BAB I PENDAHULUAN. berkembang serta mampu menghadapi persaingan. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri disebut profitabilitas (Sartono,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perusahaan yang menjadi obyek penelitian dalam skripsi ini adalah

METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu kegiatan yang menggunakan metode yang. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini sampel dan data penelitian diambil dari perusahaan

III METODE PENELITIAN. ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yaitu metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

: NOVIA RAMADHANY NPM : DOSEN PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE SE., MMSI

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia dari tahun Daftar perusahaan ritel didapat dari sahamok.com

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (BEI). S edangkan waktu yang digunakan dalam melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. B. Teknik Pengambilan Sampel dan Populasi. manufaktur. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, ada

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia pada periode Perusahaan yang menjadi objek juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian Kepustakaan (library research) adalah metode penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba. Dalam penelitian ini

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

Daftar Populasi Sampel Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI selama Periode Populasi Kode Nama Perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode melalui website :

BAB III METODE PENELITIAN. riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. tahun 2009 sampai Dalam penelitian ini, pengambilan sampel

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di

BAB III METODE PENELITIAN. sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode Hal-hal

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini perusahaan-perusahaan pada sektor manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi di pasar modal agar bisa mengambil keputusan tentang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang ditunjukkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia situs

BAB II URAIAN TEORETIS. Berdasarkan penelitian dengan metode analisis regresi linier berganda

BAB III METODE PENELITIAN. BRI Syariah, dan Syariah Mandiri) di Indonesia periode

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Perumnas Simalingkar Medan, Telp/Fax (061)

Adapun kriteria perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 2 variabel atau lebih dengan mencari pengaruh variabel independen terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia melalui internet ( Perusahaan yang. Efek Indonesia periode tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif deskriptif. Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN sampai dengan Waktu penelitian dimulai bulan April sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui website resmi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

III. METODE PENELITIAN. Indonesia periode Penelitian ini menggunakan PBV, ROE, dan PER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan melalui internet financial reporting.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas, grwoth, media

I. PENDAHULUAN. Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu kegiatan yang menggunakan metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. tanggal 31 Desember 2008, 2009, 2010, 2011 dan Sumber data dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan sektor farmasi yang Listing di Bursa Efek

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Perputaran Piutang Dan Perputaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas

BAB III METODE PENELITIAN. profitabilitas serta laporan keuangan perusahan Food And Beverages tahun

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Semua hasil kegiatan dari perusahaan diringkas. didalamnya. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan laporan keuangan (annual report) kepada publik periode 2013

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang pertambangan. Perusahaan yang terdaftar

Contoh Simulasi Analisis Regresi Berganda dengan SPSS

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampoerna, Tbk dengan data laporan keuangan selama 5 tahun terhitung

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan

Analisis Pengaruh Cash Turnover, Receivable Turnover,

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN. Setelah melalui berbagai tahapan penelitian yang telah direncanakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

penelitian dengan judul : Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Cash Divident Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada BPR yang ada di Propinsi Riau, baik yang berbentuk

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun kuantitatif berupa laporan keuangan dan annual report yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha untuk mencapai laba yang optimal dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Laba penting bagi perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, tumbuh dan berkembang serta mampu menghadapi persaingan. Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri disebut profitabilitas (Sartono, 2001:122). Profitabilitas ini penting bagi perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan itu sendiri, apakah memenuhi target atau tidak. Sedangkan bagi pihak luar, khususnya bagi investor, profitabilitas diperlukan sebagai tolok ukur apakah layak sebagai suatu portofolio investasi atau tidak. Daya untuk menghasilkan laba atas total aktiva atau earning power menurut Van Horne dan Wachowicz (2005), mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Dari earning power juga dapat diketahui apakah perusahaan selama suatu periode tertentu telah menggunakan aktivanya secara efektif atau tidak (Kuswadi, 2004:193). Riyanto (2001) serta Martono dan Harjito (2001) menyebut earning power dengan rentabilitas, yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Atau dengan kata lain rentabilitas

adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto, 1993:28). Earning power penting karena mengatasi dua kelemahan yang terdapat pada rasio margin laba bersih (net profit margin) yang tidak memperhitungkan penggunaan aktiva dan rasio perputaran total aktiva yang tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan (Van Horne dan Wachowicz, 2005:225). Riyanto (1993) mengemukakan bahwa masalah rentabilitas (earning power) bagi perusahaan adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya (earning power). Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya (earning power). Berhubung dengan itu, maka bagi perusahaan pada umumnya lebih mengarahkan usahanya untuk mendapatkan titik rentabilitas (earning power) maksimal daripada laba maksimal (Riyanto, 1993:29). Rasio yang mengukur tingkat efektifitas dan efisienitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya adalah rasio aktivitas. Rasio aktivitas mengukur keefektivitasan perusahaan dalam mengelola aktivanya (Martono dan Harjito, 2001:56,59). Rasio aktivitas yang umum digunakan adalah rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio), rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio), dan perputaran total aktiva (total assets turnover ratio).

Perusahaan hendaknya mengelola piutangnya untuk meningkatkan profitabilitas secara efektif. Rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio) membandingkan antara penjualan kredit dengan piutang perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa kali piutang usaha perusahaan telah berputar menjadi kas selama periode tertentu. Semakin tinggi perputaran, semakin pendek waktu antara penjualan kredit dengan penagihan tunainya. Perbandingan antara harga pokok penjualan dengan persediaan disebut rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio). Rasio ini menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam mengelola persediaannya. Perputaran persediaan yang relatif pelan sering kali merupakan tanda dari barang persediaan yang berlebih, jarang digunakan atau tidak terpakai dalam persediaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005). Apabila produksi perusahaan merupakan produk yang mempunyai waktu kadaluarsa, seperti obat-obatan, maka tingkat perputaran persediaan merupakan hal yang krusial untuk menjaga mutu produk ketika disalurkan. Hubungan antara penjualan bersih dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan merupakan rasio perputaran total aktiva (total assets turnover). Nilai rasio perputaran total aktiva memberitahu kita efisiensi relatif penggunaan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan (Van Horne dan Wachowicz, 2005). Perusahaan farmasi merupakan perusahaan yang memproduksi obatobatan dan peralatan untuk keperluan analisis kimia. Perusahaan farmasi merupakan bagian dari perusahaan manufaktur dan termasuk ke dalam industri barang konsumsi. Skala produksinya yang luas memerlukan kinerja manajerial

yang efektif dan efisien, terutama kinerja manajemen keuangannya dalam mengelola aktiva yang dimiliki. Pengelolaan aktiva yang efisien dan efektif ini akan meningkatkan nilai dan kapabilitas perusahaan. Tabel 1.1 Kondisi Rasio Aktivitas dan Earning Power Perusahaan Farmasi Tahun 2005-2008 Nama Perusahaan Tahun Receivable Turnover Ratio Inventory Turnover Ratio Total Assets Turnover Ratio Earning Power PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) PT. Pyridam Farma Tbk. (PYFA) PT. Shcering Plough Indonesia Tbk. (SCPI) PT. Tempo Scan Pasific Tbk. (TSPC) 2005 3,73 x 2,70 x 0,98 x 12,98 % 2006 3,61 x 2,99 x 1,03 x 9,38 % 2007 3,58 x 2, 48 x 0,88 x 8,88 % 2008 3,72 x 3,38 x 0,87 x 11,05 % 2005 4,72 x 2,08 x 0,52 x 1,74 % 2006 4,71 x 2,31 x 0,74 x 2,09 % 2007 5,09 x 2,44 x 0,91 x 1,83 % 2008 6,06 x 2,32 x 1,21 x 2,34 % 2005 5,34 x 3,61 x 1,79 x -1,16 % 2006 13,40 x 1,18 x 1, 25 x -2,52 % 2007 3,75 x 1,53 x 1,32 x 1,99 % 2008 4,14 x 1,11 x 1,02 x 3,31 % 2005 10,57 x 4,04 x 1,06 x 12,90 % 2006 10,44 x 4,27 x 1,10 x 11,34 % 2007 9,06 x 4,28 x 1,13 x 10,42 % 2008 9,29 x 3,98 x 1,22 x 10,97 % Sumber: www.idx.co.id (diolah, 2010) Dari data perusahaan farmasi periode 2005-2008 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di atas, terlihat adanya fluktuasi rasio-rasio aktivitas dan earning power. Seperti pada PT. Pyridam Farma Tbk., dimana nilai total assets turnover ratio meningkat dari tahun 2005-2008, tetapi nilai earning power berfluktuatif. Sedangkan pada PT. Tempo Scan Pasific Tbk. nilai earning power cenderung menurun dari tahun 2005-2008, tetapi nilai rasio perputaran persediaan dan total aktiva meningkat.

