PENGARUH SULFAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI BUBUK KACA SUBSTITUSI SEBAGIAN PASIR DENGAN w/c 0,60 DAN 0,65

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SULFAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI BUBUK KACA SUBSTITUSI SEBAGIAN SEMEN DENGAN w/c 0,60 DAN 0,65

PENGARUH SULFAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI BUBUK KACA SUBSTITUSI SEBAGIAN PASIR DENGAN W/C 0,4 DAN 0,5

PENGARUH SULFAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI BUBUK KACA SUBSTITUSI SEMEN DENGAN W/C 0,4 DAN 0,5

PENGARUH LINGKUNGAN SULFAT TERHADAP BETON DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH MARMER

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 3 No. 2, Oktober 2011, halaman: 45

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB I PENDAHULUAN I 1

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI BETON BERKEKUATAN TINGGI (HIGH PERFORMANCE CONCRETE) DENGAN MIX DESIGN MENGGUNAKAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material


DURABILITAS BETON BUBUK KULIT KERANG DI LINGKUNGAN AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH METODE TWO-STAGE MIXING APPROACH (TSMA) TERHADAP KUAT TEKAN BETON POROUS DENGAN VARIASI KOMPOSISI AGREGAT KASAR DAUR ULANG (RCA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III UJI MATERIAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.

BAB IV DATA DAN ANALISIS

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

BAB III LANDASAN TEORI

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan tambah ditambahkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

ANALISA PERENCANAAN BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGTH CONCRETE) DENGAN SEMEN HOLCIM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERSEMBAHAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI

Viscocrete Kadar 0 %

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH CAMPURAN LIMBAH KULIT KERANG TERHADAP MUTU KUAT TEKAN BETON f c = 25 MPa DAN KETAHANANNYA TERHADAP REMBESAN AIR LAUT

Cara uji berat isi beton ringan struktural

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENYELIMUTAN BETON DENGAN LEMKRA FIRE PROOFING TERHADAP KUAT BETON AKIBAT PEMBAKARAN

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

THE INFLUENCE OF INITIAL PRESSURE ON THE CONCRETE COMPRESSIVE STRENGTH. Lina Flaviana Tilik, Maulid M. Iqbal, Rosidawani Firdaus ABSTRACT

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton OPC dan OPC Abu Sekam Padi di Lingkungan Gambut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

