PRODUKSI ETANOL SECARA SINAMBUNG DENGAN SEL TERTAMBAT MENGGUNAKAN BIOREAKTOR TANGKI BERPENGADUK

dokumen-dokumen yang mirip
Produksi Etanol Secara Continue dengan Sel Tertambat Menggunakan Bioreactor Tower Fluidized Bed

Pengaruh Jenis dan Kecepatan Pengaduk pada Fermentasi Etanol Secara Sinambung dalam Bioreaktor Tangki Berpengaduk Sel Tertambat

Kajian Pengaruh Ukuran Penambat Pada Fermentasi Etanol Secara Continue dengan Batu Apung Sebagai Media Penambat Pada Fermentor Kolom Fixed Bed

Produksi Etanol Proses Sinambung dengan Schizosaccharomyces Pombe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

SEMINAR NASIONAL FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2008 Surabaya, 5 November 2008 Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI ITS

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

KINETIKA FERMENTASI VCO SECARA SINAMBUNG DALAM BIOREAKTOR TANGKI IDEAL

PENGARUH RECYCLE RATE DAN KONSENTRASI ALGINAT TERHADAP PRODUKTIVITAS ETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI-EKSTRAKTIF

B T A CH C H R EAC EA T C OR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TEKNIK FERMENTASI (FER)

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

KINETIKA STERILISASI (STR)

TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

II. DESKRIPSI PROSES

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ETANOL DARI MOLASES DENGAN TEKNIK IMMOBILISASI DI BIOREAKTOR PACKED BED

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pabrik Asam Asetat Dari Limbah Cair Pulp Kakao Dengan Proses Fermentasi

LOGO. Oleh : Nurlaili Humaidah ( ) Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Tri Widjaja M.Eng Dr.Ir. Tontowi Ismail, MS.

Disusun Oleh : Sulfahri ( ) Desen Pembimbing Ir. Sri Nurhatika, MP. Tutik Nurhidayati, S.Si.M.Si.

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

LIMBAH. Veteran Jatim A Abstrak. sebagai. hidrolisa yang. menggunakan khamir. kurun waktu. beberapa tahun hingga lain seperti pembuatan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ETANOL DENGAN TEKNIK IMMOBILISASI SEL CA-ALGINAT MENGGUNAKAN ZYMOMONAS MOBILIS DALAM BIOREAKTOR PACKED BED

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERSENTASE STARTER PADA NIRA AREN (Arenga pinnata) TERHADAP BIOETHANOL YANG DIHASILKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

Model Matematika Fermentasi Alkohol dari Buah Anggur

Macam macam mikroba pada biogas

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II. DESKRIPSI PROSES

PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL)

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BIOTEKNOLOGI DASAR Program studi BIoteknologi. By Seprianto S.Pi, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

PRODUKTIVITAS ETANOL DARI MOLASES DENGAN PROSES FERMENTASI KONTINYU MENGGUNAKAN

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BERAS (AIR LERI) SKRIPSI. Oleh : CINTHYA KRISNA MARDIANA SARI NPM

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PENGARUH RASIO ASAM SULFAT TERHADAP ASAM NITRAT PADA SINTESIS NITROBENZENA DALAM CSTR

PEMBUATAN PRODUK (PRD)

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah yang digemari, selain rasanya

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

Disusun Oleh: Diyanti Rizki Rahayu Puspita Ardani Ir. Nuniek Hendriani, M.T. Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content

METODOLOGI PENELITIAN

BIOETANOL DARI TETES TEBU. Hendro Santoso BIOETANOL DARI TETES TEBU

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-2. Prinsip Bioreaktor & Sistem Batch

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI

Transkripsi:

