BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati,

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENYANDANG CACAT

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 116/PUU-XIII/2015 Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Atas Pemutusan Hubungan Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SEKOLAH RAMAH ANAK

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR TA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun T e n t a n g PENYANDANG CACAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. jaminan sosial. Jaminan Sosial adalah salah satu program pemerintah dibidang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN PELINDUNGAN ANAK

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan

RESORT HOTEL DENGAN KONSEP UNIVERSAL DESAIN DI PANTAI KRAKAL YOGYAKARTA

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No.2-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008TENTANG KESETARAAN DIFABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyandang cacat terdapat di semua bagian bumi serta pada semua

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 2 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 4 - MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAYANAN TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU.

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP PENEGAKKAN HUKUM DAN PENYANDANG DISABILITAS

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sila keempat Pancasila, yaitu. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undangundang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

WALIKOTA PANGKALPINANG

PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya selalu dilandasi

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan nurani

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KESETARAAN KEMANDIRIAN DAN KESEJAHTERAAN DIFABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUPLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENYERAHAN BANTUAN HIBAH KEPADA MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan juga

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang memakai Pancasila sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Hak asasi dalam diri manusia yang menjadi hak dasar secara kodrati telah melekat pada diri manusia, bersifat universal, langgeng, dilindungi, dihormati serta dipertahankan oleh Negara Republik Indonesia. Perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia terhadap kelompok rentan khususnya penyandang disabilitas perlu ditingkatkan sebagai mana bunyi dari Undang- Undang Nomor 19 tahun 2011. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 dalam Bab III pasal 6 juga menyebutkan penyelenggaraan kesejahteraan sosial diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: a) kemiskinan, b) ketelantaran, c) kecacatan, d) keterpencilan, e) ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku; f) korban bencana; dan/atau, g) korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Selain dua Undang-Undang tersebut, di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 juga menyebutkan: Bahwa Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Setiap penyandang cacat berhak memperoleh: a) pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; b) pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya; c) perlakuan yang 1

2 sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hasilnya; d) aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya. Dengan melakukan rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan hak yang sama untuk menumbuh-kembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Salah satu dari beberapa bentuk tolak ukur demokrasi yang sedang dijalankan oleh sebuah pemerintahan adalah dengan menimbang kemampuan negaranya dalam memenuhi kebutuhan hidup serta adanya jaminan dan hak-hak dari warga negaranya. Negara yang menjadi provider sekaligus pelindung bagi hak-hak semua warganya tentunya mempunyai kewajiban menyediakan pelayanan publik yang dapat dinikmati dan benar-benar dibutukan oleh masyarakatnya. Selain itu, fasilitas dan aksesibilitas publik menjadi begitu penting terlebih untuk para penyandang disabilitas (Thohari, 2014). Semantara itu, disisi lain kebijakan yang menyangkut aksesibilitas para penyandang disabilitas di tempat pelayanan umum di Indonesia, tampaknya sebagian besar masih sebatas wacana. Sebagaimana diketahui bersama di dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997, pasal (ayat 1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998, khususnya pasal (ayat 1) dengan tegas menyatakan bahwa sebagaimana warga masyarakat lainnya, penyandang cacat berhak mempunyai kesamaan kedudukan, hak dan kewajiban dalam berperan dan berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya dalam segala aspek kehidupan dan penghidupannya (depsos.go.id, 2014).

3 Pada saat ini, yang terjadi dilapangan masih banyak sekali permasalahanpermasalahan terkait penyedian fasilitas dan sarana publik yang belum bisa memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas di Indonesia. Salah satu dari sekian banyak kebutuhan diperlukan, kebutuhan adanya model pariwisata yang ramah terhadap penyadang disabilitas. Setiap orang pasti mempunyai kesamaan hak untuk melakukan pariwisata tanpa pandang bulu tidak mengenal kaya atau miskin, tua atau muda, sakit atau sehat, dan manusia yang normal atau yang penyandang disabilitas semua orang mempunyai kesamaan hak dan kesempatan dalam berwisata. Selama ini konsep pariwisata hanya dirancang untuk orang-orang yang normal saja, bagaimana dengan orang-orang yang berkebutuhan khusus. Apakah mereka tidak layak dan tidak boleh berwisata, tidak boleh mengunjungi tempat tempat yang indah dan mempunyai nilai sejarah tinggi, yang biasanya dikunjungi oleh orang orang normal biasanya lakukan ketika mereka mempunyai waktu luang, berlibur, atau sekedar melepas kepenatan dari aktivitas sehari hari-hari. Demi memudahkan penyandang disabilitas dalam melakukan pariwisata atau kunjungan perlu kiranya dibuat sebuah konsep pariwisata yang ramah terhadap kaum penyandang disabilitas. Konsep pariwisata yang ramah terhadap penyandang disabilitas ini misalnya setiap tempat atau obyek daya tarik wisata menyediakan berbagai fasilitas dan aksesibilitas yang memang diperlukan oleh wisatawan yang memiliki keterbatasan fisik. Misalnya menyediakan alat komunikasi khusus bagi wisatawan yang tuna rungu, menyediakan korsi roda untuk yang tidak bisa berjalan, dan sarana penujang lainnya.

