BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat menyenangkan dan indah untuk dikenang. Santrock

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Bagi siswa/i SMU yang baru saja lulus, melanjutkan pendidikan ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua jabatan, organ visual ini memainkan peranan yang menentukan. Badan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nama yang baik dan mempunyai makna sesuai keinginan orang tua agar anak

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting bagi generasi muda bangsa untuk

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterampilan yang memadai. Mahasiswa bukan hanya mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu rentang dalam periode kehidupan manusia yang sangat menyenangkan dan indah untuk dikenang. Santrock (2003:3) berpendapat bahwa masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut menurut Hall (dalam Yusuf, 2005: 185) remaja mengalami episode Strum and Drang yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa. Oleh karena itu, memahami arti remaja menjadi sangat penting karena remaja adalah masa depan setiap masyarakat. Remaja yang telah memasuki tahap remaja akhir (berusia 18-21 tahun) mereka di hadapkan pada proses pengambilan keputusan (decision making) karena pada masa remaja adalah masa dimana terjadi peningkatan pengambilan keputusan (Desmita, 2005: 198). Keputusan-keputusan yang harus dipilih oleh remaja tersebut diantaranya melanjutkan pendidikan (kuliah), bekerja atau hidup berumah tangga. Nurmi (Desmita, 2005: 199) berpendapat: keputusan yang paling banyak di pilih oleh para remaja setelah mereka lulus SMU adalah

2 melanjutkan pendidikan. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Suharlinah (2000: 2) : Remaja yang telah lulus SLTA lebih berminat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi dibandingkan dengan yang terjun ke dunia kerja. Namun, mengingat daya tampung perguruan tinggi negeri yang terbatas, terutama perguruan tinggi negeri, baru 41% lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang tertampung setiap tahunnya. Masyarakat Indonesia menganggap kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) merupakan suatu kebanggaan karena selain biaya pendidikannya terjangkau juga disediakan berbagai beasiswa bagi mereka yang tidak mampu dan berprestasi. Tetapi untuk dapat menikmati bangku kuliah di perguruaan tinggi khususnya PTN tidaklah mudah karena para peserta harus melalui seleksi yang sangat ketat dan bersaing dengan ribuan peserta lain yang memiliki keinginan yang sama untuk mendapatkan kursi di perguruan tinggi tersebut. Remaja yang tidak lulus dalam tes masuk perguruan tinggi negeri akan mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan apakah melanjutkan studi ke perguruan tinggi swasta, mencari kerja dengan berbekal ijazah SMU, atau menunggu selama satu tahun untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi tahun berikutnya. SNMPTN dan ujian masuk perguruan tinggi lainnya merupakan sebuah ajang seleksi yang banyak diminati oleh remaja Indonesia saat ini. SNMPTN dan USM PTN dapat diikuti oleh semua siswa-siswi lulusan SLTA/sederajat selama tiga kali. Pada tahun 2003 ketika peneliti masih duduk di bangku SMU, peneliti pernah bertanya kepada salah satu peserta SPMB 2003, bagaimana jika tidak lulus SPMB 2003? kemudian peserta tersebut menjawab kan masih ada tahun depan lalu

3 penulis bertanya lagi bagaimana kalau tahun depan tidak lulus SPMB lagi? Kemudian peserta tersebut menjawab kan masih ada tahun depannya lagi. Pada tahun 2009 ternyata penulis pun menemukan masih ada remaja yang gagal SNMPTN kemudian menunggu SNMPTN atau UM PTN untuk tahun berikutnya (kembali belajar di lembaga bimbingan belajar yang khusus dipersiapkan untuk lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri karena mengalami kegagalan ketika masuk PTN yang diinginkan). Remaja Indonesia saat ini sangat mengagungkan SNMPTN, USM, atau seleksi masuk perguruan tinggi negeri lainnya untuk mewujudkan cita-citanya merasakan bangku kuliah di PTN. Mereka rela menunggu beberapa tahun karena gengsi kuliah di PTS atau tidak ada biaya kuliah untuk masuk PTS atau sederet alasan lainnya. Fenomena remaja yang menunggu ujian masuk perguruan tinggi negeri merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk diteliti. Banyak sekali remaja di kota Bandung yang kembali belajar di lembaga bimbingan belajar yang khusus dipersiapakan untuk lulus masuk perguruan tinggi negeri. Remaja yang telah mencoba mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri khususnya SNMPTN atau UM PTN tetapi ternyata gagal mendapatkan apa yang di cita-citakan kemungkinan akan mengalami suatu kesan yang berbeda terhadap konsep dirinya karena kegagalan atau keberhasilan yang diperoleh pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh konsep diri dan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh remaja tersebut. Gabbier dan Gibby pada tahun 1967 (Burns, 1993: 364-365) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kegagalan dan keberhasilan terhadap evaluasi diri dari seseorang. Studi mereka mengeksplorasi dua buah aspek yang luas

