BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. wadah negara kesatuan RI yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedikit mirip dengan negara serikat/federal 1. Namun terdapat perbedaanperbedaan

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

A. Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

APA ITU DAERAH OTONOM?

I. PENDAHULUAN. wilayah negara Indonesia dibagi atas daerah pusat dan daerah dengan mengingat

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK RESTORAN DI DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SIDOARJO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan/atau

I. PENDAHULUAN. Strategi pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam rangka memacu dan mempercepat

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang luas, nyata dan bertanggung jawab Kepada Daerah secara profesional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 34 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 34 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR :. 09 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

P E R A T U R A N D A E R A H

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah atas dasar. desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang ada di Indonesia merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik materiil maupun spiritual sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan itu sendiri ditentukan oleh pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam secara baik dengan dana yang cukup besar. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai subsistem pemerintah negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggung jawaban kepada masyarakat. Mengingat luasnya kewenangan daerah dalam pemerintahan, maka pada masa yang akan datang, daerah dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih besar dari kemampuan yang dimiliki saat ini. Kemampuan tersebut mencakup kemampuan berbagai bidang pemerintahan, termasuk bidang kelembagaan, personil, keuangan, peralatan dan sebagainya. Oleh karena itu, yang

seharusnya dilakukan Pemerintahan Daerah adalah meningkatkan kualitas kelembagaan agar mampu melaksanakan peranannya dengan maksimal, efektif, efisien dan akuntabel. Sesuai dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR1999 tentang Garis Besar Haluan Negara, bahwa kebijakan umum pembagian daerah diarahkan pada upaya untuk bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat. kebijakan umum lainnya diarahkan pada upaya mempercepat pembangunan daerah yang efektif dan kuat dengan memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Otonomi daerah telah melalui perjalanan panjang, sejak di kumandangkannya proklamasi kemerdekaan republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, ketentuan yang mengatur Otonomi Daerah telah termuat dalam UUD 1945 Pasal 18. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan Perundang-Undangan yang mengatur penyelenggaraan Pemerintah didaerah yaitu, UU No.1 Tahun 1957, yang disempurnakan dengan Penetapan Presiden No.6 Tahun 1959, kemudian diganti dengan Penetapan Presiden No.2 Tahun 1960, lalu berganti menjadi Penetapan Presiden No. 7 Tahun 1965, yang disempurnakan melalui UU No. 18 Tahun 1965, dan berganti menjadi UU No. 5 Tahun 1974, dan yang terakhir adalah UU. No 22 Tahun 1999. Kesemuanya membahas tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Peraturan Perundang-undangan yang mengatur Pajak Daerah yaitu UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lalu kemudian digantikan oleh Undang-undang No. 34 Tahun 2000. Kemudian mengalami

perubahan menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah. Undang-undang pajak daerah terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan hingga sekarang, Undang-undang yang digunakan adalah Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan secara utuh pada daerah Kabupaten dan Daerah Kota, yang diselenggarakan atas dasar Otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Dengan demikian Daerah Kabupaten dan kota memiliki kewengangan yang utuh kecuali dibidang Pertahanan, Keamanan, Peradilan, Politik Luar Negeri dan Moneter serta kewenangan lainya yang diatur oleh Peraturan Perundangan yang tinggi. Perubahan sistem pemerintahan daerah selalu mengikuti perubahan sistem politik. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya dengan memberi kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan Ketetapan MPR RI No. XV/MPR/1998 : "Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta pertimbangan keuangan pusat dan daerah". Oleh karena itu untuk mendukung penyelengaraan otonomi daerah diperlukan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pembangunan, maka pemerintah suatu negara pada hakekatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi alokasi yang meliputi, antara lain, sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat. Fungsi distribusi meliputi antara lain, pertahanan-keamanan, ekonomi dan moneter. Namun dalam pelaksanaan perlu diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda dari masing-masing wilayah. Dengan demikian, pembagian ketiga fungsi dimaksudkan sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar - dasar perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Salah satu faktor determinan kunci dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah tersedianya sumber-sumber penerimaan keuangan daerah yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan otonomi daerah. Kemampuan keuangan pemerintah daerah akan menentukan kapasitas pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintah yaitu melaksanakan pelayanan publik (publik service function), dan melaksanakan pembangunan (development function). Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, yang diharapkan dapat membantu pembiayaan daerah untuk melaksanakan otonominya, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri disamping penerimaan yang berasal dari pemerintah berupa subsidi / bantuan. Sumber pajak daerah tersebut diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan daerah untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat. Kemampuan pajak daerah yang dimilki setiap daerah merupakan salah satu indikator kesiapan pemerintah daerah dalam berotonomi daerah. Oleh