BAB IV METODE PENELITIAN

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

PENGARUH SULFAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI BUBUK KACA SUBSTITUSI SEBAGIAN PASIR DENGAN w/c 0,60 DAN 0,65 Fanisa Eki G. P. 1*, Gunawan Tanzil 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya *Korespondensi Penulis: fun_nhisa@yahoo.co.id Abstract In order to minimize the damage of concrete structures due to external influences, especially due to sulfate attack that occured naturally in soil and groundwater where the structure is located, and to utilize glass wastes in big cities, a proportion of sand was replaced by glass powder. Two different mix design is calculated based on ACI method (w/c 0.60 and 0.65 ), with 0,5, 10, and 20 passed a #8 sieve glass powder replacements investigated. Concrete soaked for 7, and 28 days with 2 types of water were plain water and a 5 sulfate solution. The test results showed that compared to normal concrete for both mix designs, the slump of 20 glass sand replacement concrete was the smallest than the other. Compressive strength of concrete with glass powder substitution is higher than the design compressive strength, and continues to increase with the addition of glass powder content. At 28 days, the compressive strength of specimens with various amount of glass sand replacement were all higher than that of the design strength when soaked in sulfate solution. Keywords : Compressive strength, glass powder, sulfate 1. PENDAHULUAN seperti halnya struktur bangunan lainnya, tidak terlepas dari kerusakan-kerusakan yang dapat mengurangi durabilitasnya, salah satu sebabnya adalah karena pengaruh eksternal atau lingkungan dimana struktur beton itu berada, seperti pada lokasi-lokasi tertentu, misalnya di lingkungan yang berhubungan dengan bahan kimia, sulfat, klorida, garam atau yang berada di daerah laut. Kandungan sulfat yang hadir baik dalam tanah dan air tanah, membusuknya bahan organik, maupun limbah industri yang mengelilingi sebuah struktur beton dapat menimbulkan ancaman bagi daya tahan jangka panjang dari beton tersebut. Selain bahan kimia seperti sulfat, bidang industri juga menghasilkan limbah-limbah lain, seperti limbah kaca. Karena kandungan silikanya yang cukup tinggi, kaca dapat digunakan sebagai alternatif bahan pembuatan beton. Menurut Thresia Yudinar dalam laporan tugas akhir yang berjudul Pengaruh Penambahan Serbuk Sebagai Pengganti Agregat Halus Terhadap tekan dengan Perawatan, mengatakan kuat tekan beton meningkat seiring dengan penambahan persentase serbuk kaca pengganti agregat halus. tekan beton terbesar didapat pada beton dengan persentase serbuk kaca sebesar 20. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan subsitusi bubuk kaca ketika terpapar sulfat. Pada penelitian ini bubuk kaca digunakan sebagai substitusi sebagian pasir dengan kadar 5, 10,, dan 20, dengan dua nilai faktor air semen yaitu 0,60 dan 0,65. Dan untuk mengetahui pengaruh kuat tekannya terhadap sulfat, beton direndam dengan larutan sulfat berkadar 5 dari berat air rendaman dan dibandingkan dengan beton yang direndam air biasa. 2. TINJAUAN PUSTAKA (1) Bubuk Limbah kaca biasanya hanya didaur ulang sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan nilai guna limbah kaca. Karena kandungan silikanya yang cukup tinggi, kaca dapat digunakan sebagai alternatif bahan pembuatan beton. memiliki ketahanan terhadap abrasi serta ketahanan terhadap cuaca atau serangan kimia yang baik. Tabel 1 menunjukkan komposisi yang terdapat pada kaca berbagai warna. Tabel 1. Komposisi kimia kaca berbagai warna Komposisi Bening Coklat Hijau Dalam Persen () S io 2 72,42 72, 72,38 Al 2O 3 1,44 1,37 1,49 T io 2 0,035 0,041 0,04 Cr 2O 3 0,002 0,026 0,13 Fe 2O 3 0,07 0,26 0,29 CaO 11,50 11,57 11,26 MgO 0,32 0,46 0,54 Na 2O 13,64 13,75 13,52 K 2O 0,35 0,20 0, SO 3 0, 0,10 0,07 (Sumber : Value-Added Utilisation of Waste Glass in Concrete Research Journal) (2) Pengaruh Terhadap Pada konstruksi beton bertulang, korosi sebenarnya tidak hanya terjadi pada baja tulangan, tapi juga terjadi pada bahan betonnya sendiri, terutama pasa lingkungan agresif, yaitu lingkungan yang banyak mengandung unsur-unsur garam sulfat, klorida atau asam lainnya. 68

