PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENILAI AHLI BIDANG JASA KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 8 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA PALANGKA RAYA

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI.

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PROPINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG JASA KONSTRUKSI

PERATURAN LPJK PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR TAHUN 2012 TENTANG KOMITE LISENSI UNIT SERTIFIKASI DAN TATA CARA PEMBERIAN LISENSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a.

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

JASA KONSTRUKSI NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE LISENSI UNIT SERTIFIKASI DAN TATA CARA PEMBERIAN LISENSI

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DINAS PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 71/KPTS/LPJK/D/VIII/ 2001

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN UNIT SERTIFIKASI DAN PEMBERIAN LISENSI

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 04 TAHUN 2011 TENTANG

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04 / PRT / M / 2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 14 NOPEMBER 2012

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 70 / KPTS / LPJK / D / VIII / 2001

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG JASA KONSTRUKSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 05 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT SERTIFIKASI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI 14 NOPEMBER 2012

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA LUBUKLINGGAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

Transkripsi:

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENILAI AHLI BIDANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PENGURUS LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (2) Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Kontruksi perlu menetapkan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi tentang Penilai Ahli Bidang Jasa Konstruksi. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 54); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Kontruksi sebagaimana diubah dengan Perturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Kontruksi; 3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 223/KPTS/M/2011 tentang Penetapan Organisasi dan Pengurus Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional Periode 2011-2015; 1

MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG PENILAI AHLI BIDANG JASA KONSTRUKSI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut LPJK adalah Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. 2. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Tingkat Nasional yang selanjutnya disebut LPJK Nasional adalah LPJK yang berkedudukan di ibukota Negara 3. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Tingkat Propinsi yang selanjutnya disebut LPJK Propinsi adalah LPJK yang berkedudukan di ibukota Propinsi 4. Badan Pelaksana LPJK yang selanjutnya disebut Bapel LPJK adalah alat kelengkapan LPJK yang merupakan unit kerja yang mendukung pelaksanaan tugas LPJK yang meliputi tugas: administrasi, teknis, dan keahlian. 5. Penilai Ahli adalah seseorang yang mempunyai kompetensi penilaian ahli di bidang jasa konstruksi. 6. Mediator adalah seseorang yang mempunyai kompetensi sebagai penengah dan fasilitator secara berkeahlian untuk berkomunikasi antar para pihak yang bersengketa atau berbeda pendapat dalam kontrak kerja sehingga tercapai suatu kesepakatan penyelesaian. 7. Konsiliator adalah seseorang yang mempunyai kompetensi sebagai pengusul, penyusunan dan/atau perumus secara berkeahlian atas penyelesaian sengketa atau beda pendapat antar para pihak dalam kontrak kerja konstruksi untuk ditawarkan kepada para pihak sebagai kesepakatan penyelesaian. 8. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan 2

arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. 9. Kegagalan Pekerjaan Konstruksi adalah keadaan hasil Pekerjaan Konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna Jasa atau penyedia Jasa. 10. Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan, yang setelah diserahterimakan penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya menyimpang sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa. 11. Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi. 12. Sertifikat adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan/atau keterampilan tertentu dan/atau kefungsian dan/atau keahlian tertentu. 13. Sertifikat Keahlian yang selanjutnya disebut sebagai SKA adalah Sertifikat yang diterbitkan LPJK dan diberikan kepada tenaga ahli konstruksi yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan, kefungsian dan/atau keahlian tertentu. 14. Sertifikat Penilai Ahli yang selanjutnya disebut sebagai SPA adalah Sertifikat yang diterbitkan oleh LPJK Nasonal dan diberikan kepada tenaga ahli yang telah memenuhi persyaratan selaku Penilai Ahli. 15. Registrasi Penilai Ahli adalah kegiatan mencatat keterangan kompetensi Penilai Ahli sesuai dengan hasil penilaian kompetensi Penilai Ahli. 16. Nomor Registrasi Penilai Ahli Terdaftar yang selanjutnya disebut NRPAT adalah nomor registrasi yang tercantum dalam SPA yang ditetapkan oleh LPJK Nasional dan tercatat dalam buku registrasi LPJK. 17. Daftar Penilai Ahli adalah daftar dari Penilai Ahli Terdaftar di LPJK Nasional dan dimasukkan dalam Sistem Informasi Konstruksi Indonesia (SIKI) LPJK Nasional. 18. Laporan Hasil Kerja Penilai Ahli adalah dokumen pelaporan hasil penilaian atas penugasan sebagai Penilai Ahli. 3