PRODUKSI ETANOL SECARA SINAMBUNG DENGAN SEL TERTAMBAT MENGGUNAKAN BIOREAKTOR TANGKI BERPENGADUK Ronny Kurniawan, Salafudin, Hadi Nugraha, Sandi F Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Itenas Bandung Jl. PHH. Mustafa No 23 Bandung 40132, Telp (022)7272215 Fax (022)7202892 Email : Kurniawan_Itenas@yahoo.co.id Abstrak Etanol atau etil alkohol (C 2 H 5 OH) merupakan senyawa organik yang sangat penting dalam industri kimia dan mempunyai cukup banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Pembuatan etanol dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintetik melalui reaksi kimia dan secara fermentasi melalui aktivitas mikroorganisme. Proses pembuatan etanol secara fermentasi telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu dengan menggunakan bahan yang mengandung karbohidrat sebagai bahan bakunya. Fermentasi glukosa menjadi etanol dilakukan dengan mikroorganisme yang terbagi ke dalam dua jenis, yaitu bakteri dan ragi. Namun penggunaan ragi sebagai biokatalis lebih sering digunakan, karena ragi lebih mudah dikembangbiakan dan lebih mudah dikontrol pertumbuhannya. Ragi yang digunakan dalam proses fermentasi etanol ini salah satunya adalah Schizosacharomyces pombe. Kesulitan yang sering dijumpai dalam proses fermentasi yaitu dalam pemisahan produk dari ragi yang digunakan. Metode sel tertambat (immobilized cell) dianggap dapat mengatasi masalah tesebut, dan penggunaan batu apung sebagai media penambat dapat dijadikan alternatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi etanol dan yield etanol yang dihasilkan pada proses fermentasi glukosa secara sinambung dalam bioreaktor tangki berpengaduk dengan ragi Schizosacharomyces pombe dan menggunakan batu apung sebagai media penambat. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan ukuran batu apung 8/12 mesh, 18/20 mesh dan 35/40 mesh. Proses fermentasi berlangsung dalam kondisi anaerob pada temperatur 34 C, ph = 4.5, konsentrasi glukosa 150 g/l, waktu tinggal substrat 48 jam dan putaran pengaduk 40 rpm. Melihat dari konsentrasi dan yield yang dihasilkan, didapat kondisi terbaik pada penelitian ini terjadi pada ukuran batu apung 35/40 mesh yang menghasilkan konsentrasi etanol sebesar 29,70 g/l, dan yield sebesar 0,43 Kata kunci: Etanol, Fermentasi, Immobilized cell, Batu apung. Pendahuluan Etanol atau ethyl alcohol (C 2 H 5 OH) termasuk kelompok hydroksil yang memberikan polaritas pada molekul dan mengakibatkan meningkatnya ikatan hidrogen intermolekuler. Etanol ini merupakan cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, jernih, dan tidak berwarna. Etanol memiliki massa jenis 0.7893 g/ml. Titik didih etanol pada tekanan atmosfir adalah 78.32 C. Indeks bias dan viskositas pada temperatur 20 C adalah 1.36143 dan 1.17 cp (Kirk dan Othmer, 1965). Etanol digunakan pada berbagai produk meliputi campuran bahan bakar, produk minuman, penambah rasa, industri farmasi, dan bahanbahan kimia. Dalam proses pembuatannya, etanol dapat diproduksi dengan 2 cara, yaitu secara sintetik melalui reaksi kimia dan fermentasi. Proses fermentasi etanol dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara curah (batch) dan sinambung (continue). Kedua metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dari proses curah antara lain mudah dilakukan, resiko kerugian cukup rendah dan lebih mudah dalam pengontrolan bahan baku, tetapi kekurangannya membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses fermentasi. Sedangkan untuk proses sinambung kelebihannya, waktu yang diperlukan relatif lebih singkat, hasil yang didapat lebih banyak, dan kerugiannya mudah terkontaminasi (terjadinya mutasi atau adanya mikroorganisme lain) dan lebih sulit dalam mengatur laju fermentasinya. Faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi etanol secara fermentasi, antara lain pemilihan jenis mikroorganisme yang akan digunakan, teknik pemisahan produk dari mikroorganisme, pemilihan proses fermentasi dan jenis fermentor yang digunakan. B-09-1

