KARAKTERISTIK BATA MERAH LOKAL BALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PEMANFAATAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BATAKO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

KINERJA DINDING BATA TANPA TULANGAN TERHADAP BEBAN GEMPA

PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MORTAR TERHADAP DEFORMASI DINDING BATA MERAH LOKAL

Bata beton untuk pasangan dinding

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun Karakteristik Fisik Bata Merah dan Kaitannya dengan Analisa Harga Satuan Pekerjaan

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

UJI KUAT TEKAN BATA MERAH MENGGUNAKAN MORTAR PASIR KWARSA NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK DINDING PASANGAN DENGAN VARIASI KUALITAS BATA PRODUKSI LOKAL (D.I.Y)

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

KUAT TEKAN BATAKO DENGAN PENAMBAHAN SEMEN MERAH DARI LIMBAH GERABAH

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

penelitian yang diuraikan secara sistematis termasuk metode yang dipakai.

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA FAKTOR UMUR PAVING BLOCK

Kata kunci: metode DoE, ACI

PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Semen dengan Alat Pemadat Modifikasi

Pemanfaatan Pasir Telaga Sari dan Styrofoam untuk Pembuatan Batako Ringan

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

USE OF CLAY EX. BENGALON AS AGGREGATE MADE AND SAND EX. MUARA BADAK IN MIXED CONCRETE METHOD STANDART NATIONAL INDONESIAN

Viscocrete Kadar 0 %

OPTIMALISASI PENGGUNAAN KOMPOSISI CAMPURAN MORTAR TERHADAP KUAT TEKAN DINDING PASANGAN BATA MERAH

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS BATAKO PEJAL MENGGUNAKAN GABUS KELAPA DENGAN VARIASI VOLUME GABUS 10%, 15%, 20% DAN 50% A B S T R A K

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

Jurnal Spektran Vol.4, No.1, Januari 2016

PENGGUNAAN AGREGAT HALUS DENGAN SUMBER LOKASI BERBEDA UNTUK CAMPURAN BETON

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

Analisis Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Beberapa Quarry di Kabupaten Fakfak

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

KARAKTERISTIK BATAKO STYROFOAM KOMPOSIT MORTAR SEMEN SERBUK GERGAJI BATANG KELAPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

ANALISA KAJIAN TEGANGAN BETON DENGAN CAMPURAN SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) ABSTRAK

KAJIAN PEMAKAIAN BATA SEMEN DENGAN AGREGAT LIMBAH GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN DINDING KONTRUKSI GEDUNG. Hartono

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH BENTUK GEOMETRI TERHADAP KUAT TEKAN PADA PAVING BLOCK FAJAR AWALUDIN

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Oleh : Reni Sulistyawati. Abstraksi

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH CAMPURAN LIMBAH KULIT KERANG TERHADAP MUTU KUAT TEKAN BETON f c = 25 MPa DAN KETAHANANNYA TERHADAP REMBESAN AIR LAUT

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PANAS PEMBAKARAN PADA BETON TERHADAP PERUBAHAN NILAI KUAT TEKAN ( INFLUENCE ON THE COMBUSTION HEAT TO CHANGE THE VALUE OF CONCRETE STRENGTH )

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

Kuat Tekan Beton Pasca Kebakaran pada Struktur Beton Bertulang di Pasar Seririt, Buleleng, Bali

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari bahan pengikat (mortar) dan bahan pengisi (bata merah) juga dikenal

BAB III METODE PENELITIAN

KUAT TEKAN (COMPRESSION STRENGTH) KOMPOSIT LEMPUNG/PASIR PADA APLIKASI BATA MERAH DAERAH PAYAKUMBUH SUMBAR. Oleh :

KARAKTERISTIK TEKNIS BETON DAN MORTAR MENGGUNAKAN PASIR BONDO HITAM DAN BONDO MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

PENENTUAN KUALITAS PAVING BLOCK BERDASARKAN SIFAT FISIS VARIASI CAMPURAN PASIR DAN SEMEN. Yon Fajri, Riad Syech, Sugianto

