1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian di dunia. Tidak kurang 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahunnya disebabkan oleh overweight dan obesitas. Prevalensi overweight meningkat secara tajam setiap tahunnya. Tahun 2008 lebih dari 1,4 milyar orang menderita overweight dimana diantaranya lebih dari 200 juta laki-laki dan 300 juta perempuan di dunia mengalami obesitas, sedangkan pada tahun 2010 anak balita yang overweight mencapai 40 juta orang (WHO, 2012). Prevalensi overweight atau gizi lebih di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia menunjukkan prevalensi balita yang mengalami gizi lebih berdasarkan indikator berat badan per umur (BB/U) sebesar 4,3%, indikator berat badan per tinggi badan (BB/TB) sebesar 12,2%. Kelompok anak usia 6-14 tahun prevalensi berat badan lebih sebesar 9,5% pada laki-laki dan 6,4% pada perempuan, sedangkan kelompok usia 15 tahun ke atas prevalensinya sebesar 19,1% (Depkes RI, 2008). Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi gizi lebih pada balita berdasarkan indikator BB/U sebesar 5,8%, indikator BB/TB sebesar 14%. Prevalensi kegemukan pada kelompok anak usia 6-12 tahun sebesar 9,2%, kelompok usia 13-15 tahun sebesar 2,5% dan kelompok usia 16-18 tahun sebesar 1,4%. Kelompok usia dewasa (>18 tahun) prevalensi berat badan lebih 10% dan obes 11,7% (Kemenkes RI, 2010). Prevalensi gizi lebih di Kalimantan Barat berdasarkan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa untuk kelompok balita menurut indikator BB/U sebesar 5%, indikator BB/TB sebesar 13,9%. Kelompok usia 6-14 tahun prevalensi gizi lebih untuk laki-laki sebesar 10,4% dan perempuan 6,8%, sedangkan kelompok usia 15 tahun ke atas prevalensi obesitas sebesar 13%. Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih untuk kelompok balita berdasarkan indikator BB/U sebesar 3,9%, dan indikator BB/TB sebesar 10,8%. Prevalensi 1
2 kegemukan untuk kelompok usia 6-12 tahun sebesar 8,7%, kelompok usia 13-15 tahun sebesar 1,5%, kelompok usia 16-18 tahun sebesar 0,7% dan kelompok usia diatas 18 tahun prevalensi berat badan lebih sebesar 8,6% dan obes 9,5%. Overweight dan obesitas pada masa anak dan remaja mempengaruhi kejadian obesitas pada masa dewasa. Anak dan remaja yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas persentil 75 mempunyai risiko 1,5 kali menjadi overweight saat dewasa. Sedangkan yang mempunyai IMT diatas persentil 95 mempunyai risiko mengalami overweight dan obesitas pada masa dewasa sebesar 62-98% (Sun Guo, 2002). Overweight dan obesitas pada masa remaja juga berpengaruh terhadap timbulnya beberapa penyakit degeneratif saat dewasa. Penelitian pada anak sekolah yang overweight menunjukkan bahwa 58% mempunyai sedikitnya satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dan 50% mempunyai dua faktor risiko (Raman, 2002). Data dari Bogalusa Heart Study (Must, 1999) menunjukkan bahwa remaja overweight mempunyai risiko 8,5 kali menderita hipertensi saat dewasa. Remaja overweight juga mempunyai risiko sebesar 2,4 kali meningkatnya total kolesterol diatas 240 mg/dl, berisiko 3 kali meningkatnya LDL diatas 160 mg/dl, dan 8 kali meningkatnya risiko turunnya HDL di bawah 35 mg/dl pada usia dewasa. Prevalensi sindrom metabolik pada remaja sebesar 4%, namun 30% -50% diantaranya adalah remaja overweight (Daniels, 2005). Meningkatnya prevalensi overweight pada anak dan remaja dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan (St-Onge, 2003). Masa remaja merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan rentan terjadi gangguan pada status gizinya. Remaja telah dapat menentukan makanan yang diinginkannya dan seringkali menjalani pola makan yang salah seperti tidak sarapan pagi, lebih memilih mengkonsumsi makanan cepat saji, dan sering mengkonsumsi makanan di luar rumah. Kebiasaan ini menyebabkan remaja mengkonsumsi makanan yang padat energi dan rendah nilai gizi yang berpotensi timbulnya overweight (Keast, 2010). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hubungan antara sarapan pagi dengan status gizi anak sekolah. Penelitian Utter (2007) pada anak usia 5-6 tahun di New Zealand menunjukkan bahwa anak yang tidak sarapan pagi 2
