I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar, dana yang

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang berlaku (Chaizi dalam Susanti, 2010 :

BAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerimaan negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang luas, nyata dan bertanggung jawab Kepada Daerah secara profesional. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

TENTANG BENTUK DAN ISI FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG DAN SURAT SETORAN PAJAK DAERAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2015 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. ras, etnis, bahasa dan juga agama yang beragam, karena itulah Indonesia disebut sebagai

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

PER - 36/PJ/2011 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERHUTANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 150/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 33 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

White Paper. PBB-P2 Payment Online System. Abstrak

DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR : 51 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II BAHAN RUJUKAN

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (pemerintah) berdasarkan Undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. digalakkan adalah pajak. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari sektor swasta ke

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan untuk meningkatkan kesajahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat merupakan pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang. Keberhasilan pembangunan nasional tidak lepas dari peran dan fungsi organisasi pemerintah dalam mencapai tujuan yang sangat mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam setiap sistem perekonomian, pemerintah senantiasa mempunyai peranan yang penting. Dalam perekonomian modern seperti sekarang ini, pemerintah diharapkan peranannya semakin besar mengatur jalannya perekonomian. Salah satu kewajiban warga negara dalam hal ini adalah dengan sadar dan penuh tanggung jawab menyerahkan sejumlah uang pajak yang telah diatur oleh undangundang salah satu dari kewajiban perpajakan itu yaitu Pajak Bumi dan Bangunan. Sebagai landasan hukum penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, menyatakan bahwa otonomi daerah

2 merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang- undangan, maka daerah otonom harus mampu mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan dengan pajak sebagai sumber keuangan terpenting, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan. Peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu: 1. Fungsi Alokasi Semula barang dan jasa disediakan oleh swasta dan dijual dipasar. Namun dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat, ada barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh swasta yang dikenal dengan barang dan jasa Publik, maka barang dan jasa tersebut disediakan oleh pemerintah sehingga sumber daya yang dapat dialokasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 2. Fungsi Distribusi Pemerintah berupaya untuk mendistribusikan pendapatan atau kekayaan agar masyarakat sejahtera, campur tangan pemerintah dalam mengambil kebijaksanaan dengan memberikan subsidi dananya disediakan dan pajak yang dikenakan pada mereka yang memiliki pendapatan dan kekayaan tertentu. 3. Fungsi Stabilisasi Pemerintah dengan kebijaksanaan fiskal perlu mempertahankan atau mencapai tujuan seperti kesempatan kerja yang tinggi. Stabilitas harga dan lain-lain. Pemerintah dapat melakukan kebijaksanaan yang mendukukng pembangunan, baik pusat maupun daerah. (Marselina Jaya Singa ; 88).

3 Pembangunan daerah sebagai bagian pembangunan nasional pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan daerah yang handal dan profesional dalam menjalankan pemerintah ( Good Govermance) serta memberikan pelayanan publik pada masyarakat. Dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyatakan bahwa otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, oleh karena itu daerah otonom harus mampu mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Menurut ketentuan pasal 6 UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Hasil Pajak Daerah 2. Hasil Retribusi daerah 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Jasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah b. Dana Perimbangan c. Pinjaman Daerah d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

4 Menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembanguanan daerah. Pada hakikatnya PBB merupakan salah satu saranan perwujudan kegotongroyongan nasional dalam pembiayaan Negara dan pembangunan nasional, sehingga dalam pengenaannya harus memperhatikan prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan serta ditunjang oleh sistem administrasi perpajakan yang memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak. Pengenaan PBB diatur oleh UU No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Maksud dari Undang-Undang tersebut adalah agar lebih sederhana, mudah dimengerti, mudah dipahami, adil dan memberikan kepastian hukum, sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran warga negara untuk memenuhi hak dan kewajibannya dalam membayar PBB. Dengan adanya kesadaran ini, diharapkan perolehan dari sektor PBB dapat sesuai atau mendekati besarnya PBB yang ditargetkan. Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP adalah harga rata- rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana terjadi transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga

5 dengan objek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru, NJOP pengganti penentuan klasifikasi dan besarnya NJOP PBB sebagai dasar pengenaan PBB diatur oleh: a. Menteri Keuangan dalam SK Menkeu No. 523/KMK. 04/1998 b. Direktorat Jendral Pajak dengan SK No. KEP 16/PJ-6/1998 Dalam hal pemungutan PBB, pemerintah Kota Bandar Lampung terus menerus menyempurnakan teknik pemungutan, dengan membentuk tim intensifikasi penagihan PBB, terdiri dari petugas kecamatan dengan Dinas Pendapatan Daerah dan Pengelolaan Aset Kota bandar lampung. Dasar hukum pemungutan PBB adalah: 1. UU No. 34 Tahun 2007 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 2. SK Menteri Keuangan No. 249/KMK/04/1993 tentang Penunjukan Tempat dan Tata Cara Pembayaran PBB Pemerintah daerah mendapat bagian dari penerimaan pusat melalui 2 sumber: 1. Pajak Bumi dan Bangunan dengan pembagian 10% pusat, 90% untuk pemerintah daerah. 2.Pungutan lisensi dan iuran pengusaha hutan (HPH) provinsi mendapat 40% Penerimaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan merupakan bagian dari hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan untuk penerimaan puasat dan daerah dengan rincian sebagai berikut: a. Pemerintah Pusat : 10% b.pemerintah Daerah : 90%

6 Jumlah 90% yang merupakan bagian daerah dapat diperinci sebagai berikut: a. Biaya Pemungutan : 10% b.pemerintah Provinsi : 16,5% c. Pemerintah Kabupaten : 64,5% (Liliawati,1999:45) Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pusat yang objek pajaknya berasal dari daerah, oleh sebab itu ada pembagian hasil penerimaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan memiliki potensi yang besar mengingat pajak ini merupakan pajak yang mana nilai jual bumi dan bangunan setiap tahunnya semakin meningkat dan merupakan pajak pusat yang dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk mengetahui besarnya sumbangan pajak bumi dan bangunan terhadap bagi hasil pajak di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 1 Sumbangan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Bagi Hasil Pajak di Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2009 Tahun Sumbangan Penerimaan PBB Jumlah Bagi Hasil Pajak (Rp) Persentase % (Rp) 2005 15.120.976.283 15.120.978.288 50 2006 19.078.548.082 19.078.550.088 53 2007 24.040.470.808 24.040.472.815 65 2008 27.552.114.875 27.552.116.883 51 2009 31.225.533.207 31.225.535.214 55 Rata-rata 216.017.643.255 38.006.406.175 58 Sumber : Dinas PPKA Bandar Lampung, 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sumbangan yang diberikan pajak bumi dan bangunan terhadap bagi hasil pajak daerah bandar lampung selama tahun 2005-2009 yaitu rata-rata 58%. Pajak Bumi dan Bangunan memberikan sumbangan

7 setengah dari jumlah bagi hasil penerimaan pajak. Sumbangan yang diberikan Pajak Bumi dan Bangunan mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Kota Bandar Lampung memiliki 13 Kecamatan yang memiliki luas yang berbedabeda, untuk melihat luas dan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 2 Luas Wilayah tiap-tiap Kecamatan di Bandar Lampung No Kecamatan Luas Ha Jumlah Penduduk 1 Teluk Betung Barat 2.099 54.505 2 Teluk Betung Selatan 1.007 110.276 3 Panjang 2.116 62.610 4 Tanjung Karang Timur 2.111 83.419 5 Teluk Betung Utara 935 66.327 6 Tanjung Karang Pusat 668 81.125 7 Tanjung Karang Barat 1.514 53.764 8 Kemiling 2.765 53.193 9 Kedaton 1.088 89.793 10 Rajabasa 1.302 32.391 11 Tanjung Seneng 1.163 29.247 12 Sukarame 1.687 54.369 13 Sukabumi 1.164 51.861 Jumlah 19.722 822.880 Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi Lampung, 2009 Pada tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa luas wilayah Kota Bandar Lampung yaitu 19.722 Ha, luas wilayah terbesar pada Kecamatan Kemiling sebesar 2.765 Ha, dan luas wilayah terkecil pada Kecamatan Tanjung Karang Pusat sebesar 668 Ha. Kecamatan Teluk Betung Utara memiliki luas wilayah 935 Ha, wilayah ini terkecil ketiga setelah Teluk Betung Selatan. Kecamatan Teluk Betung Utara memiliki Jumlah penduduk sebesar 66.327 jiwa, jumlah penduduk terbesar pada Kecamatan Teluk Betung Selatan yaitu sebesar 110.276 jiwa dan jumlah penduduk terkecil pada Kecamatan Tanjung Seneng sebesar 29.247 jiwa.