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

PENGARUH PERBANDINGAN AGREGAT HALUS DENGAN AGREGAT KASAR TERHADAP WORKABILITY DAN KUAT TEKAN BETON

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

Metode pegambilan dan pengujian beton inti

diperlukan adanya komposisi pasir dan kerikil yang tepat dengan menggunakan mesin Pengaus Los Angeles, yang mana

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

PEMANFAATAN LIMBAH GAS KOLEKTOR HASIL PENGOLAHAN LOGAM PT. KRAKATAU STEEL CILEGON SEBAGAI BAHAN CAMPURAN CONBLOCK

Studi Mengenai Perancangan Komposisi Bahan dalam Campuran Mortar untuk Pembuatan Bata Beton (Paving Block)

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur

PENGEMBANGAN GENTENG BETON RINGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENUTU ATAP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE) ACI 211

Beton Ringan ber-agregat Limbah botol plastik jenis PET (Poly Ethylene Terephthalate)

PERBANDINGAN KUAT TEKAN MORTAR MENGGUNAKAN AIR SALURAN TARUM BARAT DAN AIR BERSIH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH DIMENSI UKURAN BATU BATA MERAH DAN CAMPURAN MORTAR TERHADAP KARAKTERISTIK MEKANIK PASANGAN DINDING

PENGARUH PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE) SEMEN TERHADAP KUATTEKAN MORTAR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

PERBANDINGAN JOB MIX DESIGN BETON ANTARA METODE DoE DAN ACI. Arifal Hidayat

Transkripsi:

45 JURNAL MATRIX VOL. 5, NO. 1, MARET 2015 KARAKTERISTIK BATA MERAH LOKAL BALI I Wayan Intara Jurusan Teknik sipil, Politeknik Negeri Bali Bukit Jimbaran, PO Box 1064 Tuban Badung Bali Phone (0361) 701981, Fax. (0361) 701128 E-mail : intarajoist@yahoo.com ABSTRAK Saat ini sulit memperoleh karakteristik material bata merah yang seragam di Bali, karena pada umumnya pembuatan material bata merah dilakukan secara manual dengan proses pabrikasi yang sederhana. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai karakteristik bata merah. Bata merah diambil dari produsen bata lokal Gianyar, Tabanan dan Negara mengacu pada SNI 15-0686-1989. Pengujian dilakukan terhadap : Dimensi, nilai absorpsi, warna, keretakan, dan kuat tekan. Kuat tekan karakteristik bata merah Gianyar, Negara dan Tabanan sebesar 3,715 N/mm², 5,414 N/mm 2 dan 4,861 N/mm 2. Hanya bata Negara yang menurut SNI 15-0686-1989 berada diatas standar berdasarkan nilai rata-rata kuat tekan bruto terendah yaitu 5 N/mm². Serta nilai absorpsi bata merah sebesar 33,34%, 22,96% dan 34,43%. Bata merah Gianyar memiliki dimensi rata-rata dalam tebal, lebar, dan panjang masing-masing 55 mm, 110 mm, dan 230 mm, Tabanan 59 mm, 107 mm dan 218 mm, Negara 50 mm, 103 mm dan 220 mm, dengan penyimpangan kesikuan terhadap lebar, kebengkokan terhadap panjang dan