KETERLAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK UNTUK MENJADI PEKERJA TEKNISI OTOMOTIF BERDASARKAN TUNTUTAN SKKNI

dokumen-dokumen yang mirip
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA BIDANG OTOMOTIF

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA BIDANG OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS BERWIRAUSAHA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PERBENGKELAN OTOMOTIF SISWA SMK

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN TEAM TEACHING TERHADAP MOTIVASI PENYELESAIN TUGAS GAMBAR TEKNIK

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Praktik Kerja Industri 1. Definisi Praktik Kerja Industri Fatra Jaya Purnama, 2015

STUDI KETERLAKSANAAN PRAKERIN TERHADAP KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SISWA SMK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN

STUDI PELAKSANAAN STANDAR PROSES DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DAFTAR ISI BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian iii

KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK DI KABUPATEN BANDUNG

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK

SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan pada pembangunan sekarang, merupakan hal yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

MODEL PEMBELAJARAN PENGELOMPOKAN KECIL DENGAN MEMBACA, MELIHAT, DAN MEMPRAKTEKKAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA SMK

Syaeful Ahmad 1, Kamin Sumardi 2, Purnawan 3

STUDI EKSPLORASI KETERSERAPAN LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI KOTA BANDUNG PADA INDUSTRI OTOMOTIF

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN BERDASARKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

MENINGKATKAN SIKAP ENTERPRENEURSHIP SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak manusia pertama ada, manusia telah berpikir bagaimana membuat

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR ANTARA KELAS BINAAN ASTRA DENGAN KELAS REGULER PADA KOMPETENSI MEMELIHARA UNIT FINAL DRIVE POROS PENGGERAK RODA BELAKANG

PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK

STUDI PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SIWA SMK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Produktif Di Smk

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISTEM PENGAPIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PRAKTIK PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN

EKSPLORASI MINAT BEKERJA, BERWIRAUSAHA, DAN MELANJUTKAN STUDI MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UPI

BAB I PENDAHULUAN. kerja pada umumnya relatif rendah dikarenakan rendahnya pendidikan dan latihan. setiap tahunnya tidak dapat terserap sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

STUDI EKSPLORASI PERALATAN PRAKTIKUM PROGRAM KEAHLIAN OTOMOTIF DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL UNTUK PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

Teguh Pratikno 1, Ewo Termedi 2, Wahid Munawar 3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BUBUT LANJUT

EKSPLORASI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi dari variabel penelitian didasarkan pada jumlah skor rata-rata jawaban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Afif Miftah Amrullah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum program keahlian teknik kendaraan ringan 1) menghasilkan

Ridho Filandow Siregar dan Birsul Hapis Tambunan (Tutor Bimbel Medika dan Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin) ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR BERSKALA DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Silvisius Rian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI: WAWASAN KEPENDIDIKAN, AKADEMIK, DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU PADA EVALUASI IMPLEMENTASI KTSP DI SMK

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

ANALISIS WAKTU PEMESINAN PADA UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

JURNAL PTM VOLUME 9, NO. 1, JUNI

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan. Praktek Otomotif Siswa. Budi Riyanto ( ) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP veteran Semarang

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak negatif khususnya terhadap negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal. Terhadap Prestasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN STUDI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK UPI

STUDI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODUL DAN WALL CHART PADA KOMPETENSI SISTEM KOPLING

Pengaruh Penerapan Program Amjex Dari PT. Astra International Tbk. Honda Terhadap Kesiapan Menghadapi Dunia Kerja Pada Siswa

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

WAKTU PRAKTIK DASAR ELEKTRONIKA OTOMOTIF BAGI SISWA SMK UNTUK MENCAPAI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN

STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

STUDI EKSPLORASI FASILITAS WORKSHOP TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 2 GARUT BERDASARKAN STANDAR SARANA PRASARANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI EKSPLORASI SARANA PRASARANA PRAKTIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF DESIGN PROJECT LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA KOMPETENSI PEMESINAN FRAIS KOMPLEKS

