PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH 4 LANTAI ( 1 BASEMENT ) DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SUKOHARJO

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 5 LANTAI DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 5 LANTAI + 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

Ma ruf Hadi Sutanto NIM : D NIRM :

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa)

PERENCANAAN APARTEMEN 7 LANTAI (+1 BASEMENT) DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

PERENCANAAN GEDUNG SMA EMPAT LANTAI DENGAN SISTEM PERENCANAAN DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

Tugas Akhir. Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil. Diajukan oleh :

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh: AGUNG PRABOWO NIM : D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB V KESIMPULAN. Kedoya Jakarta Barat, dapat diambil beberapa kesimpulan: ganda dengan ukuran 50x50x5 untuk batang tarik dan 60x60x6 untuk batang

PERENCANAAN RUSUNAWA EMPAT LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL BETON BERTULANG DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SWALAYAN RAMAI SEMARANG ( Structure Design of RAMAI Supermarket, Semarang )

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR WILAYAH DIRJEN PAJAK SULAWESI SELATAN, BARAT DAN TENGGARA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL LARAS ASRI SALATIGA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :


PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkantoran, sekolah, atau rumah sakit. Dalam hal ini saya akan mencoba. beberapa hal yang harus diperhatikan.

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG. Oleh : BAYU ARDHI PRIHANTORO NPM :

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH BERSAMA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM PROPINSI KEPULAUAN RIAU. Oleh : DEDE FAJAR NADI CANDRA NPM :

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

KAJIAN PORTAL BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG 3 DAN 4 LANTAI DI WILAYAH GEMPA I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG UNTUK PERKANTORAN 8 LANTAI (+2 BASEMENT) DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PENUH

PERANCANGAN STRUKTUR KANTOR INDOSAT SEMARANG. Oleh : LIDIA CORRY RUMAPEA NPM. :

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL BETON BERTULANG DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 2. Naskah Publikasi

PERENCANAAN GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT KANKER EMPAT LANTAI (+ 1 BASEMENT) DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung mempengaruhi struktur bangunan tersebut. Berdasarkan

BAB V PENUTUP. Pada tabel tersebut dengan nilai N = 27,9 maka jenis tanah termasuk tanah sedang.

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Tugas Akhir

KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL BETON BERTULANG DENGAN SISTEM DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA TIGA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung.

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

Transkripsi:

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil diajukan oleh : ROHMAD TAUFIQ ROMADHANI NIM : D 100 050 015 NIRM : 05 6 106 03010 50015 Kepada PROGRAM TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

2

3 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Boyolali merupakan salah satu wilayah yang berkembang pesat di Propinsi Jawa Tengah. Sektorsektor yang mendukung untuk memajukan daerah tersebut antara lain sektor industri, perdagangan, sektor pendidikan dan kebudayaan Salah satu faktor yang sangat terkait dengan keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan atau menampung beban yang bekerja pada struktur. Menurut SNI 0317262002, Boyolali termasuk pada wilayah gempa 3, atau merupakan daerah dengan resiko cukup besar kemungkinan terjadinya gempa. Oleh karena itu dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi (khususnya di wilayah Boyolali) harus direncanakan dan didesain sedemikian rupa agar dapat digunakan sebaikbaiknya, nyaman, dan aman terhadap bahaya gempa bagi pemakai atau pengguna struktur gedung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, dapatlah diambil suatu rumusan yang akan digunakan sebagai acuan. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1). Boyolali yang semakin berkembang sehingga dibutuhkan suatu pasar sebagai tempat transaksi jual beli sebagai penunjang perekonomian. 2). Mengingat Boyolali termasuk pada wilayah gempa 3, maka diperlukan perencanaan struktur gedung tahan gempa. C. Tujuan Perencanaan Tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah : Perencanaan pasar tiga lantai dengan satu basement di Boyolali dengan prinsip daktail parsial ini bertujuan untuk mendapatkan hasil desain struktur bangunan pasar tiga lantai dengan satu basement di Boyolali yang tahan gempa sesuai dengan prinsip daktail parsial, serta peraturanperaturan yang berlaku di Indonesia. D. Manfaat Perencanaan Manfaat pada Tugas Akhir ini ada 2 macam yang hendak dicapai yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis, dengan penjelasan sebagai berikut :

