BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJUAN PUSTAKA

sehingga teori Skinner ini disebut S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

Zat Adiktif dan Psikotropika

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

Bab II Tinjauan Pustaka

B. Kegiatan Ceramah tentang Narkoba Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media & Alat

BAB I PENDAHULUAN. laporan kinerja BNN pada tahun 2015 dimana terjadi peningkatan

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat yang

BAB II JENIS-JENIS NARKOBA DAN SIFAT PENGGUNANYA

1. PENDAHULUAN. lainnya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Kasus penyalahgunaan narkoba

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh


FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DRUG ABUSE KELOMPOK 5

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan soal 4.4

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 9.1. Narkoba 9.1.1.Definisi Narkoba Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat berbahaya. Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut dengan nama lain, seperti NAZA (Narkotika, alkohol, dan Zat Adiktif lainnya) dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) (Witarsa, 2006). Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, zat yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Redaksi Penerbit Asa Mandiri, 2007). Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1997, yang dimaksud dngan Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Redaksi Penerbit Asa Mandiri, 2007).

25 Sedangkan yang dimaksud dengan Bahan/Zat Adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol (Darmono, 2006). 9.1.2.Jenis dan Penggolongan Narkoba menurut Undang-Undang Di bawah ini uraian tentang jenis narkoba dan beberapa zat yang termasuk dalam golongannya : 1. Narkotika adalah zat atau bahan aktif yang bekerja pada sistem saraf pusat (otak), yang dapat menyebabkan penurunan sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit (nyeri) serta dapat menimbulkan ketergantungan (ketagihan). Zat yang termasuk golongan ini antara lain : Morfin, Putaw (heroin), Ganja, Hashish adalah getah ganja yang dikeringkan, Kokain, Opium, Codein, Metadon adalah opioida sintetik yang mempunyai daya kerja lebih lama serta lebih efektif daripada morfin dengan pemakaian ditelan. Metadon dipakai untuk metadhone maintenance program, yaitu untuk mengobati ketergantungan terhadap morfin atau heroin. Dan opiat lainnya. 2. Alkohol adalah jenis minuman yang mengandung etil-alkohol (dibagi dalam 3 kelompok), disesuaikan dengan kadar etil-alkoholnya. Alkohol dapat menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan). Efek

26 penggunaan alkohol tergantung dari jumlah yang dikonsumsi, ukuran fisik pemakai serta kepribadian pemakai. Pada dasarnya alkohol dapat mempengaruhi koordinasi anggota tubuh, akal sehat, tingkat energi, dorongan seksual dan nafsu makan. Menurut Keputusan Presiden RI No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol, minuman beralkohol dikelompokkan dalam 3 golongan dilihat dari kandungan alkoholnya, yaitu : Golongan A : yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 1% s/d 5%. Contoh minuman keras ini adalah : bir, green sand, dll. Golongan B : yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 5% s/d 20%. Contohnya adalah : anggur malaga, dll. Golongan C : yaitu minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 20% s/d 50%. Yang termasuk jenis ini adalah : brandy, vodka, wine, drum, champagne, whiski, dll (Joewana, 2005). Kebanyakan orang mulai terganggu tugas sehari-harinya bila kadar alkohol dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan mengalami gangguan koordinasi bila kadar alkohol dalam darah 0,10%. 3. Psikotropika adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika, bekerja pada sistem saraf pusat (otak) dan dapat menyebabkan perasaan khas pada aktifitas mental dan perilaku serta dapat menimbulkan ketagihan atau bahkan ketergantungan. Zat yang termasuk golongan ini menurut Karsono (2004) antara lain : Psikostimulan (shabu-shabu, ekstasi, amphetamine), shabu, inhalansia seperti