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan

BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM PRODUKTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA STANDAR KOMPETENSI MERAWAT BATERAI

Transkripsi:

199 KETERLAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK UNTUK MENJADI PEKERJA TEKNISI OTOMOTIF BERDASARKAN TUNTUTAN SKKNI Fatra J. Purnama 1, Inu H. Kusuma 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 40154 fatra_jay@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan paraktik kerja Industri untuk menjadi seorang pekerja teknisi otomotif berdasarkan tuntutan SKKNI pada siswa kelas XII TSM SMK Negeri 8 Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data berupa angket dan observasi. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa keterlaksanaan praktik kerja industri sesuai dengan tuntutan SKKNI sudah berjalan dengan. Kriteria teknisi terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat III atau Junior, tingkat II dan Tingkat I atau senior/master. Untuk kriteria teknisi otomotif berdasarkan keterlaksanaan praktik kerja industri sesuai tuntutan SKKNI hanya berlaku kepada teknisi tingkat III atau teknisi junior. Kriteria ini bisa tercapai karena standar kompetensi tingkat III atau junior ini sudah didapatkan siswa selama pembelajaran d kelas dan juga selama praktek kerja industri. Sedangkan untuk kriteria teknisi tingkat II dan tingkat I atau senior/master, standar kompetensinya hanya akan didapatka apabila siswa sudah bekerja sebagai teknisi dengan pengalaman dan training yang didapatkan di industri. Kata kunci : prakerin, teknisi, otomotif, SKKNI PENDAHULUAN SMK N 8 Bandung adalah salah satu SMK unggulan di bandung yang memiliki kompetensi khusus di bidang otomotif. Untuk mendukung tujuan khusus dalam KTSP, SMK N 8 Bandung memiliki tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Visi dari sekolah SMK N 8 Bandung ini adalah menjadi Sekolah Unggulan yang menghasilkan tamatan berkualitas, sebagai mekanik/tenaga kerja yang kompeten, wirausahawan yang sukses dan melanjutkan ke perguruan tinggi melalui pengembangan IPTEK dan IMTAQ. Salah satu indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan dan visi dari SMK N 8 Bandung adalah dengan melihat sejauh mana lulusan bisa bekerja, berwirausaha dan melanjutkan kuliah dengan. Lulusan SMK N 8 Bandung yang bekerja di DU/DI dan 1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 2 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 3 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

200 instansi pemerintah adalah paling banyak di bandingkan dengan melanjutkan ke perguruan tinggi dan berwirausaha, tapi tidak semua yang bekerja di DU/DI dan instansi pemerintah ini adalah bekerja di perusahaan otomotif. Siswa lulusan di SMK Negeri 8 Bandung yang telah bekerja di industri otomotif hanya terdapat 729 orang atau 79% dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Sisanya yaitu sebanyak 191 orang atau 21% telah bekerja diluar industri otomotif. Berdasarkan wawancara dengan Wakasek hubungan industri (HUBIN) SMK Negeri 8 Bandung menyatakan bahwa lulusan yang bekerja di industri otomotif maupun selain industri otomotif memang tidak dihitung nilai persentasinya. Tetapi dalam ini, SMK Negeri 8 Bandung adalah sekolah yang berkonsentrasi pada bidang otomotif, setidaknya minimal 85% yang bekerja adalah seharusnya bekerja pada industri otomotif. Melihat kenyataan yang dihadapi tersebut, terdapat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, dimana harapannya adalah lulusan sekolah yang bekerja seharusnya minimal 85% bekerja di industri otomotif. Namun kenyataannya ternyata lulusan dari SMK N 8 Bandung dalam 3 tahun terakhir hanya terdapat 79% yang bekerja di industri otomotif, dan sisanya sebesar 21% bekerja diluar industri otomotif. Berdasarkan hal tersebut diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. salah satu caranya adalah dengan menyelenggarakan Praktik Kerja Industri. Praktik kerja Industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan untuk peserta didik yang dilaksanakan di luar sekolah (industri) yang telah disesuaikan dengan kebutuhan di dunia usaha dan industri (Hamalik, 2007). Pelaksanaan praktek kerja industri secara tidak langsung akan memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam bekerja. Pengalaman yang diperoleh pada saat melakukan praktik kerja industri secara tidak langsung akan mempercepat transisi siswa dari sekolah ke dunia industri. Praktik Kerja Industri dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Pengukuran ketercapaian keberhasilan praktik kerja industri dapat dilihat dari hasil akhir atau nilai akhir praktek kerja industri itu sendiri. Nilai akhir dari seluruh siswa di SMK Negeri 8 Bandung telah memenuhi kriteria di atas KKM sebanyak 461 siswa atau 93% dan yang belum memenuhi KKM sebanyak 32 siswa atau 7%. Hasil ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa telah berhasil melaksanakan praktek kerja industri karena telah mendapatkan nilai di atas KKM. Namun nilai akhir praktek kerja industri yang telah terpenuhi