4 1). Secara teoritis, perencanaan gedung ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang perencanaan struktur, khususnya dalam perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa dengan prinsip daktail parsial. 2). Secara praktis, perencanaan gedung ini diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu referensi dalam merencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa khususnya di daerah Boyolali. E. Batasan Masalah Menghindari melebarnya pembahasan, dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan dibatasi pada masalahmasalah berikut : 1). Gedung yang direncanakan adalah gedung pasar tiga lantai dengan satu basement di Boyolali. 2). Perhitungan struktur mencakup perhitungan struktur atap (kudakuda) dan beton bertulang (plat lantai, plat tangga, perhitungan balok, perhitungan kolom dan perhitungan pondasi). 3). Digunakan beton bertulang dengan mutu beton f c = 25 MPa, mutu baja f y = 350 MPa untuk tulangan utama, dan f y = 350 MPa untuk tulangan geser. 4). Bangunan berada di Wilayah Boyolali (wilayah gempa 3). 5). Struktur pondasi digunakan pondasi tiang pancang TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Struktur bangunan dapat dirancang dengan mudah apabila bebanbeban yang bekerja pada bangunan bisa ditentukan dengan pasti. Kapasitas bangunan dapat ditentukan sesuai dengan penggunaan bangunan yang bersangkutan, sehingga beban hidup dan beban mati dapat dihitung sesuai dengan kapasitas rencana. Tetapi beban akibat bencana alam yang mempengaruhi bangunan seperti angin dan gempa yang tidak dapat dengan pasti diidentifikasi sehingga dalam perancangan bangunan harus diperhatikan agar struktur tidak runtuh pada saat kondisi beban maksimal.

5 B. Daktilitas 1. Pengertian daktilitas Daktilitas (ductility) adalah perbandingan antara simpangan maksimum sebelum bahan runtuh dengan simpangan pada saat leleh awal. Bahan atau struktur yang bersifat elastis murni, biasanya dikatakan bahan getas, artinya jika terjadi leleh bahan langsung patah, sedangkan untuk bahan yang bersifat elastoplastis, berarti bahan tersebut adalah liat atau disebut daktail. (Asroni, 2003). Menurut SNI 17262002, daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pascaelastik yang besar secara berulang kali dan bolakbalik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan. Berdasarkan SNI 17262002 terdapat 3 tingkat daktilitas yaitu : 1). Elastik penuh Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana nilai faktor daktilitasnya sebesar 1,0 (μ=1,0). 2). Daktail parsial Seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas diantara untuk struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 (µ=1,0) dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3 (μ=5,3). 3). Daktail penuh Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana strukturnya mampu mengalami simpangan pascaelastik pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan yang paling besar yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas sebesar 5,3 (μ=5,3). 2. Perencanaan sendi plastis Pada perencanaan gedung dengan sistem daktail, diupayakan agar kolom lebih kuat dari pada baloknya. Dengan demikian jika, terjadi gempa yang lebih besar dari pada gempa rencana, maka balok akan patah lebih dulu (sehingga terjadi sendi plastis), tetapi gedung yang bersangkutan masih berdiri (tidak

6 runtuh). Selanjutnya setelah semua ujungujung balok terjadi sendi plastis, barulah gedung tersebut runtuh. (Asroni, 2009) C. Pembebanan Struktur 1. Kekuatan komponen struktur Pedoman perhitungan struktur beton di Indonesia, dicantumkan dalam Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 032847 2002. Beberapa komponen struktur tersebut meliputi kuat perlu, kuat nominal dan kuat rencana atau kuat tersedia. 2. Faktor beban Besar faktor beban yang diberikan untuk masingmasing beban yang bekerja pada suatu penampang struktur akan berbedabeda tergantung pada jenis kombinasi pembebanan yang bersangkutan. Menurut pasal 11.2 SNI 03 28472002, agar supaya struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap bermacammacam kombinasi beban, maka harus dipenuhi ketentuan dari kombinasikombinasi beban berfaktor sebagai berikut : 1). U = 1,4 D 2). U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) 3). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) U = 0,9 D ± 1,6 W 4). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E U = 0,9 D ± 1,0 E 3. Faktor reduksi kekuatan ( ) Ketidakpastian kekuatan elemen struktur terhadap pembebanan dianggap sebagai faktor reduksi pembebanan, yang nilainya ditentukan menurut Pasal 11.3.2 SNI 0328472002 sebagai berikut: 1). = 0,80 untuk beban lentur tanpa gaya aksial 2). = 0,65 untuk gaya aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur 3). = 0,65 untuk struktur dengan tulangan sengkang biasa 4). = 0,60 untuk gaya lintang dan torsi