kebengkokan terhadap diagonal ratarata memenuhi standar SNI 15-0686-1989 yaitu tidak lebih dari 4 mm. Kata kunci: Bata merah, Kuat tekan, CHARACTERISTICS OF LOCAL BALI RED BRICK ABSTRACT Currently, it is difficult to obtain the same characteristic of red brick material in Bali because in general the manufacture of red brick material is done manually with a simple manufacturing process. Based on this background, it is needed to do a research on the characteristics of red brick. Red brick taken from a local brick manufacturer in Gianyar, Tabanan and Negara to the SNI 15-0686-1989. Tests carried out on: dimensions, absorption value, color, cracks, and compressive strength. The characteristic of compressive strength of the brick in Gianyar, Tabanan and Negara is 3,715 N/mm ², 5.414 and 4.861 N/mm 2 N/mm 2. Only the Negara brick according to SNI 15-0686-1989 is above standard based on the average value of the lowest gross compressive strength is 5 N / mm ². And the value of the absorption of red brick at 33.34%, 22.96% and 34.43%. The value of the average compressive strength obtained with a mixture ratio of cement mortar: sand; 1: 4, 1: 5, 1: 6, 1: 7 and 1: 8 was 11.13 N / mm ², 9.17 N / mm ², 4.73 N / mm ², 4.8 N / mm ², and 3, 33 N / mm ² red brick has average dimensions in thickness, width, and length of each 55 mm, 110 mm, and 230 mm, Tabanan 59 mm, 107 mm and 218 mm, State 50 mm, 103 mm and 220 mm, with a deviation elbow, the width, length and crookedness of the crookedness of the average diagonal SNI 15-0686- 1989 meet the standard of no more than 4 mm. Keywords: Red Brick, Compressive Strength, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terkena gempa, dengan tingkat kerusakan yang dihasilkan cukup parah. Hasil studi yang telah dilakukan pasca gempa Padang (Imran, 2007), Aceh (Imran dan Hoedajanto, 2005), dan Yogyakarta (Imran dan Suarjana, 2006) memperlihatkan bangunan beton bertulang dengan dinding pengisi banyak mengalami kerusakan. Berdasarkan studi tersebut kerusakan yang terjadi umumnya disebabkan oleh kurangnya kekuatan material dinding pengisi, kurangnya ikatan antara dinding pengisi dan portal beton bertulang. Di Indonesia sudah diadakan suatu penelitian tentang sifat mekanis dari batu bata merah yang dilakukan oleh Arijoeni (2006), dengan sampel yang diambil dari tempat pembuatan bata lokal di Cikarang - Jakarta. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa modulus of rupture rata rata yang dihasilkan batu bata adalah 3.0 MPa. Disamping itu penelitian juga dilakukan pada pasangan batu bata dengan mempergunakan 2 (dua) jenis mortar yang berbeda dengan menggunakan perbandingan semen dan pasir sebesar 1 : 3 untuk mortar A dan 1 : 4 untuk mortar B. Dari penelitian tersebut