Hal di atas bertentangan dengan tulisan Van Horne dan Wachowicz (2005,225) yang mengemukakan bahwa peningkatan dalam earning power perusahaan akan terjadi jika terdapat peningkatan dalam perputaran aktiva. Hal itu juga bertentangan dengan pendapat Syahyunan (2003) yang menyatakan bahwa kemampuan perusahaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara efektif, akan meningkatkan penjualan dan keuntungan yang relatif baik, rasiorasio aktivitas yang baik akan membuat perusahaan memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan keuntungan. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh nilai rasio aktivitas terhadap earning power pada Perusahaan Farmasi di Bursa efek Indonesia dengan judul : Analisis Pengaruh Receivable Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio, dan Total Assets Turnover Ratio terhadap Earning Power pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah receivable turnover ratio, inventory turnover ratio, dan total assets turnover ratio mempengaruhi earning power pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia. C. Kerangka Konseptual Peningkatan daya untuk menghasilkan laba atau kemampulabaan (earning power) akan terjadi jika terdapat peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam margin laba bersih, atau keduanya (Van Horne dan

Wachowicz, 2005:225). Rentabilitas atau kemampulabaan (earning power) suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Riyanto, 1993:28). Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung earning power-nya (Riyanto, 1993). Receivable turnover ratio mempengaruhi earning power. Jika tingkat laba bersih tertentu dapat dipertahankan dengan menggunakan lebih sedikit uang yang diinvestasikan dalam bentuk piutang, maka perputaran total aktiva akan membaik yang bermakna semakin efisien aktiva yang digunakan untuk menghasilkan penjualan, yang lebih jauh lagi berarti semakin baik juga earning power. Hal ini diperkuat oleh penelitian Gunarto (2007) dan Susani (2005). Faktor lain yang mempengaruhi earning power adalah inventory turnover ratio. Menurut Maness (1988), nilai inventory turnover ratio yang besar mengindikasikan terlalu sedikitnya pengaruh persediaan (inventory) terhadap penjualan dan besarnya kemungkinan kehilangan penjualan, yang berarti akan menurunkan profit perusahaan. Sebaliknya, nilai inventory turnover ratio yang kecil menunjukkan terlalu banyak investasi yang digunakan dalam bentuk persediaan (inventory), sehingga kurang efektif. Total assets turnover ratio mempengaruhi earning power secara langsung (Nainggolan, 2007). Nilai rasio ini mengindikasikan bahwa setiap jumlah tertentu

penjualan dihasilkan oleh setiap rupiah aktiva yang diinvestasikan atau bisa juga menunjukkan berapa kali aktiva berputar setiap periodenya. Semakin sedikit investasi dalam bentuk aktiva yang digunakan untuk menghasilkan tingkat penjualan yang sama akan meningkatkan earning power. Dengan penjelasan di atas, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Receivable Turnover (X1) Inventory Turnover (X2) Earning Power (Y) Total Assets Turnover Ratio (X3) Gambar 1. Kerangka Konseptual Sumber: Nainggolan (2007), (dimodifikasi, 2010) D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang ditetapkan, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: Receivable turnover ratio, inventory turnover ratio, dan total assets turnover ratio mempengaruhi earning power pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh account receivable turnover ratio, inventory