201 ini tidak membuat siswa memiliki kriteria sebagai seorang teknisi otomotif, dikarenakan setiap teknisi otomotif mempunyai beberapa tingkatan atau level tertentu (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Setiap tingkatan seorang teknisi mempunyai Standar Kompetensi yang sudah diterapkan oleh masing-masing industri. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut, dibuat Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia atau yang biasa dikenal dengan SKKNI. SKKNI akan digunakan sebagai acuan dalam pembinaan, persiapan SDM yang berkualitas. Kompetensi yang diakui oleh seluruh pemangku kepentingan dan berlaku secara nasional di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. SKKNI adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara nasional. Standar tersebut adalah acuan yang dibuat oleh industri yang digunakan untuk menetapkan tingkat kemampuan yang efektif dalam perawatan dan peran di bengkel otomotif (Astra Honda Motor, 2004). Praktik kerja industri di SMK Negeri 8 Bandung nampaknya belum terlaksana sesuai dengan tuntutan SKKNI. Siswa yang kebanyakan sudah memenuhi nilai akhir praktik kerja industri dengan tapi lulusannya masih banyak yang bekerja di luar industri otomotif (Petrus, 2004), karena belum sesuai dengan kriteria sebagai seorang teknisi otomotif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan praktik kerja industri berdasarkan dengan tuntutan SKKNI; kriteria seorang pekerja teknisi otomotif siswa smk negeri 8 bandung; dan keterlaksanaan praktik kerja Industri siswa SMK untuk menjadi pekerja teknisi otomotif berdasarkan dengan tuntutan SKKNI. Praktik kerja industri merupakan bagian dari prorgram pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan sistim pendidikan di SMK. Program praktek kerja industri disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikjan SMK. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) akan digunakan sebagai acuan dalam pembinaan, persiapan SDM yang berkualitas, kompeten yang diakui oleh seluruh pemangku kepentingan (stake holder) dan berlaku secara nasional di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. SKKNI adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan

202 tertentu yang berlaku secara nasional. Standar tersebut adalah acuan yang dibuat oleh industri yang digunakan untuk menetapkan tingkat kemampuan yang efektif dalam perawatan dan peran di bengkel otomotif. Standar tersebut merupakan kerangka kerja yang sesuai dengan kebutuhan semua pihak yang terkait, pemerintah, industri, lembaga pelatihan dan peserta pelatihan. Agar lebuh berdaya guna dan sesuai adalah penting bahwa pelatihan dan penilaian yang berhubungan dengan standar tersebut dilaksanakan dalam suatu cara yang dapat memenuhi kebutuhan khusus dari industri dan peserta pelatihan. Melalui cara ini pelatihan yang sebenarnya dibutuhkan oleh industri akan tercapai. Terdapat juga beberapa kegunaan dari standar kompetensi, contohnya sebagai dasar untuk: menyusun uraian pekerjaan, mengembangkan program pelatihan dan sumber daya manusia, menilai unjuk kerja seseorang, dan akreditasi profesi di tempat kerja. Pengertian teknisi pada umumnya adalah seseorang yang menguasai bidang teknologi tertentu yang lebih banyak memahami teori bidang tersebut. Sedangkan otomotif adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang engine kendaraan bermotor seperti mobil dan motor. Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa teknisi otomotif adalah seseorang yang menguasai bidang otomotif dan banyak memahami teori mengenai engine kendaraan bermotor. Pekerjaan teknisi otomotif adalah suatu jenis kegiatan yang dilakukan oleh manusia berdasarkan bidang keahlian yang berhubungan dengan engine (Al-Qahhar, 2012). Artinya seorang teknisi otomotif harus mampu menguasai bidang keahlian otomotif. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif yaitu hasil penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis untuk mengambil kesimpulan. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, studi literatur, dan studi dokumentasi. serta observasi. Data yang terkumpul selanjutnya diuji validitas dan realibilitasnya. HASIL PENELITIAN Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII TSM SMK Negeri 8 Bandung, pengambilan data dilakukan dengan cara menyebar instrument penelitian yakni instrument

203 berupa angket mengenai keterlaksanaan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan SKKNI, dan sebuah lembar observasi untuk mengetahui kriteria siswa sebagai calon seorang pekerja teknisi otomotif. Proses pencarian data mengenai keterlaksanaan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan SKKNI. yang terdiri dari 47 item pernyataan kepada 51 siswa SMK Negeri 8 Bandung. Berikut gambaran mengenai keterlaksanaan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan SKKNI pada siswa kelas XII TSM SMK Negeri 8 Bandung. Tabel 3. Data Keterlaksanaan Praktek Kerja Industri berdasarkan Tuntutan SKKNI Rentang skor Kategori Frekuensi Persentase(%) 1,0-1,7 Tidak Baik 0 0% 1,8-2,5 Baik 3 6% 2,6-3,3 Baik 5 10% 3,4-4,1 Baik 30 59% 4,2 5,0 Sangat Baik 13 25% Jumlah 51 100 % Skor ideal rata-rata keterlaksanaan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan SKKNI yaitu sebesar 3,83 (Tabel 1). Data ini tergolong ke dalam kategori, jika dilihat pada tabel 4.3 ada 30 siswa tergolong kedalam kategori, hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas siswa kelas XII TSM di SMK Negeri 8 Bandung telah melaksanakan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan dari SKKNI dengan. Proses pencarian data mengenai kriteria siswa di SMK Negeri 8 Bandung sebagai pekerja teknisi otomotif peneliti menggunakan cara observasi langsung kepada 10 siswa menggunakan lembar standar kompetensi pekerjaan teknisi otomotif sikap yang terdiri dari 3 kriteria, yaitu teknisi tingkat III, tingkat II dan tingkat I. Bahwa dari 10 siswa yang sampelnya diambil dari 5 siswa dengan nilai tertinggi pada angket dan 5 siswa dengan nilai terendah pada angket (Tabel 2). Hasilnya menunjukan bahwa siswa masih berada pada kriteria sebanyak 6 orang pada tingkat teknisi junior dan 3 orang pada teknisi tingkat II, sedangkan untuk teknisi tingkat I atau senior belum ada siswa yang masuk dalam kategori.