Fanisa Eki G.P., dan Gunawan, T.: Pengaruh Terhadap Tekan dengan Variasi Sumber-Sumber Menurut Mishra (2010), sumber sulfat yang dapat mengakibatkan kerusakan pada beton adalah sebagai berikut: 1. Sumber Internal Meskipun jarang ditemukan, namun sulfat dapat berasal dari dalam beton itu sendiri, yaitu berasal dari bahan-bahan beton seperti semen hidrolis, fly ash, agregat, dan bahan lainnya. 2. Sumber Eksternal memang umum terdapat pada tanah atau air tanah, atau juga berasal dari limbah industri yang ada di sekitar struktur beton tersebut. Mekanisme Serangan Pada Supartono (1996) mengatakan bahwa konstruksi beton yang dibangun dibawah tanah maupun di laut, lingkungannya dapat mengandung sodium, kalsium, magnesium klorida dan magnesium sulfat. Kalsium hidroksida atau kapur yang terdapat dalam semen akan bereaksi dengan sulfat dan air, kemudian menghasilkan kalsium sulfat atau gypsum. Terbentuknya kalsium sulfat ini bila kemudian keadaannya kering, gips akan membentuk kristalnya yang seperti jarum dan mengembang, mendesak sisi sekitarnya sehingga terjadi pengrusakan pada sisi sekitar itu dan dapat terlihat pasta atau adukan betonnya merapuh. Bila setelah terbentuk gips keadaanya basah atau lembab maka gips akan bereaksi dengan C3A atau kalsium aluminat hidrat yang ada dalam beton membentuk garam kalsium sulfo aluminat atau sering disebut ettringite, yang mempunyai sifat mengembang. Karena pengembangan volume yang lebih besar yakni melampaui volume asalnya, maka proses kimiawi ini akan menimbulkan penggelembungan, retak-retak, dan terkelupasnya beton. Dengan keadaan beton yang demikian, maka kekuatan tekan hancurnya akan menurun. Selanjutnya kerusakan menjalar sampai ke dalam sehingga korosi menyerang tulangan. Faktor Utama Yang Mempengaruhi Serangan Menurut Cement Concrete and Aggregates Australia (2002), dalam tingkat keparahan serangan sulfat pada beton tergantung pada beberapa faktor antara lain sebagai berikut. 1. Jenis sulfat, magnesium dan ammonium sulfat adalah yang paling merusak beton. 2. Konsentrasi sulfat, makin besar kadar sulfat maka akan lebih merusak beton. 3. Cara kontak antara sulfat dan beton. Pada kasus air yang mengalir, keparahan serangan sulfat makin meningkat. Serangan yang lebih intensif terjadi pada beton yang terkena siklus pembasahan dan pengeringan daripada beton yang terus menerus tenggelam dalam larutan sulfat. 4. Tekanan. Adanya tekanan dari luar beton cenderung memaksa larutan sulfat masuk ke beton mengakibatkan meningkatnya keparahan serangan sulfat. 5. Suhu. Seperti kebanyakan reaksi kimia lainnya, laju reaksi meningkat dengan suhu. 6. Keberadaan ion lain. Ion lain yang hadir dalam larutan sulfat mempengaruhi keparahan serangan. Misalnya sodium hidroksida dapat mengurangi ekspansi sulfat, sodium klorida dapat memperlambat pembentukan ettringite, dan magnesium klorida dapat mencegah terbentuknya ettringite secara sempurna. Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Terhadap Serangan sulfat pada beton akan terjadi ketika larutan sulfat menembus dan bereaksi dengan beton, terutama dengan semen. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi ketahanan beton terhadap sulfat tidak hanya pada apa yang mempengaruhi reaksi kimia dengan senyawa pada semen, tetapi juga pada apa yang mempengaruhi permeabilitas dan kualitas keseluruhan dari beton. Menurut Cement Concrete and Aggregates Australia (2002), f aktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Jenis semen Jenis semen yang digunakan pada suatu campuran beton merupakan faktor yang mempengaruhi ketahanan beton terhadap sulfat. Semen portland yang mengandung trikalsium aluminat kurang dari 5 diklasifikasikan sebagai semen yang tahan terhadap sulfat. 2. Kadar semen Tingkat kerusakan terhadap sulfat menurun seiring dengan bertambahnya kadar semen, bahkan pada beton yang terbuat dari semen Portland biasa. Dengan kata lain, untuk menghasilkan beton tahan sulfat, penggunaan semen tahan sulfat harus dikombinasikan dengan penggunaan kadar semen minimum. 3. Faktor Air Semen Apabila semua faktor lainnya dalam beton sama, material yang berkualitas bagus, proporsi campuran yang tepat dan pengerjaan baik, ketahanan terhadap sulfat meningkat seiring dengan penurunan nilai faktor air semen. 4. Bahan Tambahan Pemakaian bahan tambahan yang memiliki efek terhadap pengurangan faktor air semen atau meningkatkan kemampuan kerja beton dapat meningkatkan ketahanan beton pada sulfat, asalkan tidak digunakan untuk mengurangi kadar semen. Pemakaian bahan tambahan yang mengandung kalsium klorida juga mempengaruhi ketahanan beton terhadapa sulfat. 5. Pelaksanaan Pembangunan Pengecoran, pemadatan, dan perawatan beton merupakan faktor penting untuk memproduksi beton dengan permeabilitas yang rendah. Penambahan air selama pengecoran untuk mengurangi nilai slump atau untuk membantu selama proses finishing akhir akan mengganggu ketahanan beton terhadap sulfat. 69