27 aerosol, bensin, perekat, solvent, butyl nitrites (pengharum ruangan). Obat penenang dan obat tidur (nipam, mogadon, diazepam, bromazepam, nitrazepam, flunitrazepam, estazolam, pil BK dan obat antipsikosis dan obat antidepresi. 4. Zat adiktif adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika atau psikotropika, bekerja pada sistem saraf pusat dan dapat menimbulkan ketergantungan/ketagihan. Zat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Nicotine, LSD (lysergic acid diethylamide), Psilosin, Psilosibin, Meskalin, dan lain-lain 9.1.3.Cara penyalahgunaan Narkoba Cara penyalahgunaan Narkoba biasanya di sesuaikan dengan bentuk dan jenis dari narkoba itu sendiri, sebagaimana diketahui bahwa narkoba terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, ada yang berbentuk tablet, serbuk, cair. Berikut merupakan cara penyalahgunaan dari heroin dan putauw : Putauw dan heroin merupakan jenis narkoba yang berbentuk serbuk berwarna putih. Bahan berbahaya sejenis ini dikonsumsi dengan berbagai cara dan alat, antara lain: a. Serbuk heroin atau putauw dicampur dengan air. Setelah tercampur, larutan tersebut disaring menggunakan kapas, lalu air hasil saringannya disedot menggunakan alat suntik, untuk kemudian cairan tersebut disuntikan ke dalam urat nadi tangan. b. Serbuk putauw atau heroin diletakkan di atas kertas aluminium foil, kemudian bagian bawah dari kertas aluminium foil yang telah ditaburi serbuk putauw

28 tersebut dibakar. Setelah berasap, asap tersebut dihirup dengan menggunakan bong atau sejenis pipa yang terbuat dari plastik atau kaca yang dirancang khusus untuk menggunakan putauw. Jika tidak tersedian pipa kaca, sebagian konsumen memakai uang kertas yang masih kuat dan keras. Ada juga yang memakai langsung menyedot serbuk tersebut melalui mulut atau hidung (Utami, Sanjaya dan Nazlatunihayah, 2006). 9.2. Dukungan orangtua dan keluarga Keberadaan orangtua merupakan pendidik utama bagi putra-putrinya sekaligus menjadi figur untuk menjadi panutan, teladan dan yang dihormati. Sebagai orangtua tentunya akan mengharapkan anaknya berlaku dan bertindak dalam kehidupan sehari-harinya, terutama dilingkungan teman-teman hadir sebagai sosok seorang anak yang selalu bertindak dan berpikir positif untuk selalu menghindari perbuatan negatif, termasuk menjauhi penggunaan obat-obat terlarang dan minuman keras (Karsono, 2004). Keluarga mempunyai peranan penting dalam perubahan perilaku seseorang. Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang perannya sangat besar, terlebih pada tahap awal-awal perkembangan yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Adakalanya orang tua bersikap sebagai patokan, sebagai contoh atau model dasar agar ditiru dan kemudian akan meresap dalam dirinya menjadi bagian dari kebiasaannya bersikap dan bertingkah laku atau bagian dari kepribadiannya. Hubungan antar pribadi dalam keluarga yang meliputi pula hubungan antar saudara menjadi faktor yang penting terhadap perilaku. Agar

29 terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan peran aktif dari orang tua untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis antar semua pihak dalam keluarga (Gunarsa, 1991). 9.3. Dukungan teman sebaya Lingkungan pergaulan untuk anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan pergaulan seseorang bisa terpengaruh ciri kepribadiannya. Karena lingkungan pergaulan yang sewajarnya menjadi perhatian, agar bisa menjadi lingkungan yang baik dan bisa meredam dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak dan remaja (Gunarsa, 1991). Dalam rangka melepaskan keterikatan dengan orang tua, remaja membutuhkan teman untuk bersosialisasi. Agar dapat diterima dalam suatu kelompok yang akan dimasukinya, remaja harus mengikuti kebiasaan kelompok tersebut. Bila dalam kelompok tersebut penggunaan narkoba merupakan suatu kebiasaan, ia juga akan ikut menggunakan narkoba untuk mempermudah interaksi sosialnya (vehicle of social interaction) (Joewana, 2005). 9.4. Dukungan lingkungan Faktor lingkungan meliputi lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja, tempat bermain dan sebagainya. Faktor lingkungan rumah yang kondusif terhadap perilaku akibat penggunaan narkoba antara lain komunikasi orang tua dan anak yang kurang efektif, orang tua yang terlalu sibuk, hubungan ayah dan ibu yang tidak harmonis, atau adanya anggota keluarga lain yang sudah terlebih dahulu menggunakan narkoba. Lingkungan sekolah yang kondusif terhadap perilaku akibat penggunaan narkoba