204 Nama No Siswa Teknisi Tingkat III (Teknisi Junior) Tabel 2. Kriteria teknisi otomotif Teknisi Tingkat II Teknisi Tingkat I Teknisi Senior/Master Skor Persentasi Kriteria Skor Persentasi Kriteria Skor Persentasi Kriteria 1 X1 54 68% Baik 26 52% 20 40% 2 X2 50 63% Tidak 27 54% 16 20% 3 X3 47 58% 24 48% 18 36% 4 X4 50 63% 27 54% 22 44% 5 X5 57 71% Baik 24 48% 19 38% 6 X6 61 76% Baik 30 60% Cukp 24 48% 7 X7 64 80% Baik 34 68% Baik 25 50% 8 X8 64 80% Baik 37 74% Baik 28 56% 9 X9 65 81% Baik 39 78% Baik 29 58% 10 X10 49 61% 23 46% 16 32% PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada siswa SMK Negeri 8 Bandung tahun ajaran 2014/2015, dimana jumlah responden yang menggunakan angket sebanyak 51 siswa jurusan Teknik Sepeda Motor, sedangkan untuk observasi hanya di ambil 10 siswa dengan cara mengambil 5 nilai siswa tertinggi dan 5 siswa terendah. Pembahasan hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan pemahaman dari hasil yang diperoleh dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mencari data adalah angket dan observasi. Jumlah keseluruhan item untuk angket adalah sebanyak 47 item soal dengan 47 item, sedangkan untuk lembar observasi menggunakan tiga kriteria tingkatan standar kompetensi pekerjaan teknisi otomotif, yaitu teknisi tingkat III atau teknisi junior, teknisi tingkat II dan teknisi tingkat I atau teknisi Senior/master.

205 Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan Praktek Kerja Industri berdasarkan tuntutan SKKNI di kalangan siswa kelas XII TKR SMK Negeri 8 Bandung, dari 51 siswa didapat hasil sebanyak 3 siswa (6%) termasuk kedalam kategori kurang, 5 siswa (10%) termasuk kedalam kategori cukup, 30 siswa (59%) termasuk kedalam kategori dan 13 siswa (25%) termasuk kedalam kategori siswa sangat, jika dilihat dari rata-rata skor ideal yaitu sebesar 3,83 nilai tersebut termasuk kedalam kategori Data tersebut merupakan temuan yang menunjukkan sebagai gambaran atau tingkat keterlaksanaan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan SKKNI di kalangan siswa kelas XII TSM SMK Negeri 8 Bandung itu berada dalam kategori. Data diatas menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan SKKNI tergolong kedalam kategori. Artinya bahwa masih banyak siswa yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan ketika praktek industri berdasarkan tuntutan dari SKKNI. Terlaksananya tuntutan SKKNI pada praktek kerja industri secara ini menggambarkan bahwa siswa di SMK Negeri 8 Bandung khususnya jurusan Teknik Sepeda Motor selalu mengikuti aturan-aturan yang ada di industri. Tuntutan SKKNI ini diterapkan di industri tentunya bertujuan untuk menetapkan tingkat kemampuan yang efektif dalam perawatan dan peran di bengkel sepeda motor. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XII TSM SMKN 8 Bandung dari 10 siswa pada kriteria teknisi tingkat III atau teknisi junior didapat hasil sebanyak 6 siswa termasuk kedalam kategori (68%-84%), 4 siswa termasuk kedalam kategori cukup (52%-68%). Untuk teknisi tingkat II didapat hasil 4 siswa termasuk kedalam kategori siswa yang memiliki kategori (68%-84%), 4 siswa termasuk kedalam kategori cukup (52%-68%), dan 2 siswa berada dalam kategori kurang (36%-52%). Teknisi Tingkat I atau Teknisi senior/master didapat 2 siswa dalam kategori cukup (52%- 68%), 7 siswa dalam kategori kurang (36%-52%) dan 1 siswa dalam kategori tidak (20%-36%). Data tersebut merupakan temuan yang menunjukkan sebagai gambaran tingkat kemampuan atau kriteria seorang pekerja teknisi otomotif pada kalangan siswa kelas XII TSM SMK Negeri 8 bandung. Dari data tersebut menunjukan bahwa terdapat 6 siswa yang berkategori pada teknisi tingkat III atau teknisi junior, itu artinya siswa yang telah selesai melaksanakan praktek industri berdasarkan tuntutan SKKNI sudah bisa dikategorikan sebagai

