PROSES RECOVERY LOGAM Chrom DARI LIMBAH ELEKTROPLATING

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAMBILAN LOGAM Ni DALAM LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PROSES KOAGULASI FLOKULASI

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN AIR SUNGAI KALIMAS SURABAYA MENJADI AIR BERSIH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

STUDI PENDAHULUAN : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL PRODUKSI PATI BENGKUANG DI GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI ABSTRAK...

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

PENGOLAHAN LOGAM BERAT KHROM (Cr) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DENGAN PROSES KOAGULASI FLOKULASI DAN PRESIPITASI

Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC)

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

Indonesian Journal of Chemical Science

OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KECAP SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PROSES PEMASAKAN BLEACHING EARTH SEBAGAI KOAGULAN

II.2.1. PRINSIP JAR TEST

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

BAB I PENDAHULUAN. penambangan bawah tanah tipe cut and fill. Penambangan di perusahaan ini

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Koagulasi Flokulasi

BAB III TEORI DASAR Pengertian Air Limbah Kegiatan Penambangan. limbah kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga yaitu air yang terkena

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Makalah Pendamping: Kimia Paralel B IDENTIFIKASI KARAKTER FISIK DAN KIMIA SEBAGAI KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI DI SUNGAI PENGO

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PEMAKAIAN FERRO SULFAT PADA PENGOLAHAN LIMBAH CHROM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

OPTIMASI KONDISI ELEKTROKOAGULASI ION LOGAM TIMBAL (II) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan zat kehidupan tidak satupun makhluk hidup di kehidupan ini

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOPROSES (IBK 551) Disusun Oleh Ariyo Prabowo Hidayanto, M.Si.

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

EFISIENSI PROSES KOAGULASI DI KOMPARTEMEN FLOKULATOR TERSUSUN SERI DALAM SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH. Ignasius D.A. Sutapa

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK BIOSEPARASI. Oleh : Shinta Rosalia Dewi, S.Si, M.Sc Dina Wahyu Indriani, S.TP, M.Sc

MAKALAH PPM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PEMANFAATAN KEMBALI LIMBAH ELEKTROPLATING. Oleh: R. Yosi Aprian Sari, M.

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PENGOLAHAN EFLUEN REAKTOR FIXED BED SECARA KOAGULASI

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013 MAKALAH PENDAMPING POSTER (Kode : I-06) ISBN : 979363167-8 PROSES RECOVERY LOGAM Chrom DARI LIMBAH ELEKTROPLATING Yayat Iman Supriyatna 1,* 1 UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung-LIPI Jl. Ir. Sutami Km. 15 Tanjung Bintang - Lampung Selatan * Keperluan korespondensi, telepon : 0721-350054 ; Fax : 0721-350056, email : yayat_iman@yahoo.com ABSTRAK Kegiatan industri elektroplating sering menimbulkan permasalahan lingkungan, karena banyak mempergunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Salah satu diantaranya adalah Chrom (Cr) yang dipergunakan sebagai bahan baku pelapisan logam. Melihat dari permasalahn tersebut, perlu dikembangkan suatu teknik pengolahan limbah untuk mengurangi kadar salah satu unsur logam yang ada di dalam limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengambil logam Chrom dengan proses koagulasi flokulasi. Variabel proses penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ph optimum, pengaruh konsentrasi koagulan, jenis koagulan yang efektif, dan kecepatan pengadukan dalam pengambilan logam Chrom dari limbah elektroplating dengan proses koagulasi flokulasi. Limbah yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah elektroplating dengan konsentrasi awal 14,823ppm. Variabel yang digunakan adalah ph koagulasi 6, 7, 8, 9, dan 10, konsentrasi koagulan 100mg/l, 200mg/l, 300mg/l, 400mg/l, dan 500mg/l, jenis koagulan tawas, PAC, dan ferro sulfat, kecepatan pengadukan 100rpm, 115rpm, 160rpm dan 200rpm. Dari hasil penelitian diperoleh ph paling optimum untuk mengendapkan Cr yaitu ph 9, jenis koagulan yang paling efektif yaitu tawas, pengaruh variabel konsentrasi koagulan yaitu semakin banyak jumlah koagulan semakin banyak Cr terlarut yang dapat dikoagulasi dan mengendap, dan pengaruh variabel kecepatan pengadukan yaitu semakin cepat kecepatan pengadukan semakin banyak Cr terlarut yang dapat dikoagulasi dan mengendap. Kata Kunci: chrom, koagulasi, flokulasi, elektroplating PENDAHULUAN Salah satu industri yang dapat menimbulkan pencemaran adalah industri pelapisan logam (electroplating) yang menghasilkan limbah B3. Salah satunya logam berat yang terkandung dalam limbah industri electroplating Cr. Sifat dari limbah B3 antara lain adalah mudah terbakar, mudah meledak, dan bersifat karsinogenik (penyebab kanker) [1]. Pengolahan air buangan sangat penting dilakukan agar memenuhi baku mutu limbah cair yang ditetapkan menurut Kepmen-LH no.42/menlh/10/1996/ dan baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri menurut Kep-51/MENLH/10/1995. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 721