karena itu perolehan pajak daerah diarahkan untuk meningkatakan PAD yang digunakan untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang secara konseptual diharapkan memiliki kemampuan nyata dan bertanggung jawab. Tuntunan kemampuan nyata ini diharapkan bersumber dari kemampuan menyiasati penerimaan pajak daerah melalui upaya-upaya yang dapat dilakukan sehingga terjadi peningkatan dari waktu kewaktu. Kabupaten Tana Toraja sebagai daerah otonomi dalam melaksanakan pembangunan, menganut azas desentralisasi yang diwujudkan dalam bentuk prakarsa, baik dalam menentukan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan segi pembiayaan maupun perangkat pelaksanaannya. Apabila dilihat dari segi penerimaan pajak daerah di Kabupaten Tana Toraja dalam rangka pemanfaatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah untuk melaksanakan Otonomi Daerah masih mengalami kendala utama khususnya dalam menggali Pendapatan Asli Daerah melalui Pajak Hotel dan Restoran. Kabupaten Tana Toraja sebagai objek penelitian memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Selain menghasilkan Kopi, cengkeh dan coklat, Kabupaten Tana Toraja memiliki alam dengan panorama yang masih asri dan wisata budayanya yang tersohor. Keistimewaan Kabupaten Tana Toraja sebagai tempat wisata, mampu ditangkap oleh pemerintah daerah setempat. Hal ini ditandai dengan mulai banyaknya hotel yang dibangun, berdirinya restoran yang menyediakan makanan dan minuman bagi wisatawan dan warga lokal. Salah satu pajak yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan penerimaannya adalah Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Dari pengalaman selama ini Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tana Toraja memiliki kinerja yang kurang baik dalam tiga tahun terakhir.

Berikut adalah gambaran kontribusi penerimaan pajak hotel dan pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). TABEL 1.1 Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007-2011 Tahun Anggaran Realisasi Pajak Hotel (Rp) Realisasi Pajak Restoran (Rp) Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Rp) Kontribusi Pajak Hotel Terhadap PAD (%) Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD (%) 2007 125.797.627,00 153.294.960,00 2.025.869.477,00 6,21 7,57 2008 186.073.180,00 214.284.718,00 2.148.471.095,00 8,66 9,97 2009 71.912.545,00 124.598.238,00 1.788.539.524,00 4,02 6,97 2010 63.429.997,00 146.720.427,00 1.811.302.161,00 3,50 8,10 2011 121.185.644,00 196.415.979,00 4.017.630.851,00 3,01 4,89 Sumber : Data SKPD Dispenda Kab. Tana Toraja 2012 (Data Diolah) Berdasarkan tabel 1.3 diatas terlihat bahwa Kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran masih sangat minim. Ini dapat dilihat dari lima tahun terakhir persentase kontribusi pajak hotel dan restoran rata-rata hanya dibawa 10%. Pada tahun 2007, kontribusi pajak hotel sebesar 6,21% dan pajak restoran sebesar 7,57%. Pada tahun 2008, kontribusi pajak hotel dan pajak restoran mengalami peningkatan sebesar 8,66% dan 9,97%. Tetapi pada tahun 2009-2011 kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terus mengalami penurunan. Hingga pada tahun 2011, kontribusi pajak hotel dan pajak restoran hanya sebesar 3,01% dan 4,89%. Padahal jika dilihat dari jumlah hotel/penginapan yang sebanyak 13 buah dan restoran/rumah makan yang berjumlah 19 buah yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja pada dasarnya cukup memberi kontribusi terhadap pendapatan dan penerimaan pajak daerah. Namun karena belum dikelolah secara memadai baik