4 mengenai efek-efek dari stres yang dihasilkan dari kegagalan: (1) efek-efek kepada konsep diri; dan (2) efek-efek pada produktifitas intelektual. Konsep diri dianggap sebagai pemegang peranan kunci dalam pengintegrasian kepribadian individu, di dalam memotivasi tingkah laku serta di dalam pencapaian kesehatan mental (Burns, 1993:2). Sedangkan motivasi merupakan aspek penggerak tingkah laku sehingga kegagalan yang dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna. Hal tersebut sesuai dengan apa yang pernah penulis rasakan. Ronin adalah nama sebuah program khusus di lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri bagi alumni SLTA (umum dan kejuruan) yang bertekad untuk sukses menghadapi SNMPTN atau UM PTN. Sebagian besar peserta program Ronin adalah alumni SLTA yang pernah mengikuti SNMPTN atau UM PTN pada tahun sebelumnya, sebagian lagi adalah mereka yang belum sempat mengikuti SNMPTN, umumnya mereka dari SLTA kejuruan. Penulis pernah melakukan observasi pada peserta Ronin menurut hasil observasi penulis mereka terlihat sangat cemas, gelisah, dan resah ketika akan menghadapi SNMPTN 2009 karena SNMPTN tahun 2009 berbeda karakteristik tesnya dengan ujian SNMPTN tahun sebelumnya. Ketika menyebarkan instrumen penelitian ada yang sempat berkata: Naudzubillah himindzalik, amit-amit kalau sampai tidak lulus lagi. Mereka merasa memiliki beban mental karena inilah ajang seleksi yang sangat mereka tunggu setelah satu tahun atau bahkan dua tahun belajar mengikuti program Ronin.

5 Penulis juga pernah melakukan observasi di Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Bandung yang berada di Jalan Sumbawa. Penulis merasa terkejut karena suasananya sangat berbeda. Ketika penulis sedang melakukan observasi, terlihat semangat juang yang tinggi para siswa-siswi yang baru lulus SMU tersebut. Meja staf administrasi berubah menjadi meja belajar para siswa. Mereka menghapus dan memperbaiki soal-soal yang kemungkinan keluar di SNMPTN 2009 menurut versi mereka. Di samping itu merekapun meminta kelas tambahan untuk mata pelajaran tertentu. Hal tersebut sangat berbeda dengan para siswa Ronin. Menurut salah satu keterangan guru di Nurul Fikri, siswa-siswi Ronin angkatan 2009 bisa dikatakan memiliki karakter yang unik yaitu mudah bergaul tetapi kurang rajin. Padahal SNMPTN 2009 sangat berbeda dibandingkan SNMPTN tahun sebelumnya. Ada apa dengan para peserta program Ronin? Peneliti menjadi sangat tertarik untuk meneliti konsep diri dan motivasi berprestasi para peserta Ronin. Menurut salah satu staf Nurul Fikri, peserta ronin selama tiga tahun terakhir pada periode dua berjumlah rata-rata sekitar 60 orang. Dari hasil observasi peneliti ternyata ada juga siswa Ronin yang mengikuti program Ronin selama dua tahun. Hal tersebut menyebabkan peneliti menjadi semakin tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri para peserta Ronin yang sudah merasakan kegagalan di SNMPTN dan bagaimana gambaran motivasi berprestasi para peserta Ronin serta adakah hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa-siswi Ronin Angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung.

6 B. Rumusan Masalah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2009 atau pada dua tahun sebelumnya dikenal dengan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) memiliki karekteristik yang berbeda. Karekteristik tersebut diantaranya diberlakukan tes potensi akademik (TPA). Selain itu diberlakukan sistem persentil atau Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) dengan bobot nilai 70%, SNMPTN 2009 juga menambahkan satu materi tes lain, yaitu TPA dengan bobot penilaian 30%. Berdasarkan jumlah peminat, SNMPTN tahun ini mengalami peningkatan sekitar 10%. Selain itu, dari sistem penilaian hasil. penilaian hasil ujian seleksi nasonal kali ini benar-benar berbeda. Sistem persentil mulai diberlakukan dalam penilaian SNMPTN tahun ini. Jika tahun sebelumnya, dengan skor 4 jika jawaban benar, 0 jika tidak di isi, dan minus 1 jika salah, skor tersebut langsung dijumlahkan dan menjadi nilai akhir peserta SNMPTN. Ketika siswa tidak mengisi salah satu mata pelajaran dan mengisi mata pelajaran lain yang dia kuasai, nilai-nilainya tertutup oleh nilai mata pelajaran yang dikuasainya. Sistem penilaian persentil menghendaki peserta ujian mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan dalam SNMPTN 2009. Dengan sistem persentil ini, setiap mata pelajaran akan mendapat porsi yang sama dalam penilaian. Skor yang diperoleh tidak langsung dijumlahkan, tetapi diperingkat dahulu dengan perhitungan persentil=100x (1-peringkat siswa/peserta). Artinya, lolosnya siswa bergantung pada jumlah skor setiap mata pelajaran, peringkat skornya secara nasional, dan jumlah peserta. Intinya, mereka yang lolos adalah yang nialinya bagus disetiap mat ujian. Ini juga kan mengurangi angka DO di PTN yang dipilih dan kehadiran