Berdasarkan nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia yang terdapat dalam limbah cair yang dikeluarkan oleh kementrian lingkungan hidup kadar maksimal Chrom yang diperbolehkan adalah 0,2 mg/l [2]. Untuk saat ini, lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan industri disimpan pada bak penampungan sementara, kemudian industri tersebut mengirimkan lumpurnya/limbahnya ke perusahaan khusus pengolah limbah B3 yaitu PT. PPLI (Prasadha Pemusnah Limbah Industri) di Cileungsi Bogor untuk kemudian menunggu pengolahan selanjutnya. Namun hal ini dirasakan cukup berat bagi sebagian besar industri karena kegiatan ini dapat memakan banyak biaya [2]. Oleh karenanya, banyak industri yang cenderung membuang limbah sembarangan sehingga pada akhirnya akan mencemari lingkungan. Atas dasar pernyataan inilah perlu adanya masukan tentang proses pengolahan limbah yang berpegang pada prinsip murah, sederhana dalam proses pengolahannya, dan dari segi teknis teknologi masih dapat diterima. Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan ini adalah melalui proses perolehan kembali (recovery) dengan proses koagulasi flokulasi. Koagulasi adalah proses penambahan bahan-bahan kimia unuk membentuk gumpalan (flok) yang selanjutnya dipisahkan pada proses flokulasi. Sedangkan flokulasi adalah proses untuk mempercepat penggumpalan partikel dengan pengadukan sangat lambat [3]. Menurut Migo et all., (1993a), koagulasi yang efektif terjadi pada selang ph tertentu. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan pada partikel tersuspensi dan koloid. Flokulasi adalah aglomerasi dari partikel yang terdestabilisasi dan koloid menjadi partikel terendapkan [4]. Menurut Eckenfelder (1986), koagulasi adalah proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Melalui proses koagulasi, kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi. Penggoyahan partikel koloid ini akan terjadi apabila elektrolit yang ditambahkan dapat diserap oleh partikel koloid sehingga muatan partikel menjadi netral. Penetralan muatan partikel oleh koagulan hanya mungkin terjadi jika muatan partikel mempunyai konsentrasi yang cukup kuat untuk mengadakan gaya tarik menarik antar partikel koloid [4]. Dalam pengambilan logam dengan cara koagulasi, limbah elektroplating ditambahkan senyawa kimia yang dapat menyebabkan senyawa dalam limbah tersebut ( dalam hal ini Cr) mengalami ketidakstabilan (destabilasi). Akibat dari destabilasi, partikel mengalami flokulasi. Secara garis besar mekanisme pembentukan flok terdiri dari empat tahap, yaitu ; 1. Tahap destabilasi partikel koloid; 2. Tahap pembentukan partikel koloid; 3. Tahap penggabungan mikroflok; 4. Tahap pembentukan mikroflok. Proses koagulasi dan flokulasi dalam pengolahan air Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 722