Mikroorganisme merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam fermentasi etanol. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme berfungsi sebagai biokatalis. Mikroorganisme yang biasa digunakan dalam proses fermentasi ada 2 jenis, yaitu bakteri dan ragi. Namun dalam hal ini ragi lebih sering digunakan dalam proses fermentasi, karena ragi lebih mudah dikembangbiakkan, lebih mudah dikontrol pertumbuhannya dan dapat menghasilkan etanol dengan konsentrasi yang tinggi. Salah satu jenis ragi yang dapat digunakan adalah Schizosaccharomyces pombe. Jenis fermentor yang sering digunakan dalam proses fermentasi yaitu tubular fermentor dan fermentor tangki berpengaduk. Tubular fermentor ini terdiri dari dua jenis yaitu fluidized bed reactor dan fixed bed reactor. Permasalahan yang timbul dari fluidized bed reactor adalah adanya agitasi berat yang terjadi akibat kerusakan dari katalis dan terbentuknya debu. Sedangkan masalah yang timbul pada fixed bed reactor adalah sering terjadinya gradien panas yang tidak diinginkan, sulit dalam pengontrolan suhu dan sulit untuk dibersihkan atau diperbaiki sedangkan fermentor jenis tangki berpengaduk memiliki kelebihan dari sisi perpindahan panasnya lebih merata dan perpindahan massanya relative lebih baik. Salah satu permasalahan lain yang biasa timbul adalah sulitnya pemisahan produk dari ragi yang digunakan. Untuk menangani masalah tersebut, maka dapat digunakan cara penambatan ragi pada suatu media penambat (Immobilized cell), yakni suatu teknik peningkatan sel bebas pada suatu penambat yang ukurannya lebih besar daripada sel sehingga sel tersebut tidak dapat bergerak. Dalam proses ini digunakan batu apung sebagai media penambat karena memiliki porositas yang cukup besar. Selain itu kemungkinan terjadinya reaksi yang dapat menghambat proses fermentasi kecil karena peran batu apung disini hanya untuk menambatkan ragi di permukaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik yang dapat dilihat dari nilai konsentrasi dan perolehan etanol dari kondisi percobaan yaitu variasi ukuran batu apung, yang dihasilkan dari proses fermentasi secara sinambung menggunakan Schizosaccharomyces pombe yang ditambatkan pada batu apung dengan bioreaktor tangki berpengaduk.. Metodologi Penelitian Pendekatan Percobaan Proses pembuatan etanol dari fermentasi glukosa ini dilakukan secara sinambung dalam Bioreaktor tangki berpengaduk. Mikroorganisme (ragi) yang digunakan adalah Schizosaccharomyces pombe yang ditambatkan (immobilized cell). Bahan penambat yang digunakan dalam proses ini adalah batu apung dengan menggunakan metode adsorpsi. Alasan pemilihan batu apung sebagai media penambat yang digunakan dalam teknik penambatan sel ini, karena porositas yang dimiliki batu apung yang cukup besar sehingga diharapkan mudahnya mengadsorpsi ragi. Pada penelitian ini variabel yang dianggap tetap adalah: 1. Temperatur fermentasi 34 o C 2. Waktu tinggal substrat 2 hari 3. Konsentrasi glukosa 150 gr/l, dan 4. ph fermentasi 4,5 5. putaran pengaduk sebesar 40 rpm sedangkan variabel yang berubah pada penelitian ini adalah: 1. Ukuran batu apung 8/12 mesh, 18/20 mesh, dan 30/40 mesh. Peralatan percobaan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Peralatan utama, digunakan untuk melangsungkan proses fermentasi etanol secara sinambung, dan 2. Peralatan pendukung, digunakan dalam persiapan pelaksanaan fermentasi serta analisis. B-09-2

Gambar 1. Skema Alat Bioreaktor Tangki Berpengaduk Sel Tertambat Proses Sinambung Keterangan Gambar : 1. Bioreaktor tangki berpengaduk 7. Screen support 13. Lubang untuk memasukan batu apung 2. Termometer 8.Tangki produk 14. valve 3. Motor pengaduk 9. Water bath 4. Leher angsa 10. Thermostat 5. Baffle 11. Pompa 6. Pengaduk 12.Tangki substrat Bahan Bahan bahan yang yang digunakan,yaitu: 1. Glukosa, 2. Ragi Schizosaccharomyces pombe, 3. Batu apung Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu: 1. Tahap pendahuluan, dan 2. Tahap pembentukan produk etanol (fermentasi secara anaerob). Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan ini dilakukan dalam beberapa kegiatan kerja: 1. Pertumbuhan secara batch 2. Pertumbuhan inokulum. 3. Penambatan sel Analisis Analisis yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis konsentrasi glukosa (analisis Somogyi-Nelson), Jumlah sel (Counting Chamber), dan konsentrasi etanol (Refraktometri). 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengaruh Variasi Ukuran Batu Apung terhadap Jumlah Sel Tertambat Proses fermentasi etanol pada penelitian ini, sel ditambatkan pada media penambat berupa batu apung. Dalam pelaksanaannya, jumlah batu apung yang sudah ditentukan sebanyak 400gr dimasukan kedalam bioreaktor dan dijadikan variabel yang divariasikan ukurannya, karena volume serta waktu tinggal substrat di dalam bioreaktor diinginkan tetap. Variasi ukuran batu apung yang digunakan adalah (8/12, 18/20 dan 35/40) mesh. Pemilihan variasi ukuran batu apung ini berdasarkan pada perbedaan luas penampang dari batu apung yang akan berpengaruh terhadap jumlah sel yang tertambat. Setelah B-09-3