8 Tabel. 3 Data Target Penerimaan PBB tiap-tiap Kecamatan di Bandar Lampung Tahun 2008-2009 No Kecamatan Target 2008 Target 2009 1 Teluk Betung Barat 728.790.189 952.252.760 2 Teluk Betung Selatan 3.731.659.845 5.102.783.689 3 Panjang 2.554.216.362 3.755.486.001 4 Tanjung Karang Timur 2.277.164.412 2.978.056.174 5 Teluk Betung Utara 765.626.627 860.701.544 6 Tanjung Karang Pusat 2.373.733.450 3.041.493.103 7 Tanjung Karang Barat 704.076.159 913.216.669 8 Kemiling 490.939.055 832.860.681 9 Kedaton 1.604.918.408 2.065.262.536 10 Rajabasa 894.017.682 1.147.316.642 11 Tanjung Seneng 415.816.198 527.271.590 12 Sukarame 1.678.420.686 2.163.682.015 13 Sukabumi 1.704.969.242 2.200.934.105 Sumber: Dinas PPKA Bandar Lampung Tabel diatas terlihat target tiap-tiap kecamatan berbeda, target terbesar terdapat di Kecamatan Teluk Betung Selatan dengan jumlah Rp 3.731.659.845 pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 Rp 5.102.783.689 dan target terendah pada Kecamatan Tanjung Seneng Rp 415.816.198 pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 Rp 527.271.590. Pada Kecamatan Teluk Betung Utara target penerimaan PBB pada tahun 2008 sebesar 765.626.627dan pada tahun 2009 sebesar 860.701.544, jumlah target ini terkecil ketiga setelah Tanjung Karang Barat.

9 Tabel. 4 Sumbangan PBB bagi Daerah per Kecamatan Kota Bandar Lampung Tahun 2008 No. Kecamatan Besar Sumbangan PBB (Rp) 1 Teluk Betung Barat 810.381.631 2 Teluk Betung Selatan 616.264.231 3 Panjang 1.347.414.216 4 Tanjung Karang Timur 525.413.365 5 Teluk Betung Utara 701.125.470 6 Tanjung Karang Pusat 1.532.060.509 7 Tanjung Karang Barat 620.967.137 8 Kemiling 507.134.072 9 Kedaton 639.582.460 10 Rajabasa 557.323.361 11 Tanjung Seneng 442.240.010 12 Sukarame 603.562.421 13 Sukabumi 501.402.135 Sumber : KPP Pratama Teluk Betung, 2009 Tabel 4 menunjukkan Kecamatan Tanjung Karang Pusat merupakan salah satu penyumbang PBB terbesar yakni Rp 1.532.060.509 dan penyumbang PBB terkecil pada Kecamatan Tanjung Seneng sebesar Rp 442.240.010. Pada Kecamatan Teluk Betung Utara sebesar Rp 701.125.470, hal ini sangat membanggakan karena menjadi bagian penyumbang terbesar keempat setelah Tanjung Karang Pusat menjadi penymbang pertama terbesar Pajak Bumi dan Bangunan yang notabene adalah pusat kota dan pusat perekonomian Kota Bandar Lampung. Hal ini disebabkan karena kecamatan ini terdapat sarana perekonomian yang berpotensi kena Pajak Bumi dan Bangunan dengan nilai tinggi yang telah ditetapkan dan harus dibayar lebih besar jumlahnya dibandingkan besar PBB yang ditetapkan dan harus dibayar oleh masyarakat biasa.