dari perhitungan potensi yang dimiliki, prosedur pemungutan, serta sistem pengawasan terhadap pemungutan Pajak Hotel dan Restoran itu sendiri maka pendapatan dan penerimaan yang diperoleh kurang sesuai dengan potensi yang ada. Selain itu, aturan yang mengatur Pajak Daerah dan ketetapan pajak selama ini belum disesuaikan dengan keadaan Pajak Daerah dan sistem pemungutan pajaknya, sehingga nampak pelaksanaannya belum mampu memberi kontribusi yang diharapkan khususnya dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Di Kabupaten Tana Toraja terdapat perda yang mengatur mengenai pajak hotel dan pajak restoran yaitu Peraturan Daerah Tana Toraja No. 3 Tahun 2011 mengenai Pajak Daerah Tana Toraja. Namun dalam pelaksanaannya perda ini belum diterapkan secara nyata di lapangan. Hal ini juga yang membuat pemungutan pajak hotel dan restoran berjalan tidak maksimal. Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja perlu memikirkan secara serius masalah-masalah yang erat hubungannya dengan pajak hotel dan restoran, dan berusaha melakukan upaya demi meningkatkan penerimaan pajak sehingga pajak hotel dan restoran dapat memberi kontribusi yang besar dalam meningkatkan Pajak Daerah secara khusus dan pendapatan asli daerah secara umum. Dari uraian masalah diatas maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul "Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tana Toraja.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan terlebih dahulu, maka penulis mengemukakan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Seberapa besar kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah tahun anggaran 2007-2011? 2. Sejauh mana sistem pengawasan dan potensi yang ada untuk meningkatkan pajak hotel dan restoran di Kab. Tana Toraja tahun anggaran 2007-2011? 3. Bagaimana sistem dan prosedur pemungutan pajak hotel dan restoran yang ada untuk meningkatkan pajak hotel dan restoran di Kab. Tana Toraja tahun anggaran 2007-2011? 4. Apakah pelaksanaan pemungutan pajak hotel dan restoran di Kab. Tana Toraja telah sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009, Perda Tana Toraja No. 3 Tahun 2011? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah tahun anggaran 2007-2011 2. Untuk mengetahui sejauh mana sistem pengawasan dan potensi yang ada untuk meningkatkan pajak hotel dan restoran di Kab. Tana Toraja tahun anggaran 2007-2011. 3. Untuk mengetahui bagaimana sistem dan prosedur pemungutan pajak hotel dan restoran yang ada untuk meningkatkan pajak hotel dan restoran di Kab. Tana Toraja tahun anggaran 2007-2011.

4. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pemungutan pajak hotel dan restoran di Kab. Tana Toraja telah sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009, dan Perda Tana Toraja No. 3 Tahun 2011. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah : 1. Manfaat Akademik Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana mengoptimalisasikan pajak daerah secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah. 2. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada aparat Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah BPPKAD Kabupaten Tana Toraja untuk meningkatkan pemungutan serta pengelolahan pajak daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah. 1.5 Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Berisikan kajian pustaka yang berkaitan dengan pengertian kontribusi, pengertian pajak, pajak daerah, potensi pajak daerah, pajak hotel, pajak restoran, pengertian pengawasan, dan pengertian pendapatan asli daerah (PAD).

BAB 3 METODE PENELITIAN Berisikan mengenai lokasi dan waktu Penelitian, populasi penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis data, dan unit analisis dan unit observasi. BAB 4 GAMBARAN UMUM INSTANSI Berisikan mengenai Keadaan geografis Kabupaten Tana Toraja, sejarah terbentuknya BPPKAD, visi dan misi BPPKAD, struktur organisasi BPPKAD,rincian tugas, fungsi dan tata kerja kepala badan, sekretaris, kepala bidang, kepala sub bagian dan kepala sub bidang pada BPPKAD. BAB 5 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Berisikan mengenai potensi pajak hotel dan pajak restoran di Kab. Tana Toraja, Kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kab. Tana Toraja, sistem dan prosedur pemungutan pajak hotel dan pajak restoran di Kab. Tana Toraja, ketentuan penetapan perundangundangan tentang pajak hotel dan restoran Kab. Tana Toraja dan pelaksanaannya, sistem pengawasan pajak hotel dan pajak restoran, kuantitas dan kualitas pegawai pajak BPPKAD, dan kendala-kendala pemungutan pemungutan pajak hotel dan restoran dan upaya peningkatan kontribusi pajak hotel dan restoran. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan yang diperoleh dari proses merangkum hasil penelitian, saran yang memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang ditulis dengan hasil atau simpulan itu sendiri baik secara praktis, teoritis dan metodologis, serta keterbatasan penelitian.