berfungsi untuk ; 1. Menghilangkan kekeruhan dan warna; 2. Menghilangkan kadar solid; 3. Menghilangkan kandungan bakteri yang terdapat dalam air; 4. Menghilangkan algae dalam kolom distilasi; 5. Menghilangkan kesadahan [3], seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Proses koagulasi dan flokulasi Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Koagulasi dan Flokulasi yaitu kualitas air, temperatur air, jenis koagulan, ph air, jumlah garam-garam terlarut dalam air, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan, dan dosis koagulan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengambilan kembali Chrom dengan menggunakan proses koagulasi flokulasi yang dilakukan secara batch dengan tujuan mengetahui kondisi optimal (ph, jumlah koagulan, jenis koagulan dan kecepatan pengadukan) sehingga dapat memberikan informasi yang bisa dijadikan pertimbangan dalam pengolahan limbah cair elektroplating dalam rangka mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh Chrom. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara batch untuk menentukan ph, jumlah koagulan, jenis koagulan dan kecepatan pengadukan yang optimum dalam proses koagulasi flokulasi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu limbah cair elektroplating yang diambil dari bak penampungan limbah Chrom dari salah satu industri elektroplating di semarang. Koagulan yang digunakan yaitu Alumunium sulfat (Al 2 (SO4) 3.14H 2 O), PAC (Poly Alumunium Chloride) dan Ferrous sulfat (FeSO 4.7H 2 O) dalam bentuk serbuk. Untuk mengatur ph digunakan larutan NaOH dan H 2 SO 4 0,1 M. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah beaker glass sebagai tangki koagulasi flokulasi, magnetik stirer sebagai pengaduk, digital ph meter sr-7705 untuk mengukur ph, dan AAS spektra AA-200 untuk analisa kadar Chrom awal dan setelah proses koagulasi flokulasi. Langkah penelitian digambarkan pada Gambar 2. Penentuan kadar optimum Studi Literatur Anlisa Kadar Chrom awal Persiapan alat dan bahan Penentuan ph optimum Penentuan jenis koagulan optimum Analisa kadar chrom akhir Kondisi optimal (ph, jumlah koagulan, jenis koagulan, kecepatan pengadukan) Penentuan kecepatan optimum Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 723

Gambar 2. Bagan alir penelitian Langkah-langkah penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap pertama dilakukan persiapan bahan dan peralatan penelitian. Preparasi bahan yang diperlukan meliputi pernyiapan limbah cair elektroplating untuk tiap proses koagulasi flokulasi sebanyak 1 liter. Koagulan PAC, Ferrous sulfat dan tawas dihaluskan lagi agar ukurannya lebih homogren dan pembuatan NaOH dan H 2 SO 4 dengan konsentrasi 0,1M. Pada tahap kedua dilanjutkan penentuan ph optimum dengan cara limbah 1000ml, dimasukkan ke dalam tangki koagulasi flokulasi. ph limbah diatur sesuai variabel (6, 7, 8, 9, 10) dengan penambahan NaOH dan H 2 SO 4, kemudian dimasukkan koagulan tawas dengan konsentrasi 300mg dalam tangki koagulasi flokulasi. Campuran diaduk selama 30 menit. Setelah selesai, campuran didiamkan sampai terbentuk endapan. Hasil dianalisa dengan uji AAS sehingga diketahui ph optimum. Parameter yang digunakan untuk menentukan ph optimum adalah persentase terbesar yang dapat dicapai setelah perlakuan menurut rumus seperti pada persamaan 1. Gambar 3. Rangkaian alat koagulasi flokulasi % Penurunan = {A-B)/A} x 100%...(1) dimana A adalah kadar awal Chrom dalam limbah, B adalah kadar Chrom sisa setelah proses koagulasi flokulasi. Nilai ph optimum yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan dosis atau jumlah koagulan, jenis koagulan dan kecepatan pengaduk yang optimum. Penentuan jumlah koagulan dilakukan seperti penentuan ph optimum dengan dosis yang berbeda-beda yaitu 100mg/L, 200mg/L, 300mg/L, 400mg/L, 500mg/L. Sedangkan untuk variabel jenis koagulan limbah 1000ml dengan ph optimum, dimasukkan jenis koagulan sesuai variabel (tawas, PAC, Ferro sulfat) masing-masing sebanyak 100mg/L, 200mg/L, 300mg/L, 400mg/L, 500mg/L. Sedangkan untuk variabel kecepatan pengadukan limbah 1000ml dengan ph otimum, ditambahkan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 724

