BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab 2 Pasal 2 yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta. dilaksanakan melalui wadah yang disebut dengan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan itu sendiri. Untuk mencapai pelayanan yang optimal hanya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru sebagai salah satu dari komponen pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah dasar (SD) pada hakekatnya merupakan lingkungan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat baik negara maupun bangsa. Pendidikan merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk dunia pendidikan. Oleh karena itu, praktek-praktek

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam usaha pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri,

kualitas negara dimata internasional. 1

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur menurut cita-cita dan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan dan mendesainnya sebaik mungkin. positif dalam pembangunan dan peningkatan SDM.

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia makhluk yang dikarunia akal dan hati oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendidik mempunyai tujuan tertentu, bahwa pada umumnya dapat. Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat telah

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula

BAB I PENDAHULUAN. kepada segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada perbaikan sistem pendidikan.. Usaha tersebut mesti. dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan yang lainnya saling berkaitan langsung dengan berbarengan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak menjadi dewasa. Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan dengan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional. 1 Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan dan standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Salah satu standar yang dikembangkan oleh bidang kurikulum 1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara 2008) Cet.1 h. 1

adalah membelajarkan peserta didik sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi kelulusan. Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi peserta didik agar kreatif dan mandiri sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Dalam Surat Keputusan Mendiknas No.045/U/2002 tentang Pelaksanaan Pendidikan Tinggi Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Kompetensi menuntut adanya kecerdasan yang bertanggung jawab serta adanya pengakuan dari masyarakat. Guru pembimbing memiliki standar kualifikasi tertentu, sehingga memenuhi standar kompetensi sebagai guru pembimbing atau konselor. Kompetensi tersebut membentuk guru pembimbing menjadi efektif, kredibel dan legitimed, sesuai Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Dengan ditetapkannya Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 84/ 1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BAKN No. 0433/1993 dan No. 25 tahun 1993 serta

Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 025/0/1995 yang keduanya merupakan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksanaan Surat Keputusan. No. 84/1993 itu, maka kedudukan dan fungsi pelayanan bimbingan konseling di sekolah semakin jelas dan mantap. Guru pembimbing sebagai pelaksana kegiatan bimbingan konseling di sekolah berkewajiban melaksanakan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling terhadap siswa siswi yang menjadi tanggung jawabnya. 2 Di sekolah, kegiatan bimbingan konseling diselenggarakan oleh pejabat fungsional yang secara resmi dinamakan guru pembimbing. Dengan demikian, kegiatan bimbingan konseling di sekolah merupakan kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat professional atau keahlian dengan dasar keilmuan dan teknologi. 3 Bimbingan konseling merupakan pelayanan dari manusia oleh manusia dan untuk manusia, artinya pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakekat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa dalam pelayanan-pelayanannya diselenggarakan demi tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan kemanusian yang seutuhnya, baik manusia sebagai individu maupun kelompok. Oleh manusia mengandung pengertian penyelenggaraan kegiatan itu adalah dengan segenap 2 Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, ( Jakarta, Tahun 1995) h. 34 3 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2001), Cet.1 hal.1

derajat, martabat dan keunikan masing-masing yang terlibat di dalamnya. Proses bimbingan konseling seperti itu melibatkan manusia dan kemanusiaannya sebagai totalitas, yang menyangkut segenap potensi-potensi, kecenderungankecenderungan, perkembangannya, dinamika kehidupannya, dan interaksi dinamis antara berbagai unsur yang ada itu. 4 Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar, maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, perkembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku-perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi yang dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. hal. 92 4 Prayitno, Dasar-Dasar Bimbngan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, tahun 2004) Cet.2

Dalam mewujudkan pelayanan bimbingan konseling yang baik, perlu adanya pengelolaan waktu yang efektif, manajemen diperlukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pada akhir tujuan pelayanan bimbingan di sekolah. Pola manajemen disusun dengan kesesuaian antara konsep dengan kondisi yang dihadapi sekolah. Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Pekanbaru (SMK Negeri 4 Pekanbaru) proses pelaksanaan kegiatannya kurang terarah sebagai mana mestinya. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak berjalan secara optimal dikarenakan keterbatasan waktu yang didapat. Di dalam fenomena yang terjadi di lapangan, tepatnya SMK Negeri 4 Pekanbaru penulis menemukan berbagai gejala, di antaranya adalah : 1. Tidak diberikannya waktu khusus untuk layanan bimbingan konseling. 2. Guru pembimbing kurang mampu memanfaatkan waktu yang tersedia. 3. Kurangnya respon dari pihak sekolah untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan konseling. 4. Kurangnya pemahaman personil sekolah layanan bimbingan konseling. 5. Adanya opini dari personil sekolah bahwa peran bimbingan konseling tidak ada. 6. Hasil dari kegiatan bimbingan konseling tidak pernah menarik perhatian. Berdasarkan gejala di atas oleh karena itu maka penulis mengangkat judul penelitian dengan judul Efektivitas Pengelolaan Waktu Pelayanan Bimbingan Konseling (Studi Kasus di SMK Negeri 4 Pekanbaru).