dimasukan batu apung dengan variasi ukuran tertentu, kemudian ditambahkan substrat atau glukosa ke dalam bioreaktor sebanyak 4000 ml. Volume bioreaktor dalam keadaan kosong adalah 5000 ml dan dioprasikan pada volume 4000 ml dengan waktu tinggal (waktu fermentasi) 2 hari (48jam), kemudian didapatkan laju alir 1,38 ml/mnt. Proses penambatan sel pada batu apung yang dilakukan dalam bioreaktor ini yaitu dalam keadaan diaduk pelan sebesar 20 rpm. Fungsi pengadukan pada proses penambatan yaitu agar mobilitas sel ragi dan batu apung menjadi lebih optimal sehingga ragi akan lebih mudah teradsorpsi ke permukaan batu apung. Ukuran batu apung juga mempengaruhi jumlah sel yang tertambat. Ukuran batu apung akan mempengaruhi besarnya luas permukaan yang dapat digunakan untuk penambatan sel. Semakin kecil ukuran batu apung, semakin besar luas permukaan penambatan yang tersedia sehingga sel yang tertambat akan meningkat jumlahnya seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Sel Tertambat Untuk Berbagai Batu Apung Ukuran Batu Apung Jumlah Sel Yang Tertambat 8/12 mesh 1,17x10 12 18/20 mesh 1,32 x10 12 35/40 mesh 1,40 x10 12 Faktor lain yang dapat mempengaruhi banyaknya jumlah sel tertambat pada batu apung yaitu faktor waktu penambatan. Waktu penambatan yang paling baik adalah pada saat sel ragi berada pada fasa stationer yaitu pada jam ke- 13 sampai dengan jam ke-19. Proses penambatan pada penelitian ini dilakukan selama 3 jam pada fasa stationer dengan metode adsorpsi, karena rentan waktu pada fasa stationer hanya 6 jam maka pemilihan waktu 3 jam dirasa sudah cukup. Selebihnya sisa waktu dipakai untuk menyiapkan batu apung dan inokulum sel ragi yang akan ditambatkan. Selain waktu penambatan ada faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi banyaknya jumlah sel, yaitu dengan memvariasikan putaran pengaduk pada saat penambatan. Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Konsentrasi Etanol Pada Berbagai Variasi Jumlah Sel Tertambat Untuk Waktu Fermentasi 48 Jam Ukuran batu apung akan berpengaruh kepada jumlah sel yang tertambat serta berpengaruh langsung pada produksi etanol yang dihasilkan. Semakin banyak sel yang tertambat maka etanol yang dihasilkan juga akan semakin tinggi, hal ini dapat terlihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2 Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Konsentrasi Etanol Untuk Berbagai Variasi Jumlah Sel Tertambat pada Waktu Fermentasi 48 Jam Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa konsentrasi etanol yang dihasilkan semakin meningkat seiring bertambahnya waktu dan kemudian konstan untuk berbagai variasi jumlah sel. Jumlah sel tertambat akan berpengaruh langsung pada produksi etanol yang dihasilkan. Semakin banyak sel yang tertambat maka etanol yang dihasilkan akan semakin tinggi. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin kecil ukuran batu apung maka semakin banyak sel yang dapat tertambat pada media dan akan menghasilkan enzim yang lebih B-09-4