10 Tabel. 5 Target dan Realisasi Penerimaan PBB di Kecamatan Teluk Betung Utara Tahun 2005-2009 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase % 2005 502.155.631 391.394.870 77.94 2006 536.474.441 460.135.616 85.77 2007 682.952.700 579.738.885 84.88 2008 765.626.627 644.150.049 84.13 2009 860.701.544 724.517.953 84.17 Rata-rata 669.582.188 559.987.474 83.38 Sumber : KPP Pratama Teluk Betung, 2010 Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa target penerimaan PBB Kecamatan Teluk Betung Utara mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun dalam realisasinya penerimaan PBB Kecamatan Teluk Betung Utara mengalami penurunan, dengan rata-rata dalam 5 tahun terakhir pencapaian penerimaan PBB sebesar 83,38%. Tabel. 6 Luas Bumi dan Bangunan di Kecamatan Teluk Betung Utara yang Terkena Pajak Tahun 2005-2009 Tahun Luas Bumi (m 2 ) Luas Bangunan (m 2 ) 2005 10.552.364 915.526 2005 10.720.744 963.820 2006 10.883.048 1.018.357 2008 11.587.452 1.090.843 2009 11.629.125 1.095.594 Sumber : KPP Pratama Teluk Betung, 2010 Luas bumi dan bangunan adalah faktor terpenting dalam menentukan potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan dan luas bumi dan bangunan yang dimilki. Kecamatan Teluk Betung Utara memiliki cukup potensi dengan luas bumi terbesar pada tahun 2009 yaitu sebesar 11.629.125 m 2 dan luas bangunan sebesar 1.095.594 m 2. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sangat dipengaruhi oleh Nilai Objek Pajak (NJOP). Nilai Jual Objek Pajak merupakan harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli dari objek pajak bumi dan bangunan. NJOP bumi

11 dan bangunan untuk setiap daerah berbeda-beda tergantung dari harga jual bumi dan bangunan, kelas tanah dan kelas bumi. Perkembangan kelas tanah dan nilai jual bumi di Kecamatan Teluk Betung Utara dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 7 Kelas Tanah dan Nilai Jual Bumi di Kecamatan Teluk Betung Utara Tahun 2005-2009 Tahun Kelas Tanah Nilai Jual Bumi (Rp/m 2 ) Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi 2005 A37 A11 6.500 948.000 2006 A37 A11 6.500 948.000 2007 A37 A11 6.500 948.000 2008 A37 A11 6.500 948.000 2009 A37 A11 6.500 948.000 Sumber : KPP Pratama Teluk Betung, 2010 Dari data diatas dapat dilihat bahwa kelas tanah dan nilai jual bumi dan bangunan setiap tahunnya sama, pada tabel diatas kelas tanah dan nilai jual bumi terendah A37 dengan nilai jual bumi Rp 6.500 dan kelas tanah tertinggi A11 dengan nilai jual bumi sebesar Rp 948.000, dengan menggali potensi dari nilai jual bumi setiap tahunnya diharapkan penerimaan PBB dapat meningkat. Kelas bangunan dan nilai jual bangunan juga merupakan faktor penting untuk mengetahui potensi PBB yang ada di Kecamatan Teluk Betung Utara, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

12 Tabel. 8 Kelas Bangunan dan Nilai Jual Bangunan di Kecamatan Teluk Betung Utara Tahun Kelas Bangunan Nilai Jual Bumi (Rp/m 2 ) Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi 2005 A19 A05 56.000 505.000 2006 A19 A05 56.000 505.000 2007 A19 A05 56.000 505.000 2008 A18 B17 60.000 984.000 2009 A18 B17 60.000 984.000 Sumber : KPP Pratama Teluk Betung, 2010 Dari data di atas dapat dikatakan bahwa kelas bangunan dan nilai jual bangunan mengalami kenaikan, data kelas bangunan dan nilai jual bangunan terendah yaitu pada kelas bangunan A19 sebesar 56.000 Rp/m 2, dan kelas bangunan dan nilai jual bangunan tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 984.000 Rp/m 2, dengan menggali potensi dari nilai jual bangunan setiap tahunnya diharapkan peningkatan penerimaan PBB. Pembayaran PBB di Kecamatan Teluk Betung Utara dilakukan melalui bank-bank yang telah ditunjuk oleh pemerintah daerah. Pembayaran dilakukan dengan cara menunjukan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT). B. Permasalahan Penerimaan dari sektor PBB menjadi sumber yang potensial bagi penerimaan daerah. Sumbangan penerimaan PBB merupakan penerimaan bagi hasil terbesar pada pajak bagi hasil dalam dana perimbangan. Pemerintah akan tanah di daerah kotamadya setiap tahunya mengalami peningkatan sehingga menaikkan harga tanah serta bangunan didaerah tersebut. Seiring kenaikan harga tanah maka NJOP PBB akan meningkat sehingga terjadi peningkatan pula pada penerimaan PBB di

