Makalah Pendamping: Kimia Paralel A STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

3. METODE PENELITIAN

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Bab V Hasil dan Pembahasan

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

III. METODE PENELITIAN

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

Transkripsi:

22 Makalah Pendamping: Kimia STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN Ketut Gede Dharma Putra Laboratorium Kimia Lingkungan FMIPA Universitas Udayana Bali Kampus Bukit Jimbaran Bali Indonesia. Email: kgdharmap@telkom.net Abstrak Telah dilakukan penelitian terhadap status mutu air laut di Pelabuhan Benoa Bali pasca kegiatan pengembangan kawasan pelabuhan tersebut. Penelitian dilaksanakan sejak tahun 25 hingga tahun 29. Sampel air laut diambil setiap semester untuk tujuh belas parameter air laut pada sembilan titik pengambilan sampel dengan metode sampel gabungan waktu (time composite sample) masing-masing pada pagi hari dan siang hari. Metode pengukuran mempergunakan alat multi parameter water quality monitoring system merek Horiba U22XD untuk paramater temperatur, padatan tersuspensi, kekeruhan, salinitas, ph, dan oksigen terlarut. Pengamatan visual dilakukan untuk parameter benda terapung/sampah dan lapisan minyak. Pengukuran kebutuhan oksigen biologis mempergunakan teknik inkubasi 5 hari pada temperatur 2 o C, pengukuran kebutuhan oksigen kimiawi mempergunakan teknik refluks tertutup. Senyawa ammonum, nitrit dan deterjen diukur dengan spektrofotometri Nessler, asam sulfanilat, dan biru metilena. Sedangkan pengukuran timbal dan kadmium mempergunakan spektroskopi serapan atom. Penetapan status mutu air laut mempergunakan metode storet mengacu baku mutu lingkungan hidup pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 24 dan Peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 27. Hasil penelitian menunjukkan status mutu air laut di Pelabuhan Benoa adalah tercemar sedang dengan nilai Storet -21 s.d. - 27. Parameter yang melebihi baku mutu lingkungan adalah lapisan minyak, deterjen, ammonium, kadmiun dan timbal.status mutu tersebut tidak mengalami perubahan yang berarti sejak tahun 25 s.d. 29 menunjukkan belum optimalnya sistem pengolahan air limbah dari aktivitas pelabuhan. Kata kunci: status mutu air laut, metode storet, baku mutu lingkungan hidup PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 29 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mencantumkan pengertian pengelolaan lingkungan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.peraturan perundangan yang berlaku mensyaratkan adanya upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap suatu kegiatan yang potensial mencemari lingkungan seperti kegiatan di Pelabuhan Benoa. Pelabuhan Benoa terletak di Kawasan Teluk Benoa pada bagian Selatan Pulau Bali, tepatnya pada koordinat 844 22 LS dan 11512 3 BT. Fungsi Pelabuhan Benoa sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 tahun 25 adalah untuk melayani kapal penumpang, pariwisata, kapal bahan bakar minyak, kapal perikanan khusus ekspor, kapal peti kemas barang-barang ekspor-impor kerajinan rakyat, seni dan garmen serta kapal yang membawa sembilan bahan pokok. Aktivitas pelabuhan yang padat menyebabkan banyaknya limbah yang dihasilkan dari semua kegiatan yang dilaksanakan di pelabuhan tersebut yang perlu dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Sejak tahun 25 hingga 29, dilaksanakan penelitian terhadap kualitas lingkungan hidup di Pelabuhan Benoa Bali sebagai bagian dari kegiatan pemantauan lingkungan hidup untuk kegiatan pengembangan kawasan pelabuhan.hal ini sesuai arahan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 25 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), yang mensyaratkan agar pihak pemrakarsa kegiatan perlu melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Dalam tulisan ini akan diuraikan analisis kualitas air laut untuk menentukan status mutu air laut di Pelabuhan Benoa pasca pengembangan kawasan pelabuhan tersebut METODE PENELITIAN Sampel air laut diambil setiap semester untuk tujuh belas parameter air laut pada sembilan titik pengambilan sampel dengan metode sampel gabungan waktu (time composite sample) masing-masing pada pagi hari dan siang hari (Putra,29). Sampling dilaksanakan setiap bulan dan pada tahun 25,26,27,28, dan 29. Lokasi sampling adalah sebagai berikut; (1) Lokasi 1 di bagian Barat Serangan dengan koordinat 115 o 13 3 BT dan 8 o 44 32 LS; (2) Lokasi 2 di perairan dumping area pelabuhan pada koordinat 115 o 13 5 BT dan 8 o 44 15 LS; (3) Lokasi 3 di perairan ISBN : 979-49847-3