19. Peningkatan Profesionalisme Berkesinambungan (Continuing Professional Development) yang selanjutnya disebut PPB adalah program pengembangan profesi berkesinambungan dalam rangka memelihara, menjaga dan/atau meningkatkan kompetensi Penilai Ahli. BAB II MAKSUD, TUJUAN, DAN LINGKUP PENGATURAN Pasal 2 Maksud dan Tujuan Pengaturan (1) Pengaturan ini dimaksudkan sebagai ketentuan yang mengatur tentang kriteria, peran, penugasan dan tatacara penunjukan serta penyampaian laporan hasil penugasan serta kompetensi Penilai Ahli. (2) Pengaturan ini bertujuan untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan penilaian ahli di bidang jasa konstruksi. Pasal 3 Lingkup Pengaturan Lingkup Peraturan ini meliputi kriteria, peran, tugas, kewajiban dan hak, wewenang, penugasan dan penunjukan dan pelaporan, kompetensi, permohonan sebagai Penilai Ahli, sertifikasi dan registrasi, pembinaan, biaya penilaian ahli, kode etik dan tata laku, dan sanksi 4

BAB III PERAN, TUGAS, KEWAJIBAN DAN HAK, SERTA WEWENANG PENILAI AHLI Bagian Pertama Peran Penilai Ahli Pasal 4 (1) Penilai Ahli berperan dalam kegiatan penilaian ahli atas kejadian Kegagalan Bangunan, Kegagalan Pekerjaan Konstruksi, beda pendapat antarpara pihak dalam pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi, penyelesaian sengketa konstruksi dan proses peradilan. (2) Penilaian ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh 1 (satu) atau lebih Penilai Ahli. (3) Penilai Ahli dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh tenaga ahli, dan/atau pendukung lainnya. Pasal 5 Tugas Penilai Ahli (1) Tugas Penilai Ahli dalam hal kejadian Kegagalan Bangunan adalah memberikan penilaian dan penetapan: a. sebab-sebab terjadinya Kegagalan Bangunan; b. bagian-bagian yang tidak lagi berfungsi akibat Kegagalan Bangunan; c. pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi, serta tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; d. besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan; dan e. jangka waktu pembayaran kerugian. (2) Tugas Penilai Ahli dalam hal kejadian Kegagalan Pekerjaan Konstruksi adalah memberikan penilaian dan rekomendasi: a. sebab-sebab terjadinya Kegagalan Pekerjaan Konstruksi; b. bagian-bagian yang tidak lagi berfungsi akibat Kegagalan Pekerjaan Konstruksi; c. pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Pekerjaan Konstruksi yang terjadi, serta tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; dan 5

d. besarnya kerugian, serta usulan cara perbaikan kegagalan pekerjaan konstruksi (3) Tugas Penilai Ahli dalam hal kejadian beda pendapat antar para pihak, adalah: a. memberikan interpretasi kontraktual secara berkeahlian atas dokumen Kontrak Kerja Konstruksi; b. memberikan pendapat dan/atau telaahan atas permasalahan beda pendapat untuk tercapainya kesepakatan; c. memberikan usulan penyelesaian untuk tercapainya kesepakatan; dan/atau d. merumuskan hasil kesepakatan para pihak. (4) Tugas Penilai Ahli dalam hal kejadian penyelesaian sengketa konstruksi adalah sebagai Mediator atau Konsiliator. (5) Tugas Penilai Ahli sebagai Mediator sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi: a. memfasilitasi para pihak dalam rangka penyelesaian sengketa; b. menengahi setiap perbedaan pendapat dalam berargumentasi; c. memberikan interpretasi kontraktual secara berkeahlian atas dokumen Kontrak Kerja Konstruksi; dan d. memberikan pendapat dan/atau telaahan atas permasalahan penyelesaian sengketa untuk tercapainya kesepakatan; (6) Tugas Penilai Ahli sebagai Konsiliator sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi: a. memfasilitasi para pihak dalam rangka penyelesaian sengketa; b. menengahi setiap perbedaan pendapat dalam berargumentasi; c. memberikan interpretasi kontraktual secara berkeahlian atas dokumen Kontrak Kerja Konstruksi; d. memberikan pendapat dan/atau telaahan atas permasalahan penyelesaian sengketa untuk tercapainya kesepakatan; e. memberikan usulan penyelesaian untuk tercapainya kesepakatan; dan f. merumuskan hasil kesepakatan para pihak. (7) Tugas Penilai Ahli dalam proses arbitrase dan proses peradilan adalah memberikan keterangan ahli selaku saksi ahli. 6