tawas 500mg/L, lalu diaduk dengan kecepatan pengadukan sesuai variabel (100rpm, 115rpm, 160rpm, 200rpm). Masing - masing variabel diaduk selama 30 menit, kemudian didiamkan sampai terbentuk endapan. Parameter yang diamati adalah persentase penurunan kadar Chrom terbesar seperti yang dilakukan pada penentuan ph optimum dengan Persamaan 1. Pada tahap ketiga limbah yang telah melalui proses koagulasi flokulasi dilakukan uji AAS untuk dianalisa kadar Cr sisa dari limbah tersebut. Sebelumnya kadar awal Cr dalam limbah juga dianalisa, untuk mengetahui pengurangan kadar dari Cr tersebut setelah melalui tiap-tiap proses dengan variabel yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan ph optimum Berdasarkan analisa AAS awal sampel limbah cair elektroplating yang diambil diperoleh kadar logam Cr awal sebesar 14,823mg/L. Hasil kadar awal ini jauh melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,2mg/L. Sedangkan berdasarkan hasil analisa AAS pada penentuan ph dan perhitungan dengan Persamaan (1) diperoleh hasil seperti pada Tabel 1 dan Gambar 4. Gambar 4. Pengaruh ph terhadap pengendapan Cr Berdasarkan dari tabel 1 didapatkan persen pengendapan untuk ph 6 sebesar 88,84%, ph 7 sebesar 89,52%, ph 8 sebesar 92,07%, ph 9 sebesar 93,34%, ph 10 sebesar 92,96%. Hal ini menunjukan bahwa ph memiliki pengaruh yang besar terhadap pengendapan logam. Tiap logam memiliki ph spesifik saat kelarutannya minimum, sehingga dapat mengendap dengan maksimal. Dari grafik dapat terlihat bahwa semakin besar ph (semakin basa) maka kadar Cr dalam limbah setelah proses koagulasi semakin kecil. Hal ini disebabkan pada ph yang semakin basa maka konsentrasi Cr terlarut telah melewati ( lebih tinggi ) dari hasil kali kelarutan (KSP). Tabel 1. Pengaruh ph terhadap pengendapan logam Cr ph Rata-rata konsentrasi (mg/l) akhir 6 1,654 88,84 7 1,554 89,52 8 1,175 92.07 9 0,987 93.34 10 1,044 92.96 % pengendapan Proses pengendapan Chrom ini disebabkan oleh dua peristiwa utama yang dialami Chrom dalam larutan. Pertama Chrom dalam air limbah mengendap sebagai endapan hidroksida yang disebabkan pada saat larutan Chrom dicampur dengan tawas dalam beaker glass sebagian alumunium (Al 3+ ) dalam tawas larut dalam air membentuk Al(OH) 3 Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 725

yang selanjutnya bereaksi dengan Chrom mengendap sebagai endapan hidroksida {Cr(OH) 2 }. Cr 2+ + Al(OH)3 Cr(OH) 2 + Al 3+ Ketika ph optimum telah terlewati, maka kemungkinan besar flok yang terbentuk bukan lagi Al(OH) 3, melainkan Al(OH) 4- yang mempunyai sifat larut sebagian, sehingga flok yang telah terbentuk mudah pecah [5], dan membuat kenaikan % keefektifan koagulasi menjadi tidak signifikan inilah kemungkinan yang terjadi untuk ph 10. Pengaruh Jumlah Koagulan Penelitian ini dilakukan pada variasi berat koagulan yang digunakan dalam hal ini tawas dengan berat 100mg, 200mg, 300mg, 400mg, dan 500mg. berdasarkan hasil analisa AAS dan perhitungan dengan persamaan (1) diperoleh hasil seperti pada Tabel 2 dan gambar 5. Gambar 5. Pengaruh jumlah koagulan terhadap pengendapan Cr Tabel 2. Pengaruh jumlah koagulan terhadap pengendapan logam Cr Masa koagulan (mg) Rata-rata konsentrasi akhir (mg/l) 100 1,641 88,93 200 1,164 92,15 300 1,140 92.31 400 0,937 93.68 500 0,721 95,14 % pengendapa n Dari Tabel 2 dapat diketahui persen pengendapan untuk 100mg koagulan sebesar 88,93%, untuk 200mg koagulan sebesar 92,15%, untuk 300mg koagulan sebesar 92,31%, untuk 400mg koagulan sebesar 93,68%, untuk 500mg koagulan sebesar 95,14%. Semakin banyak jumlah koagulan maka semakin banyak Cr terlarut yang dapat dikoagulasi dan mengendap, sehingga konsentrasi Cr terlarut sisa semakin sedikit. Dalam pengambilan logam dengan cara koagulasi, limbah elektroplating ditambahkan koagulan yang dapat menyebabkan senyawa dalam limbah tersebut (dalam hal ini Cr) mengalami ketidakstabilan (destabilasi). Ketika koagulan ditambahkan ke dalam air limbah maka koagulan akan terdisosiasi dan ion logam akan mengalami hidrolisis dan menghasilkan ion kompleks logam hidrokso yang bermuatan positif dan teradsorpsi pada permukaan koloid negatif. Akibat dari destabilasi, partikel mengalami flokulasi. Kemudian flok-flok yang terbentuk semakin besar karena pengadukan dan mengalami pengendapan (karena pengaruh gaya berat). Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 726

