BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN BODY IMAGE DENGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD REMAJA PUTRI DI SMK N 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi fakta bahwa makanan cepat saji sudah membudaya di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya. goncangan-goncangan dan perubahan yang cukup radikal dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada usia remaja (adolescence) yaitu usia tahun (Almatsier,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

PERBEDAAN. Disusun Oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. Serat termasuk bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna dan. sumbangan gizinya dapat diabaikan, namun serat makanan sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jaringan tubuh dan mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : DEBBY INDA SARI

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah gizi rentan terjadi pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun merupakan masa remaja akhir (Isnani, 2011).

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah periode yang menjembatani masa kehidupan anak dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Menurut Depkes RI tahun 2009 kategori remaja mulai dari usia 12-25 tahun (Arisman, 2004). Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut data WHO tahun 1995 dalam Soetjiningsih (2010), seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10 19 tahun. Sekitar 900 juta remaja berada di negara yang sedang berkembang. Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah remaja di Indonesia mencapai 147 juta jiwa atau sekitar 18,5% dari total penduduk Indonesia. Remaja merupakan golongan individu yang sedang mencari identitas diri, suka meniru dan mengidolakan seseorang yang berpenampilan menarik, sehingga dalam hal memilih makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi, tetapi sekedar bersosialisasi untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan identitas diri. Hal ini akan mempengaruhi keadaan gizi para remaja (Khomsan, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju 1

status gizi yang baik pula. Kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi dan kesalahan dalam memilih makanan akan berpengaruh terhadap pola makan seseorang (Sedioetama, 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aminah (2007) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa tentang pola makan sehat dengan perilaku pola makan sehat pada mahasiswa kost. Berdasarkan penelitian Asyrofahnti (2012) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan pola makan sehari-hari mahasiswa. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin baik pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik pada masa pubertas adalah remaja menjadi lebih memperhatikan body image. Remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki body image yang negatif, dibandingkan dengan remaja putra (Santrock, 2005). Body image adalah penilaian seseorang tentang ukuran tubuh, penampilan, dan fungsi setiap bagian tubuhnya (Kozier, 2004). Menurut Sulistyoningsih (2011), body image pada remaja akan sangat mempengaruhi pola makannya, termasuk pemilihan bahan makanan dan frekuensi makan. Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya. 2

Meningkatnya aktifitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja, akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Merasa takut akan kegemukan dapat mendorong seseorang melakukan perilaku diet yang salah. Perilaku diet yang salah pada umumnya dapat mengakibatkan terjadinya masalah gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia (Khomsan, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chairah (2012), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara body image dengan pola makan pada remaja putri di SMA N 38 Jakarta. Ini artinya bahwa semakin positif body image maka semakin baik pula pola makannya. Begitu juga sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka semakin buruk pola makannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andea (2010), menyimpulkan bahwa semakin positif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah, dan begitu pula sebaliknya, semakin negatif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi. Fast food adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap. Mudahnya memperoleh makanan siap saji di pasaran memang memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi remaja yang selalu sibuk (Sulistijani, 2002). Menurut Khomsan (2003) kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia dapat mempengaruhi pola makan remaja di kota. Khususnya 3

bagi remaja tingkat menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai, harga yang ditawarkan sangat terjangkau dan pelayanannya cepat. Fast food umumnya mengandung kalori, lemak, gula dan sodium yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Menurut penelitian Kristianti dkk (2009), menyimpulkan bahwa lebih dari sebagian responden (54,7%) sering mengkonsumsi fast food. Menurut penelitian Susanti (2008), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji. Artinya, semakin baik pengetahuan siswa maka semakin jarang siswa untuk mengkonsumsi makanan cepat saji. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di SMK N 4 Surakarta menunjukkan bahwa terdapat 6 orang (30%) yang memiliki pengetahuan gizi kurang, 12 orang (60%) yang memiliki pengetahuan gizi cukup dan 2 orang (10%) yang memiliki pengetahuan gizi baik. Sebanyak 8 orang (40%) yang menunjukkan body image yang negatif dan 12 orang (60%) yang memiliki body image yang positif, artinya masih ada dari beberapa pelajar yang pengetahuan gizinya kurang dan memiliki body image yang negatif. Berdasarkan lokasi, SMK Negeri 4 Surakarta terletak diwilayah perkotaan, selain itu disekitar sekolah banyak terdapat tempat penjualan fast food, sehingga memudahkan pelajar untuk dapat mengkonsumsi fast food. Berkaitan dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk menganalisis lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan gizi dan 4

body image dengan frekuensi konsumsi fast food remaja putri di SMK N 4 Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah : Apakah ada hubungan pengetahuan gizi dan body image dengan frekuensi konsumsi fast food remaja putri di SMK N 4 Surakarta?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan body image dengan frekuensi konsumsi fast food remaja putri di SMK N 4 Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan gizi remaja putri di SMK N 4 Surakarta. b. Mendeskripsikan body image pada remaja putri di SMK N 4 Surakarta. c. Mendeskripsikan frekuensi konsumsi fast food remaja putri di SMK N 4 Surakarta. d. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan frekuensi konsumsi fast food remaja putri di SMK N 4 Surakarta. e. Menganalisis hubungan body image dengan frekuensi konsumsi fast food remaja putri di SMK N 4 Surakarta. 5

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja Putri Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menambah pengetahuan kepada remaja putri mengenai gizi, body image, dan untuk memperbaiki perilaku memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi. 2. Bagi Pihak Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi betapa pentingnya pendidikan gizi remaja dan mengarahkan atau memberikan gambaran tentang body image dan konsumsi makanan yang baik. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dan menambah wawasan pengetahuan tentang hubungan antara pengetahuan gizi dan body image dengan frekuensi konsumsi fast food remaja putri di Surakarta. 6