turnover ratio, dan total assets turnover ratio terhadap earning power pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Penelitian A. Bagi Perusahaan Sebagai tambahan informasi tentang pengaruh rasio aktivitas terhadap profitabilitas perusahaan, khususnya earning power, untuk pengambilan keputusan di masa depan. B. Bagi Pihak Lain Sebagai informasi tambahan dan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh rasio aktivitas terhadap tingkat kemampulabaan (earning power). C. Bagi Penulis Sebagai penambah ilmu dan pengetahuan serta wawasan juga hasil penerapan ilmu tentang pengaruh rasio aktivitas terhadap tingkat kemampulabaan (earning power). F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan penelitian yang dianalisis hanya terbatas pada rasio aktivitas, yaitu Receivable Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio, Total Assets Turnover Ratio sebagai variabel bebas (X1, X2, X3) dan Earning Power sebagai variabel terikat (Y).

2. Defenisi Operasional a. Earning Power sebagai variabel terikat (Y) mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut (Martono dan Harjito, 2001:61), diukur dengan rumus sebagai berikut (Van Horne dan Wachowicz, 2005:226): Earning Power = Profitabilitas Penjualan X Efisiensi Aktiva b. Receivable Turnover Ratio sebagai variabel bebas pertama (X1) menunjukkan wawasan tentang kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam mengumpulkan piutang tersebut (Martono dan Harjito, 2001:56), diukur dengan rumus: Receivable Turnover = Credit Sales Accounts Receivable c. Inventory Turnover Ratio sebagai variabel bebas kedua (X2) menunjukkan efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan (Martono dan Harjito, 2001:57), diukur dengan rumus: Inventory Turnover = Cost of Goods Sold Inventory d. Total Assets Turnover Ratio sebagai variabel bebas ketiga (X3) menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba, dapat diukur dengan: TATO = Sales Total Assets 3. Populasi dan Data Penelitian

Menurut Cooper dan Schindler (2001), populasi adalah keseluruhan elemen yang akan diteliti dan ditarik simpulan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia, yaitu sebanyak 9 perusahaan. Penarikan data penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode target population, yaitu sebuah elemen atau obyek yang berisi informasi yang diperlukan dalam penelitian (Maholtra, 2004). Adapun kriteria target population dalam menentukan data penelitian adalah: a. Perusahaaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2003 sampai sekarang dan terus listing (tidak di-suspend). b. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tiap akhir tahun yang lengkap dan mempublikasikannya di tahun 2003-2009. Tabel 1.2 Penarikan Data Penelitian No. Kriteria Jumlah 1. Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 9 2. Perusahaan yang di-suspend tanggal 17 September 2009 (PT. Taisho (1) Pharmaceutical Indonesia, Tbk) Perusahaan yang diteliti 8 Dari kriteria di atas, maka perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan data penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 1.3 Perusahaan yang Diteliti No. Kode Emiten Nama Emiten 1. DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk.

2. INAF PT. Indo Farma Tbk. 3. KAEF PT. Kimia Farma Tbk. 4. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 5. MERK PT. Merck Inc. 6. PYFA PT. Pyridam Farma Tbk. 7. SCPI PT. Shcering Plough Indonesia Tbk. 8. TSPC PT. Tempo Scan Pasific Tbk. Sumber: www.idx.co.id (diolah, 2010) 4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari 2010 sampai dengan Mei 2010. 5. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang diperoleh melalui media internet, yang bersumber dari website www.idx.co.id, studi dokumentasi, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi dokumentasi, yaitu dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan yang dipublikasikan melalui media internet serta sumber-sumber lain yang berhubungan. 7. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Merupakan analisis yang digunakan dengan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas

melalui pengumpulan, penyusunan, dan analisis data, sehingga diketahui gambaran umum perusahaan. Dilakukan dengan menghitung masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan rumus yang telah dikemukakan sebelumnya. b. Analisis Regresi Linear Berganda Model analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi linear berganda dengan formulasi sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e Keterangan: Y = earning power a = konstanta b 1,3 X X X 1 2 3 = koefien regresi = Receivable Turnover = Inventory Turnover = Total Assets Turnover e = Standard error Data diolah dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS for Windows versi 17.0. c. Pengujian Asumsi Klasik Model analisis regresi berganda di atas harus memenuhi syarat asumsi klasik sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model

yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dapat dilakukan melalui analisis Kolmogorov-Smirnov. Apabila diperoleh nilai sig. Uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 maka data dinyatakan normal (Ghozali, 2001). 2. Uji Multikolinieritas Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linear antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya kolonieritas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar variabel bebas dan apabila korelasinya tinggi (lebih besar dari 0,8) maka antar variabel bebas tersebut terjadi multikolinieritas. Cara lain untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) yaitu (Ghozali, 2001:56): a. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolineraitas pada penelitian tersebut. b. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut. 3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisistas adalah adanya varians variable dalam model regresi yang tidak sama (konstan). Pada suatu model regresi yang baik adalah berkondisi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Salah satu cara untuk

mendiagnosa adanya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan melihat Grafik Plot antara nilai perdiksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Adapun dasar analisis dengan melihat Grafik Plot adalah sebagai berikut (Ghozali, 2001:71): a. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka menunjukkan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan, menurut waktu (data time series), atau ruang (data cross section). Beberapa faktor yang menyebabkan adanya autokorelasi adalah tidak dimasukkannya variabel bebas yang lain, misalnya pada suatu model regresi yang seharusnya model tersebut terdiri dari empat variabel bebas dan satu variabel terikat, dalam pembuatan model dimasukkan dua variabel bebas. Pengujian terhadap autokorelasi dapat dilakukan dengan uji statistik Durbin-Watson. Kriteria pengambilan keputusan dapa dilihat pada tabel. Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < dw < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl dw du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 dl < dw < 4 dl Tidak ada korelasi negatif No decision 4 du dw 4 dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < dw < 4 - du Sumber: Ghozali (2001:96) Keterangan: dw = du = dl = durbin watson batas atas batas bawah d. Uji Hipotesis 1. Uji F atau Uji Simultan Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat (Y), yaitu dengan membandingkan antara nilai kritis F (F tabel ) dengan nilai F hitung (F Rasio) yang terdapat dalam tabel Analysis of Variance dari hasil perhitungan (Ghozali, 2001): - Jika Fhitung F tabel atau sig.f α pada α = 5%, maka terima hipotesis nol (H 0 ), artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel terikat. - Jika Fhitung > F tabel atau sig.f < α pada α = 5%, maka menolak hipotesis nol (H 0 ), dan menerima hipotesis alternatif (Ha), artinya secara simultan dapat dibuktikan bahwa semua variabel bebas berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel terikat. 2. Uji t atau Uji Parsial Uji t digunakan untuk menentukan apakah variabel bebas (X) berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat (Y). Pengujian ini

dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai t tabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. - Jika ttabel t hitung t tabel, atau sig.t α pada α = 5%, maka terima hipotesis nol (H 0 ), artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai variabel terikat. - Jika thitung < -t tabel atau t hitung > t tabel atau sig.t < α pada α = 5%, maka menolak hipotesis nol (H 0 ) dan menerima hipotesis alternatif (Ha), artinya secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap nilai variabel terikat. 3. Pengujian Koefisien Determinasi (R ) Persamaan regresi yang diperoleh dalam suatu proses perhitungan tidak selalu baik untuk mengestimasi nilai variabel terikat (Y), sehingga diperlukan perhitungan koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai 2 veriabel terikat. Jika R semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Ini berarti model yang digunakan kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat, dan sebaliknya. 2