Pasal 6 Kewajiban dan Hak Penilai Ahli (1) Penilai Ahli dalam melaksanakan tugasnya wajib : a. membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada pihak yang menunjuk dengan tembusan kepada LPJK Nasional selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya pelaksanaan tugas; b. mematuhi pada kesepakatan/kontraktual dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Penilai Ahli dalam melaksanakan tugasnya berhak : a. memperoleh perlindungan dan fasilitas keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja dari pemberi tugas; b. menghentikan kegiatan investigasi dan penelitiannya, serta segera melaporkan segala sesuatu kepada pemberi tugas mengenai ancaman dan gangguan keamanan, keselamatan, dan kesehatan selama proses kerja; c. menjelaskan baik lisan maupun tulisan yang dapat dipertanggung jawabkan hanya kepada para pihak, segala sesuatu penemuan bukti-bukti yang didapat dari hasil penelusuran kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan; dan/atau d. mendapatkan pengawalan dan perlindungan dari aparat keamanan untuk memasuki lokasi kejadian dalam kondisi apa pun. Pasal 7 Wewenang Penilai Ahli Penilai Ahli berwenang: a. menghubungi pihak-pihak terkait untuk memperoleh keterangan yang diperlukan; b. memperoleh data yang diperlukan; c. melakukan pengujian yang diperlukan; dan d. memasuki lokasi Pekerjaan, tempat terjadinya Kegagalan Pekerjaan Konstruksi dan Kegagalan Bangunan. 7

BAB IV KRITERIA DAN KOMPETENSI PENILAI AHLI Bagian Pertama Kriteria Penilai Ahli Pasal 8 Penilai Ahli wajib memenuhi kriteria sebagai berikut: a. memiliki pengalaman di bidang penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun; b. memiliki SKA di bidang Jasa Konstruksi dengan sub-kualifikasi sekurang-kurangnya ahli madya; c. memilliki SPA; d. mampu bekerja secara jujur, obyektif dan independen; e. mampu menerapkan Kode Etik Penilai Ahli dan Tata Laku Penilai Ahli; dan f. terdaftar di LPJK Nasional; Bagian Kedua Kompetensi Penilai Ahli Pasal 9 (1) Penilai Ahli harus memenuhi ketentuan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi Penilai Ahli yang ditetapkan oleh LPJK Nasional. (2) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Kompetensi untuk melakukan penilaian ahli terhadap kejadian Kegagalan Pekerjaan Konstruksi; b. Kompetensi untuk melakukan penilaian ahli terhadap kejadian Kegagalan Bangunan; c. Kompetensi untuk melakukan penilaian ahli terhadap kejadian penyelesaian sengketa konstruksi dan beda pendapat antarpara pihak d. Kompetensi sebagai saksi ahli dalam sidang arbitrase atau peradilan 8

Bagian Ketiga Permohonan Sebagai Penilai Ahli Pasal 10 (1) Setiap orang yang telah memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dan huruf b dapat mengajukan permohonan untuk menjadi Penilai Ahli melalui LPJK Provinsi kepada LPJK Nasional. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis. Bagian Keempat Sertifikasi dan Registrasi Penilai Ahli Pasal 11 Sertifikasi Penilai Ahli (1) Sertifikasi Penilai Ahli dilakukan melalui proses penilaian portofolio, pembekalan dan pengujian terhadap pemohon. (2) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. penelitian dan pemeriksaan keberadaan dan keabsahan dokumen pendukung; dan b. penilaian terhadap pendidikan dan pengalaman. (3) Pembekalan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan bakuan kompetensi Penilai Ahli yang ditetapkan oleh LPJK Nasional. (4) Sertifikasi Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh tim sertifikasi Penilai Ahli yang dibentuk dan ditetapkan oleh LPJK Nasional. (5) Tim sertifikasi Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) beranggotakan berjumlah gasal paling sedikit 5 (lima) anggota dan paling banyak (9) anggota, dan 9

terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota dan sisanya sebagai anggota. (6) Tim sertifikasi Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh LPJK Nasional. (7) Hasil penilaian portofolio, pembekalan dan pengujian kompetensi oleh tim sertifikasi Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam berita acara hasil penilaian kompetetensi. (8) Berita acara hasil penilaian kompetensi sebagaiman dimaksud pada ayat (7) disampaikan kepada Ketua LPJK Nasional untuk ditetapkan sebagai Penilai Ahli dalam rapat pengurus LPJK Nasional. Pasal 12 Registrasi Penilai Ahli (1) Penilai Ahli yang telah ditetapkan oleh LPJK Nasional sebagai mana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (8) diberikan nomor registrasi dan dicatat dalam buku registrasi Penilai Ahli oleh Badan Pelaksana LPJK Nasional. (2) SPA dicetak oleh Bapel LPJK Nasional dengan mencantumkan nama, kompetensi Penilai Ahli, dan nomor registrasi dan ditandatangani oleh Direktur Eksekutif Bapel LPJK Nasional. (3) SPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada pemohon melalui Bapel LPJK Nasional dalam hal permohonan sertifikat dilakukan langsung ke LPJK Nasional atau melalui Bapel LPJK Provinsi dalam hal permohonan sertifikat diajukan melalui LPJK Provinsi. (4) Penilai Ahli yang telah teregistrasi oleh LPJK Nasional dimasukkan dalam daftar Penilai Ahli terdaftar dan dicantumkan dalam sistem informasi SIKI-LPJK Nasional. 10

BAB V PENUGASAN PENILAI AHLI Pasal 13 Penunjukan Penugasan Penilai Ahli Penunjukan penugasan Penilai Ahli dilakukan sebagai berikut: a. Pihak yang membutuhkan Penilai Ahli mengajukan permohonan kepada LPJK Nasional atau LPJK Provinsi; b. Dalam hal pemohonan disampaikan kepada LPJK Nasional, LPJK Nasional menunjuk penugasan Penilai Ahli melalui penetapan dalam rapat pengurus LPJK Nasional; c. Dalam hal permohonan disampaikan kepada LPJK Provinsi, LPJK Provinsi meneruskan permohonan dimaksud kepada LPJK Nasional dan LPJK Nasional melalui rapat pengurus LPJK Nasional menetapkan usulan penunjukan Penilai Ahli kepada LPJK Provinsi untuk ditetapkan oleh LPJK Provinsi; dan d. Penunjukan penugasan Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada huruf b atau huruf c disampaikan kepada pihak pemohon untuk selanjutnya dilakukan proses perikatan antara Penilai Ahli dan pihak pemohon. e. Penilai Ahli yang ditunjuk dapat menerima atau menolak penunjukan tersebut. f. Penerimaan atau penolakan sebagaiman dimaksud pada huruf e. wajib diberitahukan secara tertulis kepada pemohon dan LPJK Nasional dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal penunjukan. Pasal 14 Perjanjian Kerja (1) Penugasan sebagai Penilai Ahli dituangkan dalam perjanjian kerja antara Penguna Jasa penilaian ahli dan Penilai Ahli; (2) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: a. nama dan alamat lengkap para pihak; b. jenis penugasan; c. waktu pelaksanaan penugasan; 11

d. biaya pelaksanaan penugasan; dan e. tandatangan para pihak Pasal 15 Pelaporan (1) Hasil pelaksanaan penugasan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 6 dituangkan dalam Laporan Hasil Kerja Penilai Ahli (2) Laporan Hasil Kerja Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pemberi tugas dan tembusannya disampaikan kepada LPJK Provinsi dan/atau LPJK Nasional penetap penunjukan Penilai Ahli dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah selesainya pelaksanaan tugas sebagai Penilai Ahli. BAB VI BIAYA PENILAIAN AHLI Pasal 16 (1) LPJK Nasional menentukan biaya penilaian ahli dalam surat penunjukan penugasan Penilai Ahli. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. honorarium Penilai Ahli; b. biaya perjalanan dan biaya akomodasi yang dikeluarkan Penilai Ahli; c. biaya tenaga ahli dan pendukung lainya yang diperlukan dalam penilaian ahli; d. biaya pemeriksaan dan pengujian yang diperlukan dalam penilaian ahli; dan e. biaya administrasi. (3) Nilai biaya dan tata cara pembayaran dimuat dalam kontrak kerja antara pengguna jasa penilaian ahli dengan Penilai Ahli. (4) Biaya penilaian ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kejadian Kegagalan Pekerjaan Konstruksi atau Kegagalan Bangunan dibebankan kepada pihak yang 12