206 teknisi junior, karena sebagian pekerjaan seorang teknisi junior sudah bisa dilakukan dengan oleh siswa. Untuk Teknisi tingkat II, hanya ada 3 orang yang memiliki kriteria, sisanya berada dalam kategori cukup sebanyak 4 siswa dan kurang sebanyak 3 siswa. Artinya hanya sebagian kecil yang memiliki kriteria sebagai teknisi tingkat II, dimana hal ini menunjukan bahwa untuk masuk kategori teknisi tingkat II, seorang siswa masih butuh banyak pengalaman untuk meningkatkan kemampuan dari teknisi tingkat III (Teknisi Junior). Sedangkan kategori Teknisi Tingkat I (senior/ master) belum ada siswa yang memiliki kriteria, hal ini bisa dimengerti karena untuk mencapai level ini butuh pengalaman yang cukup lama, karena jika hanya mengandalkan selama beberapa bulan ketika praktek industri tidak akan mampu mencapai kriteria Teknisi Senior ini. Hasil penelitian keterlaksanaan praktik kerja industri berdasarkan dengan tuntutan SKKNI adalah terlaksana dengan. Lalu dari terlaksananya SKKNI tersebut, dilakukan penelitian dengan cara observasi terhadap siswa yang bersangkutan dengan sejulah sampel sebanyak 10 siswa. Hasil ini menunjukan bahwa siswa yang telah melaksanakan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan SKKNI sudah memiliki kriteria sebagai Teknisi Tingkat III atau teknisi junior. Untuk teknisi tingkat II hanya sebagian yang memiliki kriteria, sedangkan untuk Teknisi tingkat III atau senior/master belum ada satupun siswa yang memiliki kriteria tersebut. Siswa yang telah melaksanakan praktek kerja industri dan sesuai dengan tuntutan SKKNI sudah layak menjadi seorang teknisi otomotif namun hanya pada tingkat III atau teknisijunior. Hal ini bisa terjadi karena standar kompetensi untuk teknisi tingkat III atau junior sudah siswa dapatkan dalam materi ketika mereka belajar dalam pembelajaran di kelas. Adapun beberapa standar kompetensi untuk teknisi tingkat III ini diantaranya adalah memahami nama, fungsi dan cara menggunakan alat tangan, alat ukur yang memang secara teori dan praktek sudah siswa dapatkan ketika mereka belajar di kelas. Selain itu beberapa standar kompetensi yang lain seperti fungsi dan cara kerja komponen sistem engine, powertrain, chasis dan kelistrikan pun sudah mereka dapatkan ketika pembelajaran d kelas. Berdasarkan hal tersebut maka sudah sepantasnya seorang siswa yang telah melaksanakan praktik kerja industri berdasarkan tuntutan SKKNI bisa memiliki kriteria sebagai seorang Teknisi Tingkat III atau seorang teknisi junior.