7 mahasiswa baru hasil SNMPTN tahun ini benar-benar hasil terbaik dan layak (Prakoso, 2009). Penulis merasa ingin mengetahui mengapa ada remaja akhir yang lebih memilih untuk mengikuti program Ronin daripada kuliah di PTS?. Berdasarkan hasil observasi dan keterangan dari salah satu guru Nurul Fikri yang mengikuti program Ronin sampai tiga hari menjelang SNMPTN 2009 ternyata siswa-siswi Ronin angkatan 2009 memiliki karekter yang unik yaitu kurang rajin. Sementara itu, SNMPTN 2009 merupakan ujian yang penuh tantangan dan resiko yang berpengaruh terhadap masa depan mereka selanjutnya. Seharusnya para siswa memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk SNMPTN tahun 2009 ini seperti para remaja yang baru lulus SMU. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin menggali permasalahan dan memberikan solusi terhadap pihak LBKB khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Peneliti ingin menggali bagaimana konsep diri serta motivasi berprestasi pada para siswa-siswi Ronin angkatan 2009. Berikut ini merupakan pertanyaan penelitian dalam skripsi ini: 1. Bagaimana gambaran konsep diri pada siswa-siswi Ronin angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung? 2. Bagaimana gambaran motivasi berprestasi pada siswa-siswi Ronin angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung? 3. Bagaimana gambaran hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa-siswi Ronin Angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung?

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada remaja akhir. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Gambaran konsep diri pada siswa-siswi Ronin angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung. b. Gambaran motivasi berprestasi pada siswa-siswi Ronin angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung. c. Bagaimana hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa-siswi Ronin Angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoretis, menambah khasanah keilmuan psikologi terutama bidang psikologi pendidikan dan perkembangan sehingga dapat membantu permasalahan yang sedang terjadi pada para remaja akhir khusunya permasalahan mengeni konsep diri dan motivasi berprestasi. 2. Secara praktis, diharapkan dapat mengetahui dan memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu konsep diri sehingga dapat menjadi bekal yang cukup dalam mengarahkan para remaja untuk lebih memiliki motivasi

9 berprestasi sehingga dapat meraih cita-cita yang telah mereka dambakan selama ini. Selain itu untuk LBKB Nurul Fikri dapat membantu para siswanya agar memiliki pola pikir yang jauh untuk hari esok dan tidak asal-asalan dalam memilih jurusan di PTN atau hanya sekedar lulus SNMPTN tetapi tidak sesuai dengan kemampuan apalagi angka DO di PTN Favorit dan ternama akhir-akhir ini sangatlah tinggi. E. Asumsi Sebuah penelitian diperlukan asumsi sebagai landasan dari penelitian tersebut. Asumsi dapat diambil dari teori, data faktual atau pikiran peneliti sendiri. Bertumpu pada pendapat tersebut maka asumsi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Siswa-siswi Ronin Angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri memiliki konsep diri yang positif. 2. Siswa-siswi Ronin Angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. 3. Remaja yang memandang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka remaja akan merasa yakin bahwa dirinya bisa dan mampu untuk meraih prestasi sebaik mungkin. 4. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mengenal dirinya lebih baik. Ia dapat mengetahui kemampuan dan ketidakmampuan dirinya sehingga ia bisa merencanakan dirinya untuk lebih baik.

10 E. Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa-siswi Ronin Angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung. H a : Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa-siswi Ronin Angkatan 2009 di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung. F. Metode Penelitian Penelitian memerlukan suatu metode agar tujuan penelitian dapat tercapai. Triyana (2007: 27) mengemukakan pendapat bahwa: Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus menentukan metode apa yang akan di pakai karena menyangkut langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengarahkan dan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat analisis korelasional yaitu akan menguji hubungan antar variabel penelitian dan menganalisa hubungan tersebut. Metode penelitian akan di bahas selengkapnya pada BAB III. G. Lokasi dan Populasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri yang berada di Jalan Mutu Manikam No.7 Buah Batu Bandung.

11 2. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2002: 108). Penelitian ini juga merupakan penelitian populasi. Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Ronin Angkatan 2009. Berdasarkan hasil observasi penulis dan data yang diperoleh dari Lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri Bandung, jumlah siswa-siswi Ronin yang bertahan mengikuti program ronin sampai tiga hari menjelang SNMPTN 2009 adalah berjumlah 34 orang.