30 antara lain sekolah yang kurang disiplin, banyak jam pelajaran kosong, tidak ada fasilitas untuk menyalurkan hobi dan kreativitas siswa (Joewana, 2005). Lingkungan sosial yang tidak menentu akibat perubahan sosial yang cepat juga merupakan faktor yang kondusif terhadap perilaku akibat penggunaan narkoba. Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya memegang peran penting dalam munculnya corak dan gambaran kepribadian. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Dalam kondisi seperti ini, amat mudah timbulnya sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat, seperti individualis, kompetitif dan materialistis (Gunarsa, 1991). 9.5. Penyalahguna Dalam UU RI No. 22 Tahun 10997 tentang Narkotika (pasal 1 ayat 14), yang dimaksud dengan Penyalahguna narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter (Joewana, 2005). Seorang 'Penyalahguna' mempunyai masalah-masalah langsung yang berhubungan dengan obat-obatan dan alkohol dalam hidup mereka. Masalah-masalah tersebut dapat muncul secara fisik, mental, emosional, dan/atau bahkan spiritual (http://www.yakita.or.id/abuser.htm). Ada beberapa ciri yang mudah dilihat pada seseorang yang sudah terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan minuman keras menurut Karsono (2004), antara lain :

31 1. Adanya perubahan tingkah laku yang tiba-tiba terhadap kegiatan sekolah, keluarga dan teman-teman. Misalnya bertindak kasar, tidak sopan, mudah curiga dan penuh rahasia terhadap orang lain. 2. Suka marah yang tidak terkendali. 3. Pembangkangan terhadap disiplin yang tiba-tiba, baik di rumah maupun di sekolah. 4. Mencuri uang di rumah, sekolah atau toko untuk membeli narkoba atau minuman keras. 5. Mencuri barang berharga yang berada di dalam rumah untuk dijual guna pembelian narkoba dan minuman keras. 6. Selalu menggunakan kacamata gelap pada saat tidak tepat untuk menyembunyikan matanya yang bengkak dan merah. 7. Suka mengasingkan diri atau bersembunyi di kamar mandi atau di tempattempat yang janggal, seperti di gudang dan di bawah tangga dalam waktu lama serta berulang kali. 8. Penurunan tingkat kehadiran di kelas dan prestasi belajar di sekolah secara drastis (sering membolos). 9. Lebih banyak menyendiri, sering bengong, dan berhalusinasi. 10. Sering menipu karena kehabisan uang jajan. 11. Berat badan turun drastis, karena nafsu makan yang tidak menentu. 12. Selalu mengenakan pakaian secara sembarangan dan senang mengenakan kemeja lengan panjang untuk menyembunyikan bekas suntikan di lengan.

32 13. Sering dikunjungi oleh orang-orang yang belum dikenal keluarga atau temantemannya. 9.6. Metadon 9.6.1.Terapi metadon Terapi substitusi yang mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan jarum suntik, menjadi metadon yang berbentuk cair yang pemakaiannya dilakukan dengan cara diminum (BNN, 2006). 9.6.2.Tujuan Terapi Metadon Menurut buku saku metadon, penggunaan metadon bertujuan untuk mengurangi penggunaan narkoba yang disuntikan, sehingga jumlah penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, selain itu metadon juga dapat meningkatkan fungsi psikologis dan sosial, mengurangi risiko kematian dini, mengurangi tindak kriminal karena tingkat kecanduan yang dapat menyebabkan seorang pengguna menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan narkoba misalnya dengan mencuri atau merampok dapat di tekan, selain itu metadon juga betujuan untuk mengurangi dampak buruk akibat penyalahgunaan narkoba itu sendiri (Preston, 2006). 9.6.3.Manfaat Terapi Metadon Harm reduction terdiri dari beberapa kegiatan yang salah satunya adalah program terapi substitusi. Salah satu program terapi substitusi ini adalah program