dermaga pariwisata bagian utara pada koordinat 115 o 12 35 BT dan 8 o 44 3 LS; (4)Lokasi 4 di perairan dermaga Timur pada koordinat 115 o 12 37 BT dan 8 o 45 15 LS; (5) Lokasi 5 di perairan dermaga Selatan pada koordinat 115 o 12 3 BT dan 8 o 45 1 LS; (6)Lokasi 6 di perairan dermaga Barat pada lokasi 115 o 12 12 BT dan 8 o 45 12 LS;(7)Lokasi 7 di perairan dermaga beton pada koordinat 115 o 13 45 BT dan 8 o 43 15 LS; (8) Lokasi 8 diperairan dermaga perikanan pada koordinat 115 o 14 25 BT dan 8 o 43 5 LS;(9)Lokasi 9 di perairan dekat hutan mangrove pada koordinat 115 o 14 12 BT dan 8 o 43 12 LS. Metode pengukuran mempergunakan alat multi parameter water quality monitoring system merek Horiba U22XD untuk paramater temperatur, padatan tersuspensi, kekeruhan, salinitas, ph, dan oksigen terlarut. Pengamatan visual dilakukan untuk parameter benda terapung/sampah dan lapisan minyak. Pengukuran kebutuhan oksigen biologis mempergunakan teknik inkubasi 5 hari pada temperatur 2 o C, pengukuran kebutuhan oksigen kimiawi mempergunakan teknik refluks tertutup. Senyawa ammonum, nitrit dan deterjen diukur dengan spektrofotometri Nessler, asam sulfanilat, dan biru metilena. Sedangkan pengukuran timbal dan kadmium mempergunakan spektroskopi serapan atom (Greenberg et al,2). Penetapan status mutu air laut mengacu baku mutu lingkungan hidup pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 24 dan Peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 27. Status mutu air laut ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 23 tentang Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet.Penentuan sistem nilai mempergunakan pendekatan untuk jumlah contoh lebih dari 1 dengan nilai rata-rata -6 (fisika) dan - 12 (kimia). Hal ini dilakukan dengan mengacu sistem nilai dari lembaga perlindungan lingkungan Amerika /US-EPA (United States- Environmental Protection Agency) dengan klasifikasi mutu air dalam empat kelas yakni: Kelas A : baik sekali skor = memenuhi baku mutu; Kelas B : baik, skor -1 s.d. -1, cemar ringan; Kelas C : sedang, skor = -11 s.d. cemar sedang; dan Kelas D: buruk, skor -31 cemar berat. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan pemantauan kualitas lingkungan hidup untuk kegiatan pengembangan kawasan Pelabuhan Benoa yang selesai Makalah Pendamping: Kimia 23 dilaksanakan pada tahun 24. Kegiatan pengembangan kawasan pelabuhan Benoa meliputi kegiatan pembangunan dermaga beton di dermaga perikanan, pengerukan alur pelabuhan dari kedalaman 7 meter menjadi kedalaman 11 meter, pelebaran alur untuk keselamatan pelayaran di alur masuk pelabuhan, serta pembangunan sarana dan prasarana tambahan di dermaga barat. Kegiatan pengembangan pelabuhan tersebut ditindaklanjuti dengan kegiatan pemantauan lingkungan hidup pasca konstruksi. Hasil pengukuran kualitas air laut di Pelabuhan Benoa Bali pasca pengembangan kawasan pelabuhan terdiri atas tujuh belas parameter kualitas air yang meliputi parameter fisika (warna, bau/rasa, kekeruhan, padatan tersuspensi, benda terapung/sampah, lapisan minyak, dan temperatur) dan parameter kimia (ph,salinitas, deterjen, DO, BOD, COD,a mmonia, nitrit, Cd, dan Pb). Hasil pengukuran setelah dianalisis dengan Metode Storet menunjukkan keadaan seperti pada Gambar 1 s.d. Gambar 5. Gambar 1. Status mutu air laut di Pelabuhan Benoa Bali tahun 25-1 -1 Status Mutu Tahun 25 Status Mutu Tahun 26 Gambar 2. Status mutu air laut di Pelabuhan Benoa Bali tahun 26 ISBN : 979-49847-3