INTARA : KARAKTERISTIK BATA MERAH 46 disimpulkan mortar dengan kuat tekan yang lebih besar akan menghasilkan kuat tekan pasangan batu bata yang lebih kuat. Pengujian juga dilakukan pada pasangan batu bata dengan tebal spesi ± 10 mm yang menghasilkan kuat tekan rata rata dengan mortar tipe A sebesar 15,22 MPa dan mortar tipe B 13,45 MPa. Saat ini sulit memperoleh karakteristik material bata merah yang seragam karena pada umumnya pembuatan material bata merah dilakukan secara manual dengan proses pabrikasi yang sederhana. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai karakteristik bata merah. Penelitian ini mencakup aspek eksperimental yang meliputi kajian eksperimen terhadap properti material pembentuk dinding pasangan bata merah, Studi ini dilakukan dengan menggunakan sampel bata merah yang diambil dari beberapa produsen bata lokal. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana karakteristik yang meliputi dimensi dan sifat fisis dari batu bata merah yang diproduksi oleh produsen bata lokal di Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Negara. 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Untuk mengetahui dan mendapatkan karakteristik yang meliputi dimensi dan sifat fisis dari batu bata merah yang diproduksi oleh produsen bata lokal di Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Negara. 1.3.2 Manfaat Dapat memberikan informasi mengenai karakteristik bata merah yang diproduksi oleh produsen bata lokal di Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Negara. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Saat ini sulit memperoleh karakteristik material dinding pengisi yang seragam karena pada umumnya pembuatan material bata merah dilakukan secara manual dengan proses pabrikasi yang sederhana. Hal ini dapat menyebabkan sulitnya memastikan karakteristik material lokal Bali. Cara untuk mengetahui karakteristik bata merah ditentukan dalam SNI 15 0686 1989, Mutu dan Cara Uji Bata Merah Berlubang. Dalam standar tersebut dijelaskan mengenai definisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh dan cara uji bata merah. 2.2 Bata Merah Bata merah merupakan suatu unsur bahan bangunan yang terbuat dari bahan tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur lagi bila direndam dalam air (Daryanto, 2000). Syarat-syarat bata merah yang baik buatan industri rumah tangga maupun perusahaan bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang-bidang sisi harus datar, tidak terjadi perubahan bentuk yang berlebihan setelah dibakar, permukaan bata merah harus kasar, warnanya merah seragam (secara merata) dan bunyinya nyaring bila diketok (Frick, 1999). 2.2.1 Kuat Tekan Bata Merah Kuat tekan bata merah didefinisikan sebagai kemampuan bata untuk menerima tekan persatuan luas. Menurut SNI 15 0686 1989 benda uji yang dipergunakan dalam pengujian kuat tekan adalah bata merah dengan keadaan utuh, kemudian bidang yang akan ditekan diterap dengan adukan setebal 6 mm. Setelah dicetak benda uji keesokan harinya direndam dalam air bersih (suhu ruangan) selama 24 jam. Bata merah yang telah direndam diangkat dan bidang-bidangnya dibersihkan dengan kain lembab untuk menghilangkan air yang berlebihan. Pada pembuatan adukan yang akan digunakan dalam menerap bata merah, dibuat dengan campuran 1 bagian berat semen portland ditambah dengan 3 bagian berat pasir dan air seberat 60 70% berat semen, yang diaduk sehingga merupakan campuran yang merata betul. Pasir kwarsa yang dipakai butir-butirnya berada diantara ayakan bermata 0,3 dan 0,15 mm. Benda-benda uji ditekan hingga hancur dengan kecepatan penekanan diatur hingga sama dengan 2 kg/cm²/detik. Kuat tekan benda uji diperoleh sebagai hasil bagi beban tekan tertinggi dan luas bidang tekan terkecil. Kuat tekan rata-rata adalah jumlah kuat tekan benda uji dibagi dengan banyaknya benda uji (30 buah). Kuat tekan bata merah dengan persamaan 2.1 : Keterangan :... 2.1 = Kuat tekan, satuan N/mm² P = Berat tekan, satuan N A = Luas bidang tekan mm² Kuat tekan karakteristik bata merah dirumuskan dengan rumusan sebagai berikut : f c = fcr 1,64.s..2.2 dimana : fcr =...2.3