banyak. Enzim yang dihasilkan oleh sel ini berfungsi untuk mengkonversi glukosa menjadi etanol, maka dengan semakin banyaknya enzim yang dihasilkan semakin banyak pula glukosa yang akan terkonversi menjadi etanol seperti terlihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 dapat terlihat juga bahwa waktu untuk mencapai kondisi steady terdapat perbedaan. Keadaan steady adalah kondisi pada saat konsentrasi etanol yang dihasilkan telah mencapai kestabilan setelah jangka waktu tertentu. Untuk jumlah sel tertambat yang lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai steady akan lebih cepat, karena semakin banyak jumlah sel yang tertambat berpengaruh terhadap laju fermentasi glukosa menjadi etanol meningkat, sehingga keadaan steady akan lebih cepat tercapai. Dapat dilihat untuk jumlah sel 1,17x10 12 mencapai steady pada jam ke-132, untuk jumlah sel 1,32x10 12 mencapai steady pada jam ke-120 dan untuk jumlah sel 1,40x10 12 mencapai steady pada jam ke-108 setelah run dimulai. Hasil ini membuktikan adanya hubungan antara jumlah sel tertambat dengan kondisi steady. Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Yield Yield yang dihasilkan dari proses fermentasi sinarnbung dalam bioreaktor sel tertambat dengan jumlah sel tertambat yang berbeda, dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 4.3 Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Yield Pada Variasi Jumlah Sel Tertambat Untuk Waktu Fermentasi 48 jam Yield yang dihasilkan pada penelitian ini adalah membandingkan antara berat etanol yang dihasilkan terhadap glukosa terkonsumsi dengan pengertian tidak semua glukosa yang terkonsumsi dikonversikan menjadi etanol. Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai yield etanol cenderung mengalami penurunan terhadap waktu fermentasi untuk jumlah sel yang tetap, atau mengalami kenaikan pada awalnya lalu mengalarni penurunan. Penurunan nilai yield etanol ini terlihat dimana semakin lama waktu fermentasi untuk jumlah sel tertambat yang tetap, glukosa yang terkonsumsi semakin besar tetapi etanol yang dihasilkan jumlahnya tidak terlalu besar walaupun mengalami kenaikan dengan semakin lamanya waktu fermentasi, hal ini dapat disebabkan karena semakin lamanya waktu fermentasi maka substrat yang terkonsumsi oleh sel ragi tidak seluruhnya dikonversi menjadi etanol melainkan ada sebagian yang digunakan oleh sel ragi untuk mempertahankan hidupnya, sehingga kenaikan konsentrasi etanol yang dihasilkan menjadi lebih kecil yang berpengaruh pada yield etanol. Jika melihat lagi antara rasio pengurangan glukosa terhadap penambahan konsentrasi etanol yang kurang seimbang setelah waktu pengambilan sampel lebih dari 48 jam terjadi kemungkinan adanya reproduksi sel di dalam bioreaktor sehingga konsumsi glukosa meningkat. Dilihat dari jumlah sel tertarnbat yang berbeda terdapat perbedaan waktu penurunan yield. Waktu yang dibutuhkan saat terjadi penurunan yield ini bisa berbeda karena pada jumlah sel yang lebih sedikit akan menghasilkan enzim lebih sedikit untuk mengkonversi glukosa menjadi etanol, tetapi persaingan untuk penyediaan makanan tidak begitu berarti sehingga glukosa yang ada lebih banyak dihabiskan untuk bertahan hidup dibandingkan untuk dikonversi menjadi etanol. Untuk jumlah sel lebih banyak akan menghasilkan enzim yang lebih banyak dan menghasilkan etanol lebih besar dibandingkan yang digunakan untuk dikonsumsi dan bertahan hidup. Dengan keadaan ini maka etanol yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan dengan pengurangan konsentrasi glukosa sehingga pada keadaan awal B-09-5

