3.5.1.3 Perhitungan Elektroda E7016 Dengan Arus 90 Ampere Spesimen I Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,32 mm/s HI =1.568,18 = 1.568,18 J/mm Note: 1 Watt = 1 1 Watt. s = 1 Joule

68 Spesimen 2 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,37 mm/s HI =1.510,9 = 1.510,9 J/mm Spesimen 3 Dimana : Kecepatan Pengelasan

69 = 1,37 mm/s HI =1.510,9 = 1.510,9 J/mm Spesimen 4 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,44 mm/s

70 1.437,5 =1.437,5 J/mm Spesimen 5 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,44 mm/s 1.437,5 =1.437,5 J/mm

71 Dari data perhitungan diatas hasil pemasukan panas pada setiap layer ditunjukkan pada tabel 3.3. Specimen Elektroda (Ø 3.2 mm) Tabel 3.3 Data Pengelasan Dengan Elektroda E7016 dan arus 90 A Arus (A) Tegangan (V) Waktu (Menit) Kecepatan (mm/menit) Masukan Panas (J/cm) 1 E7016 90 23 12 79,25 1.568.18 2 E7016 90 23 11,5 82,69 1.510,9 3 E7016 90 23 11,5 82,69 1.510,9 4 E7016 90 23 11 86,45 1.437,5 5 E7016 90 23 11 86,45 1.437,5 Masukan Panas Rata-rata ( J/mm) 1.492,99 Dari tabel 3.3 diperoleh masukan panas yang tertinggi terjadi pada spesimen 1 dan yang terendah masukan panas terjadi pada spesimen 4 dan 5. 3.5.1.4 Perhitungan Elektroda E7016 Dengan Arus 130 Ampere Spesimen I Dimana : Kecepatan Pengelasan

72 = 1,44 mm/s 2.076,3 =2.076,3 J/mm Spesimen 2 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,58 mm/s

73 1.892,4 =1.892,4 J/mm Spesimen 3 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,58 mm/s 1.892,4 =1.892,4 J/mm

74 Spesimen 4 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,58 mm/s 1.892,4 =1.892,4 J/mm Spesimen 5

75 Dimana : Kecepatan Pengelasan = 1,86 mm/s 1.607,5 =1.607,5 J/mm Dari data perhitungan diatas hasil pemasukan panas pada setiap layer ditunjukkan pada tabel 3.4

76 Specimen Elektroda (Ø 3.2 mm) Tabel 3.4 Data Pengelasan Dengan Elektroda E7016 dan Arus 130 A Arus (A) Tegangan (V) Waktu (Menit) Kecepatan (mm/menit) Masukan Panas (J/cm) 1 E7016 130 23 11 86,45 2.076,3 2 E7016 130 23 10 95,1 1.892,4 3 E7016 130 23 10 95,1 1.892,4 4 E7016 130 23 10 95,1 1.892,4 5 E7016 130 23 8,5 111,88 1.607,5 Masukan Panas Rata-rata ( J/mm) 1.872,2 Dari tabel 3.4 diperoleh masukan panas yang tertinggi terjadi pada spesimen 1 dan yang terendah masukan panas terjadi pada spesimen 5. Dari tabel 3.1, 3.2, 3.3 dan 3.4 dapat disimpulkan untuk masukan panas rata-rata yang tertinggi pada specimen yang menggunakan Elektroda E7016, dimana yang mempengaruhi tingginya masukan panas rata-rata pada masing spesimen yaitu arus, tegangan, waktu dan kecepatan pengelasan. Proses pengelasan pada penelitian ini perubahannya tidak terlalu mencolok dikarenakan keluaran panas yang diberikan oleh kedua elektroda tersebut hampir sama, hal ini dapat dilihat jelas pada tabel 3.5 dan grafik pada gambar 3.2. Tabel 3.5 Hasil Masukan Panas Rata-rata NO. DESKRIPSI MASUKAN PANAS RATA-RATA 1 E 6013 Dengan Arus 90 Ampere 1150,67 J/mm 2 3 4 E 6013 Dengan Arus 130 Ampere E 7016 Dengan Arus 90 Ampere E 7016 Dengan Arus 90 Ampere 1379,23 J/mm 1492,99 J/mm 1872,2 J/mm