33 terapi metadon. Berdasarkan hasil uji coba Program Terapi Rumatan Metadon di RS Sanglah dan RSKO, diperoleh hasil yang positif yaitu perbaikan kualitas hidup dari segi fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan, penurunan angka kriminalitas, penurunan depresi dan perbaikan kembali ke aktivitas sebagai anggota masyarakat (Depkes, 2007). Berbagai macam manfaat dari metadon diantaranya metadon dapat mengembalikan kehidupan pengguna sehingga mendekati kehidupan normal, pasien yang menggunakan metadon dapat selalu terjangkau oleh petugas karena pemakaian metadon yang digunakan secara oral atau diminum langsung didepan petugas, pasien berhenti/mengurangi menggunakan heroin, pasien berhenti/mengurangi menggunakan jarum suntik sehingga penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, kesehatan fisik dan status gizi meningkat karena pola hidup yang teratur, metadon dapat membuat hubungan antara pasien dan keluarga menjadi lebih baik dan stabil, masa kerja dari metadon lebih panjang dibandingkan heroin atau putaw, harga dari metadon tidak mahal atau murah dibandingkan dengan heroin dan putaw, metadon bersifat legal sehingga pasien tidak merasa takut tertangkap oleh polisi, dan metadon juga dapat diikuti dan disertai konseling, perawatan medis, dan pertolongan lain (Preston, 2006). 9.6.4.Efek Metadon yaitu: Efek metadon terhadap setiap orang berbeda-beda, namun ada efek lain

34 1. Efek terhadap obat yang akan menyebabkan perubahan mood yang tidak begitu kuat, tetapi masa kerjanya lebih panjang dibandingkan heroin, dapat mengontrol emosi, metadon juga dapat menyebabkan mengantuk/tidur, dapat juga menyebabkan mual/muntah, pernafasan terlalu kerap dan dalam, refleks batuk berkurang dan metadon dapat mengurangi segala bentuk sakit fisik. 2. Efek metadon terhadap sistem otonom dapat menyebabkan pupil mata mengecil, konstipasi (buang air besar jarang), mata, hidung dan mulut kering dan dapat membuat kesulitan dalam mengeluarkan kencing. 3. Metadon juga menyebabkan pelepasan histamin (suatu zat kimia) yang biasanya dikeluarkan pada saat terjadinya alergi, yang akan menimbulka produksi keringat meningkat, kulit merah-merah, tubuh terasa gatal, dan penyempitan jalan udara pernafasan. 4. Efek lain dari metadon juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi atau tidak adanya menstruasi, penurunan rangsangan seksual, penurunan tenaga (lesu), rasa berat pada tangan dan kaki dan keinginan untuk memakan makanan yang manis-manis (Preston, 2006). 9.6.5.Kelemahan Metadon Kelemahan dari metadon karena sifatnya yang sama dengan heroin, maka penyalahgunaan dapat terjadi. Metadon harus diminum didepan petugas setiap harinya, oleh karena pasien dapat kemungkinan lari dari terapi. Tidak bisa begitu saja berpergian atau berlibur (Preston, 2006).

35 9.6.6.Pelayanan Metadon Pelayanan metadon memiliki prosedur yang harus diikuti oleh seluruh pengguna metadon. Prosedur itu antara lain : Pendaftaran Pasien, dimana petugas administrasi menerima pembayaran retribusi kemudian memberikan karcis retribusi dan mencatat dibuku penerimaan retribusi, setelah itu petugas mencatat data pasien distatus pasien lalu mencatat kembali ke buku register dan membuat kartu status pasien. Pencatatan Identitas, dimana pekerja sosial / perawat melakukan pencatatan lengkap identitas pasien pada status pasien. Penilaian Klinis yang dilakukan oleh dokter dengan membuat rencana terapi dan menerangkan keadaan pasien kemudian memberikan resep metadon dan obat lain bila diperlukan, dokter mencatat setiap rencana pemberian metadon dan teraapi lainnya ke status pasien dan dokter berhak memberikan Take Home Dose dengan persyaratan yang berlaku. Adapun penilaian yang dilakukan oleh perawat dengan memberikan KIE kepada pasien baru dan membuat tagihan pembayaran metadon, dan yang dilakukan oleh pasien adalah menyerahkan foto copy KTP dan pas photo 3x4 sebanyak 1 lembar. Pembayaran metadon yang dilakukan oleh petugas kasir adalah menerima pembayaran metadon dari pasien dan memberikan bukti pembayaran kepada pasien. Pemberian metadon yang dilakukan oleh petugas farmasi dengan menerima bukti pembayaran metadon kemudian petugas menyiapkan, memberikan dan