3 mengakibatkan kenaikan Indeks Massa Tubuh (IMT) (p=0,002). Data studi cross sectional pada anak dan dewasa menunjukkan bahwa ada hubungan antara tidak sarapan pagi dengan overweight dan gejala resistensi insulin (Mc Crory, 2010). Beberapa penelitian perspektif tentang hubungan antara perilaku sarapan dan status gizi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya frekuensi sarapan pagi dapat menurunkan risiko overweight dan ada hubungan tidak sarapan pagi dengan meningkatnya berat badan (Pereira, 2011). Anak atau remaja yang tidak sarapan pagi cenderung mengkonsumsi makanan selingan yang rendah nilai gizi saat berada di perjalanan ke sekolah atau saat berada di sekolah. Hal ini mengakibatkan anak yang tidak sarapan pagi juga cenderung tidak mengkonsumsi makan siang dan kurang mengkonsumsi sayur dan buah dibandingkan anak yang melakukan sarapan pagi saat di rumah (Affenito, 2007). Mengetahui pengaruh overweight terhadap kesehatan remaja dan adanya keterkaitan antara sarapan pagi dan makanan selingan dengan overweight, peneliti merasa perlu untuk meneliti apakah sarapan pagi dan makanan selingan merupakan faktor risiko kejadian overweight pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Pontianak. B. Perumusan Masalah Prevalensi overweight di dunia dan Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya prevalensi overweight dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pola makan individu. Kelompok usia remaja merupakan kelompok yang rentan menjalani pola makan yang salah seperti tidak sarapan pagi, lebih memilih mengkonsumsi makanan cepat saji, dan sering mengkonsumsi makanan di luar rumah. Kebiasaan ini menyebabkan remaja mengkonsumsi makanan yang padat energi dan rendah nilai gizi yang berpotensi timbulnya overweight. Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah sarapan pagi dan makanan selingan merupakan faktor risiko kejadian overweight pada remaja SMA di Kota Pontianak? 3
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko sarapan pagi dan makanan selingan dengan kejadian overweight pada remaja SMA di Kota Pontianak. 2. Tujuan Khusus : a) Mengetahui prevalensi overweight pada remaja SMA di Kota Pontianak. b) Mengetahui faktor risiko sarapan pagi terhadap kejadian overweight remaja SMA di Kota Pontianak. c) Mengetahui faktor risiko jumlah asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat sarapan pagi terhadap kejadian overweight remaja SMA di Kota Pontianak. d) Mengetahui faktor risiko makanan selingan terhadap kejadian overweight remaja SMA di Kota Pontianak. e) Mengetahui faktor risiko frekuensi makanan selingan terhadap kejadian overweight remaja SMA di Kota Pontianak. f) Mengetahui faktor risiko jumlah asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat makanan selingan terhadap kejadian overweight remaja SMA di Kota Pontianak. g) Mengetahui pengaruh variabel luar terhadap kejadian overweight remaja SMA di Kota Pontianak. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pembuat Kebijakan dan Institusi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan untuk perencanaan dan pengembangan program kesehatan bagi masyarakat. 2. Bagi Institusi Pendidikan Menambah referensi untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang peranan sarapan pagi dan makanan selingan dalam hubungannya dengan status gizi pada remaja. 3. Bagi Masyarakat 4
5 Penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang peranan sarapan pagi dan makanan selingan dalam upaya mencapai status gizi optimal sehingga tercipta masyarakat yang sehat. 4. Bagi peneliti Menambah pengetahuan tentang hubungan sarapan pagi dan makanan selingan dengan status gizi pada remaja serta menambah pengalaman melakukan penelitian di lapangan. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang sarapan pagi dan status gizi yang pernah dilakukan berdasarkan penelusuran kepustakaan, antara lain : 1. Cho (2003) dengan judul The Effect of Breakfast Type on Total Daily Energy Intake and Body Mass Index : Results from the Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara jenis sarapan pagi, asupan energi dan IMT. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional menggunakan data dari National Health and Nutrition Examination Survey III (periode 1988-1991 dan 1991-1994). Subyek penelitian berusia 18 tahun ke atas berjumlah 16.452 orang. Data yang dianalisa berupa jenis sarapan pagi, jumlah asupan energi, dan IMT. Sarapan pagi dikatagorikan menjadi tidak sarapan pagi, sarapan telur/daging, sarapan sereal siap santap, sarapan sereal dimasak, sarapan roti, sarapan roti siap santap, sarapan sayuran/buah, sarapan susu, sarapan lemak/produk gula, dan sarapan minuman. Analisa kovariat digunakan untuk estimasi rata-rata IMT dan asupan energi sebagai variabel dependen. Kovariat termasuk umur, gender, ras, merokok, asupan alkohol, aktivitas fisik dan indeks rasio kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek yang mengkonsumsi sereal siap santap, sereal yang dimasak, atau roti siap santap sebagai sarapan secara signifikan mempunyai IMT yang lebih rendah dibandingkan dengan subyek yang tidak sarapan pagi dan subyek yang sarapan daging dan telur (p 0,01). Subyek yang tidak sarapan pagi dan yang sarapan pagi 5
6 sayur dan buah mempunyai asupan energi yang terendah. Subyek yang sarapan daging dan telur mempunyai asupan energi yang tertinggi dan IMT yang tertinggi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada desain penelitian, sampel penelitian, besar sampel, variabel penelitian, metode penelitian dan lokasi penelitian. 2. Kent (2010) dengan judul Breakfast Size is Related to Body Mass Index for Men but not Women. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek dari besar asupan sarapan pagi, asupan makan sehari, dan prilaku sehat lainnya terhadap IMT. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan survey skrining pada Sidney Adventist Hospital dan dilakukan pada tiga waktu yang berbeda secara independen yaitu pada tahun 1976 dengan jumlah sampel 384 laki-laki dan 338 perempuan, tahun 1986 dengan jumlah sampel 244 laki-laki dan 229 perempuan dan tahun 2005 dengan jumlah sampel 270 laki-laki dan 62 perempuan yang dipilih secara random. Saat skrining responden melengkapi data dari FFQ, aktivitas fisik, kebiasaan makan merokok, minuman beralkohol dan gaya hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi sarapan pagi merupakan salah satu perilaku makan yang dapat memprediksi IMT pada laki-laki tetapi bukan untuk perempuan. Meningkatnya perilaku sarapan pagi menyebabkan IMT pada pria menurun. Gaya hidup merupakan konfonder termasuk vegetarian dan aktivitas fisik tidak berpengaruh pada hubungan ini. Konsumsi sarapan pagi berhubungan secara positif dengan konsumsi jenis sereal, roti,dan buah, sedangkan konsumsi kopi berhubungan dengan jumlah sarapan yang sedikit dan tidak sarapan pagi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada desain penelitian, sampel dan besar sampel penelitian, variabel penelitian, metode penelitian dan lokasi penelitian. 3. Taskar (2010) dengan judul The Relationship of Breakfast Skipping and Type of Breakfast Consumption with Nutrient Intake and Weight Status in Children and Adolescents : The National Health and Nutrition Examination Survey 1999-2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara tidak sarapan pagi dan jenis sarapan dengan asupan energi, adekuat gizi dan status adiposa. 6
7 Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional menggunakan data dari National Health and Nutrition Examination Survey 1999-2006. Subyek penelitian adalah anak-anak usia 9-13 tahun dan remaja usia 14-18 tahun. Konsumsi sarapan pagi diukur menggunakan dietary recall 24 jam. Rata-rata rasio adekuat untuk zat gizi mikro dan antropometri dievaluasi. Analisa menggunakan analisa variasi dan uji Bonferroni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20% anak dan 31,5% remaja tidak sarapan pagi, 35,9% anak dan 25,4% remaja mengkonsumsi sereal siap santap. Kelompok yang mengkonsumsi sereal siap santap mempunyai asupan lemak total dan kolesterol yang rendah dan tinggi asupan karbohidrat, serat dan beberapa mikronutrien (p<0,05 untuk semua) dibandingkan kelompok yang tidak sarapan dan kelompok sarapan jenis lain. Pada kelompok anak dan remaja yang tidak sarapan pagi mempunyai IMT/U lebih tinggi (p<0,05) dan lingkar pinggang yang lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan kelompok yang sarapan sereal siap santap dan kelompok sarapan jenis lain. Prevalensi obesitas (IMT persentil 95) lebih tinggi pada kelompok yang tidak sarapan pagi dibandingkan kelompok sarapan sereal siap santap (p<0,05), dan lebih tinggi pada kelompok sarapan jenis lain dibandingkan kelompok sarapan sereal siap santap. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah desain penelitian, sampel penelitian, besar sampel, variabel penelitian, metode penelitian, dan lokasi penelitian. 7