47 JURNAL MATRIX VOL. 5, NO. 1, MARET 2015..2.4 s = f c = kuat tekan karakteristik (N/mm²) s = standar deviasi (N/mm²) fcr = kuat tekan rata-rata (N/mm²) n = jumlah benda uji III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan data mekanis bata yang berasal dari Desa Banyu Biru Negara, Kediri Tabanan, dan Keramas Gianyar. Kegiatan yang pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah persiapan alat dan bahan yang digunakan, lalu diikuti dengan pemeriksaan bahan apakah sudah memenuhi persyaratan penggunaan dalam penelitian. Tahapan ketiga yaitu pengujian karakteristik. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Lab Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran. Sampel untuk pengujian dimensi, penyerapan air, kuat tekan, dan berat satuan bata adalah 10 buah untuk masing-masing jenis bata. 3.3 Persiapan bahan dan alat Untuk alat -alat dan material penelitian yang dipergunakan dalam pengujian sampel bata akan menggunakan acuan pada SNI 15-0686-1989. 3.4 Pengujian Bata Merah Pengujian bata merah pada penelitian ini meliputi bagaimana tampak luar, ukuran, ukuran penyimpangan kebengkokan dan kesikuan, persentase penyerapan air, dan kuat tekan karakteristik. Standar yang dipergunakan pada pengujian mengacu pada SNI 15-0686-1989. Pengambilan sampel bata merah dilakukan secara acak pada berbagai tempat pada partai yang mana contoh yang di ambil harus mencerminkan keadaan seluruh partai. 3.4.2 Ukuran Bata Merah Pengujian ukuran bata merah dilakukan masing-masing pada pengukuran panjang, lebar dan tebal dan dilakukan paling sedikit 3 kali pada tempat yang dapat dilihat pada Gambar A, Gambar B, dan Gambar C seperti yang tercantum pada Bab II, Gambar 2.1 tempat-tempat pengukuran dinyatakan dengan garis putus-putus. Gambar A menunjukan pengukuran panjang, Gambar B menunjukan pengukuran lebar, dan Gambar C menunjukan pengukuran tebal. Hasil pengukuran yang diperoleh dari 10 buah bata merah kemudian dibandingkan dengan ukuran yang terdapat pada Tabel 2.1 dalam Bab II. 3.4.3 Pengukuran Penyimpangan Kebengkokan dan Kesikuan Bata Merah Pengujian penyimpangan kebengkokan dan kesikuan bata merah dilakukan dengan meletakkan masing-masing benda uji diatas meja kaca yang datar kemudian diukur kebengkokan terhadap diagonal dan kesikuan terhadap lebarnya. Seperti terlihat pada Gambar A, Gambar B, dan Gambar C yang tercantum pada Bab II, Gambar 2.2, kebengkokan pada arah panjang dan kebengkokan pada arah diagonal serta penyimpangan kesikuan pada arah lebar masingmasing tidak boleh lebih dari 4 mm. Pada pengujian ini diperlukan minimal 10 buah bata merah. 3.4.4 Pengujian Penyerapan Air Bata Masing-masing benda uji direndam dalam air hingga jenuh kemudian ditimbang beratnya (A). kemudian contoh uji dikeringkan dalam dapur pengering pada suhu 100 110 o C selama 24 jam (hingga berat tetap), setelah itu contoh dikeluarkan dari dapur pengering lalu didinginkan diruang sampai suhu kamar, kemudian masing-masing beratnya ditimbang (B). Penyerapan air rata-rata adalah jumlah persentase penyerapan air bata merah dibagi dengan banyaknya benda uji (10 buah). Pengujian penyerapan air masing-masing bata merah dapat dilihat pada Gambar 3.1. Penyerapan air masing-masing dihitung dengan Persamaan 2.1 yang tercantum dalam Bab II. Penyerapan air masing-masing contoh ini dicatat dan dihitung harga rata-rata dari semua contoh yang diuji, dinyatakan dalam persen. 3.4.1 Tampak luar bata merah Pengujian bata merah dibagi menjadi 3 jenis yaitu bentuk, warna, dan berat bata merah. Pada setiap perlakuan dipergunakan 10 buah bata merah. Berikut adalah ketentuan dan cara uji masing-masing perlakuan. - Bentuk bata merah - Warna bata merah - Berat bata merah