13 Kecamatan Teluk Betung Utara, sehingga yang menjadi permasalahn yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Berapa besar capaian target penerimaan dan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Teluk Betung Utara? 2. Apakah capaian target Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Teluk Betung Utara masih dalam batas toleransi penyimpangan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk: 1. Mengetahui besarnya capaian target peneriamaan dan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Teluk Betung Utara 2. Mengetahui capaian target Pajak Bumi dan Bangunan Kecamatan Teluk Betung Utara dalam batas toleransi penyimpangan. D. Kerangka Pemikiran Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional karena pembangunan daerah yang didukung oleh semua potensi daerah dapat menentukan berhasil tidaknya pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 3 ayat 2 bahwa yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyediaan fasilitas.

14 Pengelolaan PBB baik jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kotamadya sangat mendambakan terciptanya suatu system pemungutan dan pembayaran PBB yang semaksimal mungkin dengan ketentuan: 1. Sistematis 2. Mudah dalam cara maupun administrasinya 3. Dapat dilaksanakan pengawasan control dengan efektif dan efisien Adanya otonomi daerah, potensi-potensi yang ada tiap daerah dapat menjadi ptensi unggulan dalam sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan iuran atau pungutan yang dikenakan atas tanah dan bangunan yang didirikan diatasnya berdasarkan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1985, tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1994, Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan bangunan. Penerimaan PBB dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pengelolaan yang lebih efisien sehingga realisasi peneriman dapat mencapat target yang telah ditetapkan yang sesuai dengan potensi yang ada. Penerimaan dari sektor PBB menjadi sumber yang potensial bagi penerimaan daerah. Pembayaran PBB di Kecamatan Teluk Betung Utara yang merupakan sektor perkotaan dilakukan melalui bank-bank yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Daerah dan pada saat ini Dispenda Kota Bandar Lampung telah membuka loket pembayaran PBB pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Pembayaran

15 dilakukan dengan cara menunjukkan surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) PBB untuk tahun berjalan. Proses penerimaan SPPT dan sistem pembayaran PBB oleh Wajib Pajak dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Proses Penerimaan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) KPPBB Dinas PPKA KECAMATAN KELURAHAN BANK RT PETUGAS PEMUNGUT WAJIB PAJAK Penjelasan dari bagan diatas adalah bahwa proses penerimaan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) adalah melalui Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) yang kemudian diserahkan kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Bandar Lampung dengan menggukan berita acara.

16 Proses selanjutnya dari Dinas PPKA akan menyerahkan SPPT kepada setiap kecamatan dan akan diserahkan kepada tiap-tiap kelurahan. Pada akhirnya wajib pajak akan menerima SPPT tersebut, wajib pajak dapat membayar PBB melalui patugas pemungut (kolektor) atau langsung membayarkannya pada Bank yang telah ditunjuk atau yang tercantum dalam SPPT, antara lain BRI unit, kantor pos, lewat Automated Teller Machine (ATM) BCA, BII, Mandiri, Bukopin, Bumi Putra. Tata cara pembayaran dan penagihan : 1. Pajak yang terhutang berdasarkan penerimaan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. 2. Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. 3. Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan biaya administrasi sebesar 2 % sebulan, yang terhutang dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka paling lama 24 bulan. Menurut ketentuan pajak yang terhutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar, dikenakan biaya administrasi sebesar 2 % setiap bulan dari jumlah yang tidak atau kurang bayar tersebut untuk jangka waktu paling lama 24 bulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

17 Gambar 2. Tata Cara Pembayaran Dan Penagihan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Dirjen Pajak - Bank - Pos dan Giro - Tempat lain yang telah di tunjuk 6 bulan SPPT Wajib Pajak Pembayaran Tanggapan masyarakat terhadap suatu pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintahan sangatlah penting karena masyarakat adalah penerima pelayanan. Melalui tanggapan dari masyarakat akan terlihat apakah pelayanan telah berjalan dengan baik. Bila ada yang kurang di mata masyarakat dapat diperbaiki pada saat pemungutan PBB selanjutnya.