207 Siswa yang memiliki kriteria sebagai teknisi tingkat II dalam penelitian ini dimiliki oleh 3 orang, sedangkan sisanya sebanyak 7 siswa belum memiliki kriteria sebagai teknisi tingkat II. Adapun standar kompetensi pada teknisi tingkat II ini diantaranya adalah menguasai karakteristik kerja komponen dan sistem pada engine, powertrain, chasis dan electrical, memahami hubungan kerja antara sistem-sistem tersebut, mampu menganalisa kerusakan pada komponen, mampu membedakan peralatan dan komponen yang asli dan palsu,serta mampu merawat dan memperi sistem atau komponen elektronik dengan benar. Beberapa standar kompetensi tersebut tidak siswa dapatkan di kelas sebelumnya, dikarenakan standar kompetensi untuk seorang teknisi tingkat II ini adalah pengembangan dari beberapa mata pelajaran yang telah didapatkan di kelas. Oleh karena itu sebagian siswa belum memiliki kriteria sebagai seorang teknisi tingkat II, sedangkan beberapa siswa yang memiliki kriteria tersebut bisa disebabkan mereka lebih mendalami kegiatan kerja di bengkel di luar pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah. Teknisi tingkat I atau teknisi senior/master tidak bisa didapatkan hanya dari pengalaman d sekolah dan praktek kerja industri, walaupun sudah sesuai dengan tuntutan dari SKKNI. Hal ini disebabkan standar kompetensi untuk Teknisi Tingkat I atau Teknisi Senior/master bukan lagi yang siswa dapatkan di sekolah ataupun selama praktek industri. Salah satu contoh standar kompetensi pada teknisi tingkat I ini adalah menguasai perkembangan teknologi bidang otomotif, mampu beradaptasi dengan teknologi baru pada semua sistem, mampu mencari solusi pemecahan dari permasalahan yang timbul, mampu menganalisa gangguan pada sistem dan menemukannya secara sistematis, mampu memodifikasi komponen atau sistem yang sesuai dan dapat menyusun langkah yang efektif untuk melakukan pekerjaan baru dan solusi yang baru. Beberapa dari standar kompetensi tingkat I atau teknisi senior/master ini tentu saja tidak mudah dimiliki oleh siswa yang hanya telah melaksanakan praktek kerja sesuai tuntutan SKKNI. Karena untuk mempunyai standar kompetensi teknisi tingkat senior atau master ini yaitu dengan memiliki pengalaman kerja sebagai seorang teknisi di bengkel dengan kurun waktu yang cukup lama dan telah mengikuti beberapa training yang diadakan oleh industri tersebut. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang telah melaksanakan praktek industri dan sesuai dengan SKKNI dengan sekalipun belum cukup untuk memiliki kriteria sebagai seorang teknisi tingkat I atau teknisi senior/master.

208 Kompetensi teknisi ditampilkan dalam tiga hal yang terkait antara satu dengan yang lainnya yaitu: knowledge (pengetahuan), skill (kemampuan), dan attitude (sikap dan etos kerja) (Shinduwinata, 2001). Ketiga komponen teknisi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa level teknisi dengan tuntutan kemampuan yang bervariasi untuk melakukan pekerjaan yang dihadapi di bengkel. Hasil penelitian ini sesuai dengan pengklasifikasian Badan Pusat Statistik (2002), bahwa kriteria utama dalam pengklasifikasian jenis pekerjaan dalam golongan pokok adalah tingkat keahlian. Sedangkan untuk golongan, subgolongan, kelompok dan jenis pekerjaan dibedakan berdasarkan kriteria spesialisasi keahlian dengan interpretasi secara luwes. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini yaitu: mayoritas siswa kelas XII TSM di SMK Negeri 8 Bandung telah melaksanakan praktek kerja industri berdasarkan tuntutan dari SKKNI dengan. Pekerjaan teknisi otomotif terdiri dari tiga tingkatan, yaitu Teknisi Tingkat III atau teknisi junior, teknisi tingkat II dan teknisi tingkat I atau teknisi senior/master. Keterlaksanaan praktek kerja industri untuk menjadi seorang pekerja teknisi otomotif berdasarkan tuntutan SKKNI hanya mampu mencapai kategori teknisi tingkat III atau pemula. Untuk teknisi tingkat II dan Tingkat I atau senior/master diperlukan pengalaman lebih lama sebagai teknisi serta training dari pihak industri tersendiri. DAFTAR PUSTAKA Al-Qahhar, R. S. (2012). Klasifikasi dan Pengertian Pekerjaan. [Online]. Tersedia: http://bloggercompecintabahasa.blogspot.com/2012/09/klasifikasi-dan-pengertianpekerjaan.html. [9 Juli 2013]. Astra Honda Motor. (2004). Team AHASS. Jakarta: PT. Astra Honda Motor. Badan Pusat Statistik. (2002). Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI). Jakarta: CV. Nario Sari. Hamalik, O. (2007). Praktek Kerja Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Petrus, E. (2004). Menyiasati praktek kerja industri untuk sekolah menengah kejuruan. Bandung: CV moefh Design

209 Sindhuwinata, G. (2001). Peran Bengkel Otomotif Terhadap Sistem Transportasi Nasional yang Aman. Bandung: Indomobil Grup. Sudjana, N. dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.