INTARA : KARAKTERISTIK BATA MERAH 48 Gambar 3.1 Penyerapan Air Bata Merah 3.4.5 Pengujian Kuat Tekan Bata Merah Benda uji yang dipergunakan dalam pengujian kuat tekan adalah bata merah dengan keadaan utuh, yang mana bidang yang akan ditekan diterap dengan adukan setebal 6 mm seperti yang terlihat pada Gambar 3.2. Setelah dicetak benda uji keesokan harinya direndam dalam air bersih (suhu ruangan) selama 24 jam, kemudian diangkat dan bidang-bidangnya dibersihkan dengan kain lembab untuk menghilangkan air yang berlebihan. Adukan dibuat dengan campuran 1 bagian berat semen Portland ditambah dengan 3 bagian berat pasir dan air seberat 60 70% berat semen, diaduk hingga merupakan campuran yang merata. Pasir Kwarsa yang butir-butirnya berada diantara ayakan bermata 0,3 dan 0,15 mm. Benda-benda uji ditekan hingga hancur dengan kecepatan penekanan diatur hingga sama dengan 2 kg/cm²/detik. Kuat tekan benda uji diperoleh sebagai hasil bagi beban tekan tertinggi dan luas bidang tekan terkecil. Kuat tekan rata-rata adalah jumlah kuat tekan benda uji dibagi dengan banyaknya benda uji (30 buah). Kuat tekan karakteritik bata merah dihitung dengan persamaan 2.3 seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II. Benda uji tekan bata merah seperti gambar 3.2 dan 3.3. Dalam Penelitian ini dilakukan pengujian terhadap 3 (tiga) jenis bata merah, bata merah yang dipergunakan adalah bata merah dari 3 (tiga) produsen bata merah yang mewakili 3 (tiga) Desa dari 3 kabupaten yaitu : Kramas Gianyar, Kediri Tabanan dan Yeh biru Negara. Dari hasil pengujian tersebut diketahui rata-rata bata merah dari Keramas memiliki ukuran tebal, lebar, dan panjang masing-masing 55 mm, 110 mm, dan 230 mm. Dari Tabanan dengan ukuran rata-rata 59 mm, 107 mm dan 218 mm. Bata Negara memiliki dimensi ratarata yaitu 50 mm, 103 mm dan 22 mm. Pengukuran penyimpangan kesikuan terhadap lebar, kebengkokan terhadap panjang dan kebengkokan terhadap diagonal rata-rata pada bata gianyar diperoleh masing-masing 1,1 mm, 1,2 mm, dan 0,5 mm. Dari 10 buah sampel uji bata merah 82% memiliki warna kemerah-merahan, bidang-bidang datarnya rata, rusuk-rusuknya siku-siku dan tajam, dan tidak menunjukan retak-retak, bata yang lain tercantum dalam tabel 1 dan 2. Tabel 1 Penyimpangan Dimensi Bata Rerata Terhadap Dimensi Standar Tabel 2 Penampakan Dominan Fisis Bata Gambar 3.2 Benda Uji Bata Merah Gambar 3.3 Uji Tekan Bata Merah IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV ini akan disajikan hasilhasil yang diperoleh dari pengujian bata merah, mortar dan dinding pasangan yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan dari masingmasing pengujian tersebut. 4.1 Hasil Pengujian Bata Merah Pengujian kuat tekan dalam penelitian ini menggunakan bata merah dengan keadaan utuh, dan bidang yang akan ditekan diterap dengan adukan seperti yang telah dijelaskan pada Bab III setebal 6 mm pada sisi atas dan bawah. Dari pengujian kuat tekan bata merah diperoleh nilai kuat tekan karakteristik bata Gianyar, Negara dan Tabanan sebesar 3,715 N/mm², 5,414 N/mm2 dan 4,861 N/mm2 serta nilai absorpsi bata merah sebesar 33,34%, 22,96% dan 34,43%. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 4.3 Kuat Tekan Karakteristik dan Penyerapan Air Bata Merah NO ASAL BATA KUAT TEKAN KARAKTERISTIK (N/mm2) PENYERAPAN AIR (%) 1 NEGARA 5,414 22,96 2 TABANAN 4,861 34,43 3 GIANYAR 3,715 33,34 4.4 Pembahasan