Fanisa Eki G.P., dan Gunawan, T.: Pengaruh Terhadap Tekan dengan Variasi Pemadatan yang memadai dan perawatan yang tepat diperlukan untuk memproduksi beton padat dengan permeabilitas rendah. Membuat permukaan beton yang halus padat, bebas dari lubang dan cacat dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap sulfat. 6. Desain dan Detail Suatu struktur yang dirancang dengan detail yang menyediakan untuk penguatan yang memadai untuk meminimalkan retak atau untuk meminimalkan genangan penting untuk mengurangi intensitas serangan sulfat, sehingga meningkatkan ketahanan beton terhadap sulfat. Dari pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa ketahanan beton terhadap sulfat dapat ditingkatkan dengan membuat beton dengan permeabilitas rendah yang dibuat dari semen tahan sulfat, dengan nilai faktor air semen yang kecil, kadar semen yang cukup, dimana pengecoran, pemadatan dan perawatan yang dilakukan dengan baik pula. 3. METODOLOGI Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut: 1. Semen Portland tipe I PT. Semen Baturaja. 2. Agregat halus berupa pasir yang berasal dari Talang Balai, Sumatera Selatan. 3. Agregat Kasar berupa batu pecah 1/2 yang berasal dari Lahat, Sumatera Selatan. 4. Air yang digunakan berasal dari Laboratorium uji beton Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya yang memenuhi syarat-syarat PDAM Tirta Musi Palembang. 5. Bubuk kaca yang digunakan sebagai substitusi pasir dengan kadar 5, 10,, 20 dari berat pasir yang lolos saringan no. 8 (2,36 mm). 6. yang digunakan adalah magnesium sulfat dengan kadar 5 dari berat air rendaman. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang terdapat di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya. Untuk menentukan proporsi campuran digunakan metode ACI Standard 1.1-91. Benda uji berbentuk silinder yang berdiameter cm dan tinggi cm. Pengujian dibatasi pada benda uji berumur 7,, dan dengan distribusi sampel dalam setiap variasi campuran bubuk kaca seperti yang ditunjukkan pada tabel 2. Benda uji yang telah dibuat sesuai dengan proporsi campuran, dilepas dari cetakannya, dilakukan perawatan dan direndam larutan sulfat untuk beton normal maupun beton dengan bubuk kaca sesuai dengan umur yang ditentukan. Setelah itu, berat benda uji ditimbang dan dilakukan uji kuat tekan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengujian Material Dari pengujian yang telah dilakukan, hasil pengujian material agregat halus dan agregat kasar dapat dilihat pada tabel 3. 2. Perencanaan Campuran Perhitungan komposisi campuran beton normal ditetapkan berdasarkan metode ACI. Komposisi campuran beton dapat dilihat pada tabel 4. 3. Pengujian Slump Data hasil pengujian slump yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5 dan grafik 1. Tabel 2. Variasi Campuran Bubuk dan Jumlah Benda Uji Jumlah Benda Uji per-hari Uji (sampel) Jumlah Benda Uji Persentase air biasa larutan per- Persentase 7 28 7 28 (sampel) 0 kaca (w/c 0,6) 3 3 3 3 3 3 5 kaca (w/c 0,6) 3 3 3 3 3 3 10 kaca (w/c 0,6) 3 3 3 3 3 3 kaca (w/c 0,6) 3 3 3 3 3 3 20 kaca (w/c 0,6) 3 3 3 3 3 3 0 kaca (w/c 0,65) 3 3 3 3 3 3 5 kaca (w/c 0,65) 3 3 3 3 3 3 10 kaca (w/c 0,65) 3 3 3 3 3 3 kaca (w/c 0,65) 3 3 3 3 3 3 20 kaca (w/c 0,65) 3 3 3 3 3 3 Total Benda Uji 0 Tabel 3. Hasil pengujian material Agregat Jenis Tes Halus Kasar Kadar Organik No. 3 - Kadar Lumpur () 0.656 - Berat Volume (kg/lt) Padat 1.73 1.525 Gembur 1.450 1.384 Modulus Kehalusan 2.77 2.586 Kadar Air 4.734 0.6 Kadar Air (SSD) 3.0 1.996 Apparent Specific Gravity 2.507 2.680 Bulk Specific Gravity (Kering) 2.1 2.550 Bulk Specific Gravity (SSD) 2.401 2.600 Persentase Absorpsi Air () 3.0 1.990 (Sumber : hasil pengujian laboratorium) w/c 0.6 Kadar Tabel 4. Komposisi campuran beton Semen Komposisi Campuran (kg/m 3 ) Air Agg. Halus Agg. Kasar Bubuk 0 8. 2.34 954.75 956.03 0.00 5 8. 2.34 907.01 956.03 47.74 10 8. 2.34 859.28 956.03 95.48 8. 2.34 811.54 956.03 143. 20 8. 2.34 763.80 956.03 190.95 70