24 Makalah Pendamping: Kimia -1 Gambar 3. Status mutu air laut di Pelabuhan Benoa Bali tahun 27-1 Status Mutu Tahun 27 Status Mutu Tahun 28 Gambar 4. Status mutu air laut di Pelabuhan Benoa Bali tahun 28-1 Status Mutu Tahun 29 Gambar 5. Status mutu air laut di Pelabuhan Benoa Bali tahun 29 Berdasarkan hasil evaluasi kualitas air laut di Pelabuhan Benoa dengan mempergunakan baku mutu air laut untuk peruntukan perairan pelabuhan (Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 27 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 24 tentang Baku Mutu Air Laut), status mutu air laut di semua lokasi pengukuran termasuk klasifikasi cemar sedang. pada lokasi 1 dan 2 berkisar antara -21 s.d.-23, sedangkan pada lokasi 3, 4,5,6,7,8,dan 9 berkisar antara -23 s.d.-27. Kondisi tersebut memiliki tren yang mirip pada saat pengukuran tahun 25,26,27,28 hingga tahun 29. Pada umumnya kondisi di lokasi 1 dan 2 relatif lebih baik dibandingkan dengan lokasi lainnya. Apabila melihat pengaturan tata letak pelabuhan yang terbagi dalam beberapa zona seperti zona pelabuhan pariwisata, pelabuhan peti kemas, pelabuhan perikanan dan pelabuhan umum seharusnya pelabuhan pariwisata memiliki kualitas yang lebih baik. Namun karena letaknya yang saling berhimpitan satu dengan yang lain, maka kondisi perairan laut di semua zona memperlihatkan kondisi yang mirip. Berdasarkan hasil analisis terhadap tujuh belas parameter yang diukur terdapat parameter yang melebihi baku mutu lingkungan untuk kategori pelabuhan meliputi benda terapung/ sampah, lapisan minyak, deterjen, ammonia, Pb, dan Cd. Kawasan dermaga perikanan memiliki tingkat pencemaran yang tertinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya. Sumber utama pencemaran air laut di pelabuhan diperkirakan berasal dari aktivitas operasional kapal yang mempergunakan bahan bakar minyak, serta deterjen untuk proses pembersihan kapal. Aktivitas perbaikan kapal kemungkinan meningkatkan limbah logam berat berupa Pb dan Cd dalam jumlah yang besar. Selain itu, proses pengolahan ikan untuk aktivitas ekspor menghasilkan limbah yang banyak mengandung senyawaan nitrogen. Limbah dari aktivitas pelabuhan yang tidak mendapat pengolahan yang optimal berakumulasi di perairan pelabuhan setiap tahun yang memberikan dampak berupa pencemaran lingkungan (Mukhtasor,27:196). Parameter senyawa-senyawa nitrogen di dalam perairan pelabuhan yang ditunjukkan dengan tingginya konsentrasi ammonia perlu diwaspadai keberadaannya. Tingginya konsentrasi senyawa nitrogen dapat menimbulkan dampak pada gangguan kehidupan biota laut akibat adanya potensi dominasi pertumbuhan spesies alga tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan spesies lainnya yang menjadi rangkaian rantai makanan (Libes, 28). Senyawa ammoniak yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri akan digunakan langsung oleh tumbuhan laut sehingga kemungkinan terjadinya pertumbuhan alga akan besar yang akhirnya akan menkonsumsi seluruh persediaan oksigen di dalam air.berkurangnya oksigen dapat disebabkan juga oleh pengaruh kimiawi limbah cair pengolahan ikan. Pada tahap awal, senyawa protein dan karbohidrat akan mengalami penguraian oleh bakteri dalam suasana anaerobik yang menghasilkan gas NH 3, H 2 S atau CH 4 yang mengakibatkan pembusukan dan akhirnya mengurangi kandungan oksigen terlarut dalam air (Mirrelo,27). Dilihat dari nilai Storet yang tidak mengalami perubahan berarti sejak ISBN : 979-49847-3