4 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri saat ini, dalam upaya perbaikan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasaran fasilitas dan aksesibilitas kepada penyandang disabilitas telah membuat peraturan yaitu: peraturan daerah DIY No.4 Tahun 2012, tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Selain itu, Kota Yogyakarta merupakan Kota di Wilayah DIY yang beberapa tahun terakhir ini mempunyai kebijakan berpihak kepada Penyandang disabilitas /penyandang disabilitas. Hal tersebut sudah terlihat dengan beberapa keputusan Walikota Yogyakarta tentang penerapan pendidikan inklusi, pekerjaan kepada penyandang disabilitas (adanya penghargaan kepada perusahaan yang memberikan pekerjaan kepada penyandang disabilitas), serta kebijakan jaminan pembiayaan kesehatan daerah kepada penyandang disabilitas serta beberapa kebijakan layanan yang sudah mulai berpihak kepada penyandang disabilitas (SAPTA Jogja.htm, 2014). Kota Yogyakarta baru saja menerima penghargaan bidang pariwisata sebagai The Best Performance kategori gold yang diberikan oleh Menteri Pariwisata RI, Arif Yahya dalam acara Travel Club Tourism Award (TCTA) pemerintah Kota jogja.go.id 2014). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka menjadi menarik untuk dilakukan sebuah penelitian terkait bagaimana konsistensi dari pemerintah Kota Yogyakarta mengemban amanah sebagai Kota yang mendapat penghargaan The Best Performance dalam bidang pariwisata sudah selayaknya menerapkan konsep pariwisata yang ramah terhadap penyandang disabilitas. Hal tersebut adalah upaya untuk pemenuhan atas kebutuhan fasilitas dan aksesibilitas untuk penyandang disabilitas dilokasi pariwisata, terkait dengan

5 pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana, fasilitas dan aksesibilitas. Dengan demikian, penelitian ini dirumuskan dengan judul Pariwisata Ramah Penyandang Disabilitas. (Studi: Ketersediaan Fasilitas dan Aksesibilitas Pariwisata di Kota Yogyakarta). Melihat luas dan banyaknya persoalan yang dikaji dalam pengembangan pariwisata yang ramah terhadap penyadang disabilitas, maka dalam penelitian ini peneliti hanya fokus pada bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola atau penyedia pariwisata (pemerintah dan swasta) dalam penyediaan pariwisata yang ramah terhadap penyandang disabilitas melalui penyedian fasilitas dan aksesibilitas untuk penyandang disabilitas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada pembahasan tersebut maka, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana ketersedian fasilitas dan aksesibilitas untuk penyandang disabilitas pada tempat-tempat pariwisata di Kota Yogyakarta? 2. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata yang ramah penyandang disabilitas? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menjelaskan ketersedian fasilitas dan aksesibilitas di tempat pariwisata yang ramah bagi penyandang disabilitas di Kota Yogyakarta.

6 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata yang ramah bagi penyandang disabilitas di Kota Yogyakarta. Sementara kegunaan dari penelitian ini mencakup kegunaan secara teoritis maupun kegunaan praktis. 1. Kegunaan secara teoritis memberikan kontribusi literatur untuk penelitian-penelitian berikutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada kajian dalam bidang pariwisata yang ramah bagi penyandang disabilitas. 2. Kegunaan secara praktis memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengelola daya tarik wisata dalam hal penyediaan informasi, fasilitas, aksesibilitas, sarana dan prasarana khususnya pariwisata yang ramah penyandang disabilitas sehingga menjadi acuan dalam pengikatan kualitas pelayanan yang ramah penyandang disabilitas.