36 menyaksikan pasien minum metadon, kemudian petugas mencatat pemberian metadon dan menandatangani bukti pemberian metadon. Dan yang dilakukan oleh perawat adalah menanyakan keluhan pasien sebelum minum metadon, menyaksikan dan memastikan pasien minum metadon, kemudian mencatat pemberian metadon dan mengingatkan pasien untuk datang kembali sesuai jadwal. Pada pemberian metadon yang dilakukan oleh pasien adalah minum metadon didepan petugas dan menandatangani bukti pemberian metadon (Dinkes, 2006). 9.6.7.Dosis Metadon Dosis metadon berbeda-beda untuk setiap peserta karena adanya perbedaan metabolisme, berat badan, dan toleransi terhadap opiat. Dibutuhkan beberapa waktu untuk menentukan dosis yang tepat untuk setiap orang. Jika ia menunjukkan tanda-tanda atau gejala putus obat, dosis harus ditingkatkan. Banyak program memulai dengan dosis 20 mg metadon dan meningkatkan dosis 5-10 mg per hari sesuai dengan kemampuan tubuh peserta mengimbangi kadar dosis. Biasanya peserta akan bertahan dalam terapi dan membatasi (atau menghentikan) penggunaan narkoba jika dosis metadon sedang hingga tinggi (60-100 mg). Dosis harus ditingkatkan secara hati-hati dan perlahan sampai peserta hanya merasakan gejala putus zat yang paling ringan dan tidak terbius oleh dosis. Pengurangan dosis atas permintaan peserta. Idealnya, pada saat ini kehidupan peserta telah lebih stabil (tidak lagi memakai narkoba dan telah

37 mempunyai pekerjaan dan kehidupan diluar lingkungan/suasana narkoba). Jika peserta menunjukkan masalah fisik atau psikologis yang jelas mungkin lebih baik menghentikan pengurangan dosis sampai beberapa minggu sampai peserta merasa lebih nyaman dan yakin terhadap pengurangan tersebut. Jika pengurangan tetap dilakukan saat peserta mengahadapi masalah, peserta hampir selalu kembali memakai narkoba. Kecepatan Pengurangan Dosis Metadon Yang Dianjurkan: Tinggi: lebih dari 80 mg, 5-20 mg per minggu/dua minggu Sedang: 40-80 mg, 2.5-5 mg per minggu/dua minggu Rendah: dibawah 40 mg, 1-2.5 mg per minggu/dua minggu (www.africa.oneworld.net). Metabolisme metadon dalam tubuh bervariasi dan sangat individual. Obat yang dapat meningkatkan level metadon, SSRI terutama fluvoxamine, ketoconazole, ARV HIV jenis saquinavir, nelfinavir. Pada keadaan ini dosis awal 20mg. Sedangkan obat yang menurunkan level metadon adalah antikejang, Rifampisisn, ARV HIV jenis nevirapin dan efavirenz. Pada keadaan ini dimulai dengan dosis 30mg (Depkes, 2007). 9.6.8.Kambuh (slip dan relapse) Menurut Somar (2001), kambuh atau relapse akan narkoba adalah suatu tantangan yang tak tepisahkan dari proses panjang menuju kesembuhan penuh. Seseorang dalam pemulihan dinyatakan dalam keadaan relapse ketika dia mulai minum atau memakai lagi. Perilakunya bisa menjadi tidak terkontrol atau

38 mungkin ada suatu usaha untuk mengontrolnya. Slip, disisi lain, istilah yang kita gunakan di sini adalah menggunakan minuman pertama (drugs) atau kedua dan meminta pertolongan sebelum ke tahap yang lebih jauh (http://www.yakita.or.id/relapse.htm). Tergelincir dan kambuh dalam sejarah penanggulangan narkoba bukanlah cerita baru. Rasa rindu dan ketagihan atau kecanduan ( sugesti) meninggalkan trauma psikologis yang cukup mendalam. Penyakit narkoba memiliki sifat yang khusus karena selalu meninggalkan trauma yang sangat mendalam yaitu rasa ketagihan mental maupun fisik (Somar, 2001).