B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah. Beberapa istilah yang terkait dengan judul penelitian ini adalah: 1. Efektivitas Menurut bahasa efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effektive yang berarti berhasil guna atau tercapainya sesuatu pekerjaan/ perbuatan yang direncanakan dapat terlaksana atau tercapai. 5 Efektivitas adalah syarat yang menunjukkan tercapainya suatu tujuan. Pengertian yang dimaksud dalam kajian ini adalah: seberapa jauh pihak sekolah berhasil mengefektivitas pengelolaan waku pelayanan bimbingan konseling di sekolah yang sesuai kepada tujuan yang diharapkan. Menurut istilah efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian efektivitas adalah keadaan yang menunjukkan sejauh mana yang direncanakan dapat terlaksana atau tercapai. Jadi efektivitas bisa dikatakan dengan pemanfaatan moment yang diberikan agar tercapainya tujuan yang telah disusun. 2. Pengelolaan waktu Pengelolaan waktu di sini dapat diartikan manajemen waktu yang mengatur pola waktu yang ada di setiap istansi. mencakup planning, hal. 124 5 Plus Abdullah. Kamus 10 Juta, Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris (Surabaya: Arkola, 1980)

organizing, actuating, dan controlling. Jadi pengelolaan waktu bisa diartikan manajemen waktu yang tepat untuk mendapatkan hasil maksimal. 3. Pelayanan bimbingan konseling Layanan bimbingan konseling merupakan suatu kegiatan bimbingan konseling yang dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan, dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan tersebut. Kegiatan yang merupakan layanan bimbingan konseling mengemban fungsi tersebut diharapkan dapat dirasakan oleh sasaran layanan secara langsung. C. Permasalahan 1. Identifikasi masalah Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa persoalan pokok kajian ini adalah pengelolaan waktu yang kurang efektif dalam pelayanan bimbingan konseling. Berdasarkan pokok persoalan tersebut, maka persoalan-persoalan yang terkait dengan kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Tidak ada waktu khusus untuk pelayanan bimbingan konseling. b. Kurangnya respon dari pihak kepala sekolah untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan konseling. c. Minimnya upaya guru pembimbing untuk mengoptimalkan layanan bimbingan konseling.

d. Kurangnya pemahaman oleh personil sekolah akan kebutuhan bimbingan konseling. 2. Pembatasan masalah Mengingat banyaknya persoalan-persoalan yang terkait dengan kajian ini. Seperti yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis memfokuskan pada efektivitas pengelolaan waktu yang kurang efektif oleh guru pembimbing dan faktor-faktor yang menyebabkan pengelolaan waktu pelayanan bimbingan konseling yang kurang efektif di SMKNegeri 4 Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Relevan dengan batasan masalah di atas, masalah dalam kajian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: a. Bagaimana efektivitas pengelolaan waktu pelayanan bimbingan konseling di SMK Negeri 4 Pekanbaru? b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan waktu pelayanan bimbingan konseling di SMK Negeri 4 Pekanbaru? D. Tujuan dan Kegunaaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mendeskripsikan efektivitas pengelolaan waktu pelayanan bimbingan konseling di SMK Negeri 4 Pekanbaru. b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengelolaan waktu pelayanan bimbingan konseling di SMK Negeri 4 Pekanbaru. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: a. Sebagai informasi bagi SMK Negeri 4 Pekanbaru tentang pengelolaan waktu pelayanan bimbingan konseling. b. Sebagai informasi bagi jurusan Bimbingan konseling Fakultas Tarbiyah Keguruan UIN Suska Riau. c. Sebagai pengembangan ilmu Bimbingan Konseling sesuai dengan jurusan penulis. Untuk pengembangan wawasan keilmuan dan akademik penulis.