7 5). = 0,70 untuk tumpuan pada beton D. Beban Gempa Beban gempa merupakan salah satu beban yang harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur bangunan, terutama untuk daerah rawan gempa. Pada perencanaan ini beban gempa dihitung dengan pedoman SNI 17262002 (Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung). 1. Faktorfaktor penentu beban gempa nominal. 1a).Faktor respons gempa (C 1 ). Faktor respon gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang nilainya tergantung pada waktu getar alami struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam spektrum respons gempa rencana. Faktor respons gempa ( C 1 ) dipengaruhi 3 hal, yaitu sebagai berikut: 1). Kondisi tanah pada gedung yang akan dibangun. 2). Waktu getar alami fundamental (T 1 ) 3). Wilayah gempa. 1b).Faktor keutamaan gedung (I). Faktor keutamaan gedung merupakan faktor pengali dari pengaruh gempa rencana pada berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh tersebut selama umur gedung itu dan penyesuaian umur gedung itu. 1c).Faktor reduksi gempa (R). Faktor reduksi gempa merupakan rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, bergantung pada faktor daktilitas struktur gedung tersebut. 1d).Berat total gedung (Wt). Berat total bangunan adalah kombinasi dari beban mati seluruhnya dan beban hidup vertikal tereduksi. Faktor reduksi beban hidup dapat ditentukan dari PPIUG ( 1983 ). 2. Beban geser dasar nominal statik ekuivalen (V) Struktur bangunan yang dapat menahah beban gempa harus direncanakan untuk menahan suatu beban geser dasar akibat gempa. Besarnya

8 beban geser dasar nominal statik ekuivalen (V) ditentukan berdasarkan ketentuan pasal 6.1.2 SNI 17262002 3. Beban gempa nominal statik ekuivalen (F i ) Beban geser dasar nominal statik ekuivalen (V) harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi bebanbeban gempa nominal statik ekuivalen (Fi ) yang bekerja pada masingmasing lantai tingkat. Besarnya beban gempa nominal statik ekuivalen (Fi) ditentukan berdasarkan ketentuan pasal 6.1.3 SNI 17262002 4. Kontrol waktu getar alami gedung beraturan (T 1 ) Menurut Pasal 6.2.1 SNI 17262002, apabila dimensi portal telah ditentukan dengan pasti, maka waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dikontrol dengan rumus Rayleigh. Apabila nilai waktu getar alami fundamental menyimpang lebih dari 20% (atau kurang dari 80%) dari nilai yang dihitung menurut Pasal 6.2.1 SNI 17262002 maka beban gempa harus dihitung ulang dari awal. LANDASAN TEORI A. Perencanaan Struktur Atap Rangka Baja 1. Perencanaan gording Bebanbeban yang diperhitungkan pada gording meliputi beban mati (akibat berat sendiri gording dan beban penutup atap), beban hidup dan beban angin. Baja profil yang digunakan untuk gording adalah profil Canal. Tegangan yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin. 2. Perencanaan sagrod Pemasangan sagrod dimaksudkan untuk mendukung beban yang searah dengan sumbu miring atap. Penempatan sagrod dipasang pada tengah bentang gording, yang terjadi momen maksimum. 3. Perencanaan kudakuda Struktur atap pada perencanaan kudakuda, harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan berdasarkan Pasal 6.2.2 SNI 0317292002 dalam departemen pekerjaan umum, 2002 di bawah ini:

9 1). 1,4.D 2). 1,2.D + 1,6.L + 0,5(La atau H) 3). 1,2.D + 1,6.(La atau H) + (γl.l atau 0,8.W) 4). 1,2.D + 1,3.W + γl.l + 0,5(La atau H) 5). 1,2.D ± 1,0.E + γl.l 6). 0,9D ± (1,3.W atau 1,0.E) B. Perencanaan Struktur Plat Lantai dan Tangga 1. Perencanaan plat Plat merupakan struktur bidang datar (tidak melengkung) yang jika ditinjau secara 3 dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil dari pada ukuran bidang plat. Untuk merencanakan plat beton bertulang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tapi juga ukuran dan syaratsyarat tumpuan pada tepi yang menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. 2. Perencanaan tangga beton bertulang Agar anak tangga dapat digunakan dengan mudah dan nyaman, maka ukuran anak tangga ditentukan sebagai berikut : dengan : 2.T + I = (61 65 cm)... (III.11) T = tinggi bidang tanjakan (optred) atau tinggi anak tangga, cm. I = lebar bidang injakan (antrede) atau lebar anak tangga, cm. C. Perencanaan Struktur Balok Pada perencanaan balok dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan memanjang balok dan tulangan geser (begel) balok. D. Perencanaan Struktur Kolom Pada perencanaan kolom dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan memanjang kolom, tulangan geser (begel) kolom dan momen tersedia kolom.