77 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1150.67 E6013 Dengan 90 A 1379.23 E6013 Dengan 130 A 1492.99 E7016 Dengan 90 A 1872.2 E7016 Dengan 130 A Series1 Gambar 3.2 Grafik Masukan Panas Pengelasan Rata-rata Pada gambar 3.2 terlihat bahwa dengan menggunakan elektroda E 7016 masukan panas rata-rata lebih tinggi dibandingkan E 6013, karena waktu pencairan elektroda E 7016 lebih lama daripada E 6013, sehingga masukan panas yang terjadi sangat tinggi dibandingkan mengunakan Elektroda E6013. Jika arus listrik yang digunakan besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus, sebaliknya arus listrik yang kecil menyebabkan butiran logam cair yang terbawa menjadi kasar. Pola pemindahan logam cair mempengaruhi bentuk manik las dan kedalaman penetrasi. Sedangkan pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan komposisi bahan fluks yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis elektroda yang digunakan yaitu E6013 dan E 7016 memang sesuai dan tepat digunakan untuk pengelasan SMAW pada material ASTM A106 Gr.B dan ASTM A36. Dimana hal ini membuktikan

78 bahwa kedua elektroda ini sesuai dengan rekomendasi AWS D1.1 yang meempatkan penggunaan jenis elektroda tersebut pada material Group I. 3.6 Hasil Pengelasan 3.6.1 Hasil Las Elektroda E6013 Dengan Arus 90 Ampere Penggunaan elektroda E6013 dengan arus 90 ampere pada sambungan material ASTM A106 gr.b dengan ASTM A36 pada pengujian amatan ditemukan cacat lasan. Cacat yang ditemukan yaitu rigi lasan yang terlalu tinggi(overlap). Cacat ini terjadi bukan karena pemilihan jenis elektroda yang salah, tetapi karena arus 90 Ampere yang diterapkan tidak mampu mencairkan elektroda dengan maksimal sehingga pemindahan logam cair sulit dilakukan dan berdampak pada tingginya rigi las, atau dengan kata lain bahwa arus 90 ampere terlalu rendah untuk pengelasan ini. 3.6.2 Hasil Las Elektroda E6013 Dengan Arus 130 Ampere Penggunaan elektroda E6013 dengan arus 130 Ampere pada sambungan material ASTM A106 gr.b dengan ASTM A36 pada pengujian amatan ditemukan cacat lasan. Cacat yang ditemukan yaitu undercutting dan weld spatter. Cacat undercutting terjadi bukan karena pemilihan jenis elektroda yang salah, tetapi karena arus 130 Ampere yang diterapkan terlalu besar sehingga bukan hanya elektroda yang mencair tapi bahkan logam induk (base metal) ikut mencair sepanjang tepi alur lasan. Sedangkan cacat weld cratter juga terjadi karena besarnya arus yang digunakan yang menyebabkan terjadi percikan-percikan kecil

79 pada ujung elektroda sehingga percikan tersebut jatuh di area sekitar lasan dan menempel menjadi cacat. 3.6.3 Hasil Las Elektroda E7016 Dengan Arus 90 Ampere Penggunaan elektroda E7016 dengan arus 90 ampere pada sambungan material ASTM A106 gr.b dengan ASTM A36 pada pengujian amatan tidak ditemukan adanya cacat las. Hal ini terlihat dari bentuk rigi dengan ketinggian 5 mm sehingga masuk dalam standard AWS D1.1. Selain itu juga tidak terlihat adanya undercut maupun spatter yang terjadi pada pengelasan SMAW. Dari pengujian amatan dapat disimpulkan bahwa arus 90 Ampere memang sesuai untuk elektroda E7016. 3.6.4 Hasil Las Elektroda E7016 Dengan Arus 130 Ampere Penggunaan elektroda E7016 dengan arus 130 Ampere pada sambungan material ASTM A106 gr.b dengan ASTM A36 pada pengujian amatan ditemukan cacat lasan. Cacat yang ditemukan sama dengan kondisi cacat pada pengelasan dengan elektroda E 6013 yang menggunakan arus 130 Ampere, yaitu undercutting dan weld spatter. Penyebab cacat ini diyakini juga sama yaitu bukan karena pemilihan jenis elektroda yang salah, tetapi karena arus 130 Ampere yang diterapkan terlalu besar sehingga bukan hanya elektroda yang mencair tapi bahkan logam induk (base metal) mencair sepanjang tepi alur lasan yang menimbulkan cacat undercutting. Sedangkan cacat weld cratter juga terjadi karena besarnya arus yang digunakan yang menyebabkan terjadi percikan-percikan kecil pada

80 ujung elektroda sehingga percikan tersebut jatuh di area sekitar lasan dan menempel menjadi cacat. Untuk lebih jelasnya terkait hasil pengelasan dapat dilihat pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Data Hasil Pengelasan NO JENIS ELEKTRODA BESAR ARUS JENIS CACAT YANG DITEMUKAN 1 E 6013 90 A Overlap 2 E 6013 130 A Undercutting dan Weld Spatter 3 E 7016 90 A Tidak ditemukan cacat 4 E 7016 130 A Undercutting dan Weld Spatter