Fanisa Eki G.P., dan Gunawan, T.: Pengaruh Terhadap Tekan dengan Variasi 0.65 w/c 0.6 0 284.62 1.92 979.58 956.03 0.00 5 284.62 1.92 9.60 956.03 48.98 10 284.62 1.92 881.62 956.03 97.96 284.62 1.92 832.64 956.03 146.94 20 284.62 1.92 783.66 956.03 195.92 Tabel 5. Nilai slump Kadar Slump Kadar Slump w/c (mm) (mm) 48 52 Normal Normal 5 42 5 47 0.65 10 41 10 42 38 35 20 20 35 Pada desain campuran 0,65 dengan nilai fc sebesar, kuat tekan maksimum pada umur juga terdapat pada beton dengan 20 substitusi bubuk kaca yaitu sebesar 26,35 MPa untuk beton yang direndam air biasa. Begitu juga halnya dengan beton yang direndam larutan sulfat, mencapai kuat tekan maksimum pada 28 hari dengan 20 substitusi bubuk kaca yaitu sebesar 23,08 MPa. tekan (MPa) w/c 0,60 dg curing 0 5 10 20 25 Nilai Slump (mm) 55 50 45 40 35 25 BN 5 10 20 Bubuk Gambar 1. Grafik nilai Slump Dari gambar 1, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar penambahan persentase bubuk kaca maka nilai slump akan semakin menurun. Nilai slump terbesar terdapat pada beton normal yaitu sebesar 48 mm dan 52 mm untuk beton dengan nilai faktor air semen 0,6 dan 0,65. Sedangkan nilai slump terkecil terdapat pada beton dengan penambahan bubuk kaca sebesar 20 yaitu mm untuk beton dengan nilai faktor air semen 0,6 dan terdapat pada beton dengan substitusi bubuk kaca sebesar dan 20 yaitu 35 mm untuk beton dengan nilai faktor air semen 0,65. 4. Hasil Pengujian Tekan w/c 0.6 w/c 0.65 Pada gambar 2 terlihat bahwa kuat tekan beton meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kaca pengganti pasir untuk 2 desain yang berbeda, baik untuk beton dengan curing air biasa maupun beton dengan perendaman larutan sulfat. tekan beton dengan bubuk kaca, baik pada beton yang berumur 7, dan 28 hari mencapai kuat tekan yang lebih tinggi dari beton normal. dengan 20 kaca memberikan kuat tekan terbesar. Pada desain campuran 0,60 dengan fc sebesar 26,4 MPa, kuat tekan maksimum terdapat pada beton dengan 20 substitusi bubuk kaca yaitu sebesar,78 MPa untuk beton yang direndam air biasa berumur. Begitu juga halnya dengan beton yang direndam larutan sulfat, mencapai kuat tekan maksimum pada 28 hari dengan 20 substitusi bubuk kaca yaitu sebesar 28,56 MPa. tekan (MPa) tekan (Mpa) tekan (MPa) w/c 0,60 dg direndam sulfat 0 5 10 20 25 w/c 0,65 dg curing 0 5 10 20 25 w/c 0,65 dg direndam sulfat 7hari 0 5 10 20 25 Gambar 2. tekan beton dengan substitusi kaca maupun tidak, mengalami penurunan kuat tekan saat dilakukan perendaman dalam larutan sulfat. Semakin lama umur beton, semakin meningkat juga persentase penurunan kuat tekan beton. Ini berarti bahwa semakin lama beton melakukan kontak dengan sulfat, kuat tekannya akan semakin berkurang. Persentase penurunan kuat tekan beton akibat pengaruh sulfat dapat dilihat pada tabel 6 untuk w/c 0,60 dan tabel 7 untuk w/c 0,65. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa penurunan kuat tekan beton w/c 0,60 terbesar akibat sulfat berada pada beton yang berumur yaitu sebesar 8,325. Begitu juga halnya pada beton dengan w/c 0,65, 71