yieldnya mengalami kenaikan baru kemudian mengalami penurunan yield karena kenaikan konsentrasi etanol yang tidak sebanding dengan konsumsi glukosa oleh ragi. Untuk jumlah sel tertambat yang berbeda, semakin banyaknya sel yang digunakan yield yang dihasilkan mengalami kenaikan. Hal ini dapat disebabkan ragi yang tertambat, dan terlibat, pada proses fermentasi akan semakin banyak sehingga etanol yang dihasilkan semakin besar. Konsentrasi etanol yang meningkat pasti disertai dengan pengurangan konsentrasi glukosa yang meningkat pula dan menghasilkan nilai yield yang lebih tinggi. Pengaruh Variasi Ukuran Batu Apung terhadap Jumlah Sel yang Terlepas Jumlah sel ragi yang terlepas pada proses fermentasi secara sinambung dengan fermentor sel tertambat dengan variasi ukuran batu apung dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Variasi Ukuran Batu Apung terhadap Jumlah Sel yang Terlepas Ukuran Batu Apung Jumlah Sel yang Tertambat Jumlah Sel yang Terlepas % jumlah sel yang terlepas (jumlah sel terlepas/jumlah sel tertambat) 8/12 mesh 1,17x10 12 2,30x10 11 19,60 18/20 mesh 1,32x10 12 2,46x10 11 18,60 35/40 mesh 1,40x10 12 2,54x10 11 18,10 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah sel yang terlepas semakin banyak dengan mengecilnya ukuran batu apung. Banyaknya sel ragi yang terlepas bisa disebabkan karena pada awal penambatan sel ragi yang ditambatkan pada batu apung kemungkinan ada yang tidak tertambat dan ada pula yang tidak terbuang. Adapun faktor lain yang bisa menyebabkan sel ragi terlepas dari permukaan batu apung yaitu pada saat penambatan terjadi gangguan dari pengadukan yang dapat mempengaruhi pada proses penambatan menjadi lebih banyak atau bahkan sel ragi yang sudah tertambat pada permukaan batu apung akan terlepas kembali. Pada setiap ukuran batu apung memiliki luas permukaan adsorpsi yang berbedabeda dan akan mempengaruhi dari banyaknya jumlah sel yang tertambat dan terlepas. Semakin kecil ukuran batu apung luas permukaan adsorpsi akan semakin besar sehingga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah sel yang tertambat dan terlepas. Dari persentase sel yang terlepas dapat dilihat performa batu apung sebagai medium penambat. Sel yang ditambatkan pada batu apung cukup banyak yang terlepas, namun jika dibandingkan dengan sel yang tertambat, persentasenya lumayan kecil (<20%). Hal ini dapat menunjukkan bahwa batu apung dapat menjadi medium penambat yang cukup baik dengan metode adsorpsi sel. Kesimpulan 1. Semakin kecil ukuran batu apung, maka jumlah sel yang tertambat semakin banyak. 2. Semakin banyak jumlah sel tertambat yang digunakan pada waktu fermentasi yang sama (48 jam), menghasilkan konsentrasi, dan yield etanol semakin besar. 3. Semakin banyak jumlah sel tertambat yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady semakin cepat. 4. Kondisi terbaik pada penelitian ini dilihat dari jumlah sel tertambat, konsentrasi, dan yield etanol yang diperoleh yaitu pada ukuran batu apung 35/40 mesh dengan jumlah sel tertambat sebanyak 1,40E+12, konsentrasi etanol sebesar 29,70 dan yield yang diperoleh sebesar 0,43. Pustaka Bailey, James E. dan David F. Ollis. Biochemical Engineering Fundamental, 2 nd edition. McGraw-Hill Company, 1986. B-09-6

Ghose, T. K dan Tyagi. Rapid Ethanol Fermentation of Cellulose Hydrolysate Batch Versus Continous Systems. Biotechnology and Bioengineering, volume 21. 1979. Gita dan Vinny. Pengaruh ph Substrat dan Temperatur Fermentasi Terhadap Produksi Etanol Dengan Schizosaccharomyces pombe dan Batu Apung Sebagai Media Penambat, ITENAS. 2006. Jones, S.T, et. al. Ethanol Fermentation in a Continous Tower Fermentor. Biotechnology and Bioengineering, volume 26. 1984. Klein, J., K. D. Vorlop. 1985. Immobilized Techniques Cells, Comprehensive Biotechnology, vol 4, Pergamon Press, California. Othmer, Kirk. Encyclopedia of Chemical Technology, volume 10, 5 th Wiley and Sons, 2005. edition. New Jersey, USA : John Taufiq dan Indri. Produksi Etanol Melalui Proses Fermentasi Batch Dari Glukosa Menggunakan Schizosaccharomyces pombe dengan immobilized cell dan Batu Apung Sebagai Media Penambat, ITENAS, 2006 B-09-7

B-09-8