tahun 25 s.d. 29 memperlihatkan belum optimalnya sistem pengolahan limbah aktivitas pelabuhan Benoa. Tren tersebut tidak akan mengalami perubahan yang signifikan apabila tidak dilakukan perbaikan yang memadai terhadap sistem manajemen lingkungan hidup di Pelabuhan Benoa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil evaluasi terhadap data pengukuran kualitas air laut di perairan Pelabuhan Benoa tahun 25 s.d. 29 dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya: Status mutu air laut di perairan Pelabuhan Benoa yang dianalisis dengan Metode Storet terhadap Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 27 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 24 tentang Baku Mutu Air Laut kategori baku mutu air laut pelabuhan termasuk kategori cemar sedang. Parameter yang melebihi baku mutu lingkungan meliputi benda terapung/ sampah, lapisan minyak, deterjen, ammonia, Pb dan Cd. Status mutu air laut di Pelabuhan Benoa tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak tahun 25,26,27,28 hingga 29. Kondisi tersebut menunjukan limbah aktivitas bongkar muat, pemeliharaan kapal, serta buangan limbah perusahan prosesing ikan di pelabuhan belum mendapatkan pengolahan yang memadai. Saran-saran Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan hidup yang lebih parah, maka perlu disarankan agar manajemen pelabuhan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1)Memberikan prioritas yang utama kepada rencana untuk membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan sarana pengolahan sampah pelabuhan yang melayani aktivitas di kawasan Pelabuhan Benoa. (2) Melakukan penertiban terhadap aktivitas di sekitar Pelabuhan Benoa yang membuang limbah ke perairan laut tanpa pengolahan. Aktivitas tersebut meliputi kegiatan bongkar muat ikan dan barang yang tidak memenuhi persyaratan kebersihan, perbaikan kapal-kapal yang membuang limbahnya secara langsung ke laut, serta aktivitas pengolahan ikan yang membuang limbah langsung ke laut melalui saluran drainase. (3)Melakukan kegiatan pemantauan terhadap limbah dari perusahan/aktivitas di sekitar pelabuhan secara rutin (tiga bulan Makalah Pendamping: Kimia 25 sekali), dan melakukan penindakan bagi yang terbukti mencemari lingkungan. (4) Mencantumkan klausal dalam pembuatan surat perjanjian penggunaan perairan dan atau pengunaan tanah/lahan di pelabuhan Benoa bahwa pengguna berkewajiban untuk menjaga kualitas lingkungan hidup dan apabila terbukti memiliki potensi membuang limbah ke perairan dan atau daerah lingkungan kerja pelabuhan Benoa, maka PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa memiliki kewajiban untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan UU No 32/29 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (5)Melakukan koordinasi secara terus menerus dengan pemerintah Kota Denpasar, dan Provinsi Bali dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup di sekitar areal Pelabuhan Benoa. (6)Meningkatkan partisipasi masyarakat di sekitar pelabuhan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, berperilaku bersih, serta turut serta menjaga keamanan kawasan pelabuhan. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Direksi PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang telah memberikan dukungan pembiayaan terhadap penelitian ini. Terimaksih juga disampaikan kepada sejawat di Kelompok Studi Lingkungan Hidup FMIPA Universitas Udayana atas bantuan personal, dan saran selama kegiatan penelitian ini. DAFTAR PUUSTAKA 1. Penanya : Jamilah (LIPI) Pertanyaan : Analisa Pb dan Hg dalam penelitian? Jawaban : Dalam penelitian ini terdapat 17 parameter kualitas air laut yang diteliti, untuk logam berat hanya diteliti konsentrasi Pb dan Cd saja mengingat sumber bahan pencemaran berasal dari aktivitas pelapuhan, di samping alasan non teknis (kontrak penelitian). 2. Penanya : I Dewa Ketut S (Undiksa) Pertanyaan : Faktor yang mempengaruhi status air hingga terkategori sedang? Jawaban : Ada beberapa parameter kualitas air laut yang melebihi baku mutu lingkungan (pelabuhan) pada... 1 s/d 9, antara lain padatan terapung/sampah, lapisan minyak, senyawa nitrogen (amonia), Cd, dan Pb sehingga nilai STORET berkisar antara -21 s/d -27 sehingga total nilai STORET termasuk kategori tercemar sedang, ISBN : 979-49847-3

26 Makalah Pendamping: Kimia Gambar 6 Foto udara Pelabuhan Benoa ( Sumber: Google Earth, 27) Gambar 7 Titik lokasi sampling di Pelabuhan Benoa ISBN : 979-49847-3