49 JURNAL MATRIX VOL. 5, NO. 1, MARET 2015 Dari hasil penelitian yang diperoleh, dilanjutkan dengan pembahasan dari masingmasing pengujian yang dilakukan Karakteristik Bata Merah Merujuk kepada hasil yang tercantum pada tabel 1, maka bata merah hasil produksi produsen bata lokal kabupaten gianyar memiliki ukuran tebal, lebar, dan panjang masing-masing 55 mm, 111 mm, dan 230 mm, masuk dalam SNI 15 0686 1989 digolongkan dalam ukuran tebal, panjang, dan lebar masing-masing 52 ± 3, 115 ± 5, dan 240 ± 10 mm. Sedangkan bata yang lain tidak sesuai SNI 15 0686 1989. Pada pengukuran penyimpangan kesikuan terhadap lebar, kebengkokan terhadap panjang dan kebengkokan terhadap diagonal rata-rata diperoleh masingmasing 1,1 mm, 1,2 mm, dan 0,5 mm untuk bata gianyar, 0,9 mm, 1,2 mm, dan 0,7 mm untuk bata tabanan, 1,6 mm, 1,7 mm, dan 1,5 mm yang mana menurut SNI 15 0686 1989 memenuhi standar yaitu tidak boleh lebih dari 4 mm. Pada Tabel 4.3 diperoleh nilai penyerapan air untuk bata negara, tabanan, dan gianyar secara berurutan sebesar 22,96%, 34,43%, dan 33,34% yang menurut SNI 15 0686 1989 berada dibawah standar persyaratan penyerapan air maksimum untuk bata, yang mana standar terendah adalah kelas 50 sebesar 22%. Kuat Tekan Karakteristik Bata Merah Kuat tekan karakteristik bata negara, tabanan, dan gianyar sebesar 5,414 N/mm², 4,861 N/mm², dan 3,715 N/mm² seperti pada Tabel 4.3 yang menurut SNI 15 0686 1989 berada dibawah nilai rata-rata kuat tekan bruto terendah yaitu 5 N/mm² kecuali bata negara, akan tetapi menurut Eurocode 6 ketiga jenis bata memenuhi standar minimum kuat tekan rata-rata bata yang digunakan sebagai dinding struktural yaitu sebesar 2,5 N/mm². Berdasarkan SII.0021-78 bata negara dan tabanan termasuk kelas 25 karena sangat dekat nilai kuat tekannya 5 N/mm². V. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan 1. Bata merah lokal Keramas Gianyar memiliki ukuran tebal, lebar, dan panjang masing-masing 55 mm, 111 mm, dan 230 mm, dengan penyimpangan kesikuan terhadap lebar, kebengkokan terhadap panjang dan kebengkokan terhadap diagonal rata-rata diperoleh masingmasing 1,1 mm, 1,2 mm, dan 0,5 mm, kuat tekan karakteristik 3,7 N/mm², penyerapan air 33,34%. 2. Bata merah lokal Kediri Tabanan rata-rata memiliki ukuran tebal, lebar, dan panjang masing-masing 59 mm, 109 mm, dan 218 mm, dengan penyimpangan kesikuan terhadap lebar, kebengkokan terhadap panjang dan kebengkokan terhadap diagonal rata-rata diperoleh masingmasing 0,9 mm, 1,2 mm, dan 0,7 mm, kuat tekan karakteristik 5,4 N/mm², penyerapan air 22,96%. 3. Bata merah lokal Banyu Biru Negara ratarata memiliki ukuran tebal, lebar, dan panjang masing-masing 50 mm, 103 mm, dan 222 mm, dengan penyimpangan kesikuan terhadap lebar, kebengkokan terhadap panjang dan kebengkokan terhadap diagonal rata-rata diperoleh masing-masing 1,6 mm, 1,7 mm, dan 1,5 mm, yang mana menurut SNI 15 0686 1989 memenuhi standar yaitu tidak boleh lebih dari 4 mm, kuat tekan karakteristik 4,8 N/mm², Penyerapan air 34,43%. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1992. British Standard : Structural Use Of Unreinforced Masonry (BS 5628 1 : 1992). Anonim. British Standard : Methods Of Test For Masonry (BSEN 1052 1 : 1999). Aryanto, A. 2008. Kinerja Portal Beton Bertulang Dengan Dinding Pengisi Bata Ringan Terhadap Beban Gempa. Tesis Program Studi Rekayasa Struktur Institut Teknologi Bandung. ASTM C 140 96 (1996). Standard Test Methode for Sampling and Testing Concrete Masonry Unit, volume 04.01. American Society for testing and materials, Philadelphia. ASTM C 69 94 (1994). Standard Test Methode for Sampling and Testing Brick and Structural Clay Tile, volume 04.01. American Society for testing and materials, Philadelphia. Basoenondo, E.A. 2008. Lateral Load Response of Cikarang Brick Wall Structures An Experimental Study. Tesis pada Centre for Built Environment and Engineering Research. Queensland University of Techology. BS dan Coull, A, 1991, Tall Building Structures : Analysis And Design, Jhon Wiley & Sons, Inc., Edisi Kedua Budiwati., I.A.M. 2009. Experimental Compressive Strength And Modulus Of Elasticity Of Masonry. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 13, No. 1, Januari 2009.

INTARA : KARAKTERISTIK BATA MERAH 50 European Committee of Standardization (CEN), 1996. Design of masonry structures reinforced and unreinforced masonry. ENV 1996-1-1, Eurocode 6. SNI 15-06861-989, Mutu dan Cara Uji Bata Merah Berlubang. SNI 15-1328-1989. Bata merah pejal, syarat penerimaan. SNI 15-2094-2000. Bata merah untuk bahan bangunan, mutu dan cara uji. SNI 15-3758-1995. Semen Aduk Mortar Pasangan. Sukrawa, 2010 Penyertaan Dinding Pengisi Dalam Pemodelan Kerangka Beton Bertulang dan Pengaruhnya terhadap Hasil Perencanaan Struktur. Konteks, 4 Denpasar Bali