39 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH 10.1. Kerangka Teori Model transtoeritical atau model bertahap, stage of change mencoba menerangkan dan mengukur perilaku kesehatan dengan tidak bergantung pada perangkat teoritik tertentu. Model transtheoritical ini ditemukan oleh Prochaska dkk pada tahun 1979 (Graeff, Elder, Booth, 1996). Penelitian ini mengidentifikasikan pada 5 tahap independent, yaitu : 1) Prekontemplasi 2) Kontemplasi 3) Aksi 4) Pemeliharaan (Maintenance) 5) Relapse Sembuh total Relapse Maintenence Aksi Kontemplasi Pre - kontemplasi Preparasi (Diclemente, dkk, 1991)

40 1. Tahap Prekontemplasi Yaitu suatu tahapan dimana perilaku seseorang sama sekali belum terpikirkan atau belum ada niatan sama sekali. Pada kasus ini informan belum memiliki niat atau memikirkan untuk mengikuti terapi metadon. Informan masih menggunakan narkoba. 2. Tahap Kontemplasi Yaitu tahap dimana seseorang mulai memikirkan suatu prilaku, namun masih belum siap untuk melakukannya. Informan sudah mulai memikirkan tentang terapi metadon karena adanya dukungan atau informasi tentang terapi metadon oleh orang tua, teman sebaya, lingkungan, dan akses sehingga mulai ada niat dari informan untuk mengikuti terapi metadon. Namun pada tahap ini informan masih menggunakan narkoba. 3. Pelaksanaan / Aksi Yaitu suatu tahap dimana seseorang telah melakukan perubahan prilaku yang menjadi sasaran untuk dilaksanakan. Informan mulai menggunakan metadon sebagai terapinya. 4. Tahapan Pemantapan Pengentalan jangka panjang dari perubahan yang telah terjadi atau disebut juga dengan tahap pemeliharaan. Dimana informan memelihara prilakunya untuk tetap menggunakan metadon. Perubahan perilaku penggunaan metadon ini juga

41 diperhitungkan baik dari segi yang positif (manfaatnya) maupun yang negatif (efek yang dirasakan) dari penggunaan metadon. 5. Relapse Selama masa pemeliharaan, banyak seseorang mengalami relapse. Dan dalam tahap ini dilihat apakah metadon dapat membuat informan tidak menggunakan narkoba pada saat melakukan terapi metadon (Diclemente, dkk, 1991).

42 10.2. Kerangka Konsep Perilaku penggunaan terapi metadon merupakan perilaku positif yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang dan terjadinya dinamika dalam penggunaan metadon dapat digambarkan kerangka konsep dalam penelitian seperti pada bagan dibawah ini : Prekontemplasi Kontemplasi Aksi Pemantapan Relapse Dukungan orang tua dan Keluarga Manfaat Metadon Pergaulan Penggunaan narkoba Lingkung an (tempat tinggal dan kerja) Terapi Metadon Pelayanan Metadon Dampak Metadon Motivasi Kontinuitas Metadon Akses

43 10.3. Definisi Istilah 1. Penggunaan narkoba adalah saat dimana informan masih menggunakan narkoba. 2. Dukungan orang tua dan keluarga adalah adanya dukungan dari keluarga informan tersebut untuk melakukan terapi metadon. 3. Pergaulan adalah interaksi antara informan dengan teman-teman yang sering bersama dengannya, sehingga dapat memicu informan untuk melakukan terapi metadon. 4. Lingkungan adalah keadaan wilayah sekitar tempat tinggal informan informan dan informan melakukan pekerjaannya, dimana interaksi informan dengan lingkungan dapat memicu informan untuk melakukan terapi metadon. 5. Akses adalah penggunaan dari metadon ini murah (pengeluaran biaya yang sangat terjangkau oleh informan) dan mudah didapat (kemudahan yang di alami oleh informan untuk mendapatkan metadon) 6. Terapi metadon adalah keadaan dimana informan telah menggunakan metadon sebagai pengobatannya. 7. Manfaat metadon adalah segi positif yang diperoleh informan setelah menggunakan metadon. 8. Pelayanan metadon adalah aktivitas pemberian metadon yang dilakukan oleh petugas metadon. 9. Efek metadon adalah kerugian yang dirasakan oleh informan setelah menggunakan metadon.

44 10. Motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang menggerakan informan untuk hanya menggunakan metadon. 11. Kontinuitas metadon adalah informan sudah tidak lagi mengkonsumsi narkoba atau mencampur metadon dengan narkoba setelah menggunakan metadon.