Pengaruh Jenis Koagulan Untuk melihat pengaruh jenis koagulan pada proses pengendapan logam Cr maka dilakukan variasi jenis koagulan yaitu antara tawas, PAC, Ferro sulfat sebanyak 100mg/L, 200mg/L, 300mg/L, 400mg/L, 500mg/L. Data yang diperoleh setelah analisa AAS dan perhitungan berdasarkab persamaan 1 ditunjukan pada Gambar 6. partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Untuk melihat pengaruh kecepatan pada pengendapan logam Cr maka dilakukan variasi kecepatan pengadukan yaitu 100rpm, 115rpm, 160rpm, 200rpm, dengan volume limbah 1Lt, ph 9 dan koagulan tawas sebanyak 500mg. Setelah proses koagulasi flokulasi dilakukan pemeriksaan dengan AAS untuk mengetahui kadar logam Cr sisa dalam limbah. Data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 5. Tabel 3. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap pengendapan logam Cr Gambar 6. Grafik pengaruh jenis koagulan terhadap pengendapan Cr Jenis koagulan yang paling baik berdasarkan grafik pada gambar 6 diatas adalah PAC dibandingkan koagulan tawas dan ferrous sulfat. Hal ini karena PAC merupakan koagulan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi air [7], sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang. Pada PAC unit berulangnya adalah Al-OH. Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m [6]. dimana : n = 2 2,7 < n < 3,9 m > 0 dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani Kecepatan pengadukan (rpm) Kadar Cr sisa (mg/l) 100 1,707 88,480 115 1,347 90,910 160 1,124 92,420 200 0,950 93,590 % pengendapan Gambar 7. Pengaruh kecepatan terhadap pengendapan Cr Dari grafik diatas dapat dilihat semakin cepat pengadukan maka kadar Cr Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 727

sisa semakin kecil. Pada proses koagulasi, pengadukan membuat dispersi koloid menjadi uniform, menaikkan kontak antar partikel, merusak stabilitas sistem koloid, dan menaikkan jumlah tumbukan antar partikel. Jika kecepatan pengadukan semakin dipercepat maka jumlah tumbukan antar partikel koloid semakin banyak, maka semakin banyak pula flok-flok yang terbentuk. Cr yang terikut dalam flok-flok tersebut akan ikut mengendap, sehingga kadar Cr sisa semakin kecil, dalam hal ini kadar Cr sisa 0,950mg/L dengan kecepatan pengadukan 200 rpm. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa Nilai ph optimum proses koagulasi flokulasi logam Cr adalah pada ph 9 dengan koagulan yang paling optimum yaitu PAC. Untuk kecepatan pengadukan dan jumlah koagulan berbanding lurus dimana semakin besar kecepatan dan jumlah koagulan semakin besar pula jumlah logam Cr yang terambil. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya kegiatan penelitian dan penulisan makalah ini. dengan Menggunakan Reaktor Unggun Terfluidisasi. Infomatek 6 (1). [2]Linggawati, Amilia, Muhdarina, H Sianturi. 2001. Efektivitas Pati-Fosfat dan Alumunium Sulfat Sebagai Koagulan dan Flokulan. Jurnal Natur Indonesia. Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Riau. [3]Basselievre & Schawartz. 1976. The Treatment of Industrial Wastes, 2nd.Mc Graw Hill, Kogakusha Ltd, Tokyo, Japan. [4]Novita, Elida. 2001. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi pada Limbah Cair yang Mengandung Melanoidin. Jurnal Ilmu Dasar 2(1) : 61-67. [5]Purwanto dan Syamsul Huda. 2005. Teknologi Industri Elektroplating. Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. [6]Vogel's. 1979. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, 5 Ft ed. Longman Inc. New York. [7]Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 1995. Kep- 03/Bapedal/09/1995. Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. DAFTAR RUJUKAN [1]Afiatun, E., Sri Wahyuni dan Agustini Rachmawati. 2004. Perolehan Kembali Cu dari Limbah Elektroplating Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 728