dinyatakan bertanggungjawab atas kejadian Kegagalan Pekerjaan Konstruksi atau Kegagalan Bangunan. (5) Pembayaran pendahuluan untuk biaya penilaian ahli oleh Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditanggung oleh Pengguna Jasa Konstruksi. (6) Nilai biaya penilaian ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan nilai pembayaran pendahuluan untuk biaya Penilaian Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh LPJK Nasional dalam surat penunjukan penugasan Penilai Ahli. (7) Ketentuan mengenai besaran tarif biaya penilaian ahli ditetapkan oleh LPJK Nasional. BAB VII PEMBINAAN PENILAI AHLI Pasal 17 (1) LPJK Nasional membentuk tim pembinaan Penilai Ahli untuk melakukan pembinaan Penilai Ahli yang meliputi pemberdayaan dan pengawasan. (2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap Penilai Ahli untuk meningkatkan kompetensi penilaian ahli, dan menumbuhkembangkan kesadaran akan perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menjamin terwujudnya ketertiban penyelenggaraan penilaian ahli jasa konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan dan peraturan perundang-undangan. (4) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengembangan kompetensi Penilai Ahli, dan sosialisasi kepada Pengguna Jasa Kontruksi dan Penyedia Jasa Konstruksi. 13

(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemantauan, evaluasi, audit pelaksanaan tugas Penilai Ahli dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran ketentuan peraturan dan peraturan perundang-undangan serta kode etik Penilai Ahli. (6) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada aayat (1) dilakukan oleh komite pembinaan Penilai Ahli yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada LPJK Nasional. (7) Tugas komite pembinaan Penilai Ahli meliputi: a. memelihara Daftar Penilai Ahli; b. menerima permohonan penunjukan Penilai Ahli; c. memberikan rekomendasi penunjukan penugasan Penilai Ahli kepada Pengurus LPJK Nasional; d. menerima, mencatat dan menyimpan Laporan Hasil Kerja Penilai Ahli; e. melakukan diskusi, seminar serta pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi Penilai Ahli; f. melakukan pemantauan, evaluasi dan audit pelaksanaan tugas Penilai Ahli; g. menyampaikan laporan baik secara berkala maupun secara setiap waktu kepada LPJK Nasional; h. memberikan rekomendasi kepada LPJK Nasional atas pengenaan sanksi terhadap Penilai Ahli atas pelanggaran peraturan, peraturan perundang-undangan serta kode etik Penilai Ahli; dan i. melaksanakan tugas sebagai institusi banding internal. 14

BAB VIII KODE ETIK DAN TATA LAKU PENILAI AHLI Pasal 18 (1) LPJK Nasional menetapkan kode etik dan tata laku Penilai Ahli. (2) Penilai Ahli dalam menjalankan tugas penialain ahli wajib memenuhi ketentuan kode etik Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAB IX SANKSI Pasal 19 (1) LPJK Nasional dapat memberikan sanksi kepada Penilai Ahli yang melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan, peraturan perundang-undangan, dan/atau kode etik Penilai Ahli. (2) Pelanggaran atas ketentuan peraturan dan/atau peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pelanggaran terhadap pelaksanaan penilaian ahli; b. pemalsuan dokumen; c. pemalsuan data; d. penyuapan; e. penipuan; dan/atau f. penekanan, ancaman, dan/atau intervensi. (3) Jenis sanksi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. peringatan tertulis; dan b. pencabutan SPA. (4) Jenis sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: a. peringatan kesatu; b. peringatan kedua; dan 15

c. peringatan ketiga. (5) Pengenaan jenis sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam rapat pengurus LPJK Nasional berdasarkan rekomendasi komite pembinaan Penilai Ahli. BAB X Pasal 20 KETENTUAN PENUTUP (1) Peraturan LPJK ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. (2) Agar setiap orang yang berkepentingan mengetahuinya, Peraturan LPJK ini disebarluaskan kepada masyarakat untuk diketahui dan dilaksanakan. (3) Peraturan LPJK Nasional Nomor 03 Tahun 2009 tentang Penilai Ahli dan Peraturan LPJK Nasional Nomor 04 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sistem Penilai Ahli dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal ditetapkannya Peraturan LPJK ini. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni 2014 PENGURUS LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL, Ketua Ir. Tri Widjajanto J, MT 16