Fanisa Eki G.P., dan Gunawan, T.: Pengaruh Terhadap Tekan dengan Variasi penurunan kuat tekan terbesar terjadi pada beton umur 28 hari yaitu sebesar 12,72. dengan w/c 0,65 mengalami penurunan kuat tekan beton akibat sulfat yang lebih besar dibandingkan dengan beton dengan w/c 0,60. Hal ini dikarenakan beton dengan w/c 0,65 memiliki permeabilitas yang lebih tinggi daripada beton dengan w/c 0,60. Larutan sulfat lebih mudah masuk ke dalam beton yang memiliki permeabilitas tinggi, yang kemudian bereaksi dengan kapur yang terdapat dalam semen, dan akhirnya menyebabkan penggelembungan, retak-retak dan ter-kelupasnya beton. Dengan keadaan beton yang demikian, maka kekuatan tekannya menurun. dengan substitusi bubuk kaca mengalami penurunan kuat tekan akibat pengaruh sulfat lebih kecil dibandingkan beton tanpa substitusi bubuk kaca. Sebagian besar penurunan kuat tekan beton dengan substitusi bubuk kaca menurun dengan semakin banyaknya jumlah kaca yang terkandung. Hal ini dikarenakan kaca memiliki permeabilitas yang rendah sehingga larutan sulfat lebih sukar menembus masuk beton dengan substitusi bubuk kaca. 5. Berat Berat beton dengan curing air biasa mengalami kenaikan seiring dengan penambahan umur beton, tetapi semakin menurun dengan pertambahan jumlah bubuk kaca. Hal ini disebabkan karena bubuk kaca lebih ringan dibandingkan dengan pasir dalam beton. Sama halnya dengan beton dengan curing, beton dengan direndam sulfat juga mengalami kenaikan berat seiring dengan penambahan umur beton dan mengalami penurunan berat seiring dengan penambahan jumlah bubuk kaca. Berat beton dengan w/c 0,60 dapat dilihat ada gambar 5. Sedangkan untuk berate ton dengan w/c 0,65 dapata dilihat pada gambar 6. Bubuk Tabel 6. Persentase penurunan kuat tekan beton akibat pengaruh sulfat untuk w/c 0,60 umur umur umur Tekan Tekan Larutan Larutan Larutan sulfat Akibat sulfat Akibat sulfat 0.06 19.62 6.85 26.64.43 8. 28.28 25.58 9.52 Tekan Akibat 5 22.41.06 6.01.51 25.49 7.34 29.04 26.64 8.28 10 22.60 22.02 2.55 28.47 26.35 7.43 29.62.22 8.12 23.08 22.60 2.08 28.76 26.74 7.02.49.89 8.52 20 23.95 23.47 2.01 29.53.51 6.84.78 28.56 7.19 Rata-rata Δfc Bubuk 3.90 7.388 8.325 Tabel 7. Persentase penurunan kuat tekan beton akibat pengaruh sulfat untuk w/c 0,65 umur umur umur Tekan Tekan Larutan Larutan Larutan Akibat sulfat Akibat sulfat sulfat 0 16.64.87 4.62 22.89 20.10 12.19. 20.97 13.83 Tekan Akibat 5 17.98 17.02 5.35 22.37 20.68 11.52.91.64 13.13 10.56 17.70 4.66 23.94.35 10.84 25.49 22.31 12.45.95.47 2.54..93 9.88 25.68 22.41 12.37 20 19.42 19.04 1.98.62 22.31 9.38 26.06 23.08 11.44 Rata-rata Δfc 3.831 10.761 12.72 72

Fanisa Eki G.P., dan Gunawan, T.: Pengaruh Terhadap Tekan dengan Variasi 100 Berat (gram) 120 dg Curing 0 5 10 20 Kadar Bubuk 100 120 dg direndam 0 5 10 20 Kadar Bubuk Gambar 5. Diagram Berat beton w/c 0,60 100 Berat (gram) 120 dg Curing 0 5 10 20 Kadar Bubuk 100 120 dg direndam 0 5 10 20 Kadar Bubuk Gambar 6. Diagram Berat beton w/c 0,65 5. KESIMPULAN 1. Nilai slump beton dengan substitusi bubuk kaca lebih rendah daripada nilai slump beton normal tanpa substitusi bubuk kaca. Untuk kedua desain campuran, nilai slump beton terus menurun seiring penambahan jumlah kaca dalam beton. Hal ini berarti bahwa workabilitas terus berkurang dengan pertambahan jumlah bubuk kaca. 2. tekan kedua desain campuran terus meningkat seiring dengan kenaikan persentase substitusi bubuk kaca pada beton. 3. dengan perendaman dalam larutan memiliki kuat tekan yang lebih kecil dibandingkan dengan beton dengan curing air biasa. Untuk beton dengan w/c 0,60, penurunan nilai kuat tekan beton terbesar pada beton berumur dengan nilai rata-rata sebesar 8,325. Sedangkan untuk beton dengan w/c 0,65, penurunan nilai kuat tekan beton terbesar juga pada beton berumur dengan nilai rata-rata sebesar 12,72. 4. Berat beton untuk kedua desain campuran, baik beton dengan curing air biasa maupun beton dengan perendaman dalam larutan sulfat terus mengalami penurunan seiring dengan pertambahan jumlah bubuk kaca dalam beton. 5. Dengan semakin meningkatnya jumlah kaca pada beton hingga 20 dari berat pasir, kuat tekan tekan beton akan terus meningkat dengan berat yang semakin ringan, akan tetapi workabilitas akan terus berkurang. DAFTAR PUSTAKA Cement Concrete & Aggregate Australia. -Resisting Cement And Concrete. Jurnal penelitian, 2002. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya. 2011. Pedoman Praktikum. Inderalaya. Pandiangan, Thresia Yudinar, Pengaruh Penambahan Serbuk Sebagai Pengganti Agregat Halus Terhadap Tekan Dengan Perawatan. Palembang. Jurusan teknik sipil universitas sriwijaya, 2011. Shayan, Ahmad. 2002. Value-Added Utilisation of Waste Glass in Concrete. Research Journal. http://theconsttructor.org 73