10 Pada kontrol momen tersedia kolom dilakukan dengan membuat diagram interaksi kolom yang kemudian di analisis kekuatan kolomnya dengan persamaan Bresler. E. Perencanaan Pondasi Secara umum, pondasi mempunyai tujuan untuk meneruskan bebanbeban struktur bangunan yang berada di atasnya untuk ditransfer/ diteruskan kedalam lapisan tanah pendukung. Perencanaan pondasi dalam Tugas Akhir ini mengambil kedalaman tanah keras dari jarak + 9,20 meter (dari permukaan tanah). HASIL PERENCANAAN A. Perencanaan Struktur Atap Perencanaan Struktur atap menggunakan penutup atap dari seng dengan rangka atap dari baja. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan gording profil baja lip kanal C150.75.20.4,5 dan rangka kudakuda baja menggunakan profil siku 80.80.8. Alat sambung menggunakan baut ( = 1/2 dengan menggunakan plat kopel 4 mm. Rangka atap dapat dilihat seperti pada Gambar V.1. a a1 b1 c v1 n d a2 v2 d1 o b2 a3 d2 b3 e v3 p a4 d3 b4 h a6 a7 g i a5 d6 d9 d10 a8 f b13 b14 v9 d4 d7 d8 d11 v4 b6 b7 q b5 r s b8 j v5 t Gambar V. 1. Rangka kudakuda atap a9 k d12 v6 b9 u a10 d13 b10 l v7 v a11 d14 b11 m v8 a12 w b12 b B. Perencanaan Plat Perencanaan struktur pelat atap diperoleh tebal pelat 100 mm dan pelat lantai lantai diperoleh tebal 120 mm tulangan pokok digunakan diameter 10 mm dan tulangan bagi 8 mm. Sedangkan Hasil penulangan dapat dilihat pada Tabel V.1 dan Tabel V.2.

11 Tabel V.1. Tulangan dan momen tersedia plat atap Tipe plat A B C D Mu (KNm) M lx = 1,28985 M ly = 1,28985 M tx = 3,19392 M ty = 3,19392 M lx = 0,80224 M ly = 0,26073 M tx = 1,64459 M ty = 1,14319 M lx = 0,42118 M ly = 0,42118 M tx = 1,04291 M ty = 1,04291 M lx = 4,58111 M ly = 4,58111 M tx = 11,3437 M ty = 11,3437 Tulangan Pokok dp12200 dp12200 dp12150 dp12150 Tulangan Bagi Momen Tersedia (KNm) 7,887 6,788 7,887 6,788 7,887 6,788 7,887 6,788 7,887 6,788 7,887 6,788 10,974 9,392 14,305 12,195 Tabel V.2. Tulangan dan momen tersedia plat lantai Tipe plat A B C D E Mu (KNm) M lx = 2,46600 M ly = 2,46600 M tx = 6,10628 M ty = 6,10628 M lx = 1,46176 M ly = 0,47507 M tx = 2,99661 M ty = 2,08301 M lx = 1,53485 M ly = 0,36544 M tx = 3,03315 M ty = 2,08301 M lx = 1,71129 M ly = 0,72002 M tx = 3,65383 M ty = 2,63631 M lx = 0,76742 M ly = 0,76742 M tx = 1,90029 M ty = 1,90029 Tulangan Pokok Tulangan Bagi Momen Tersedia (KNm)

N 2.00 3.00 1.75 2.00 12 Tabel V.2. Tulangan dan momen tersedia plat lantai (Lanjuatan) Tipe plat F G Mu (KNm) M lx = 1,14714 M ly = 0,33575 M tx = 2,32226 M ty = 1,59480 M lx = 0,57557 M ly = 0,41112 M tx = 1,31558 M ty = 1,15114 Tulangan Pokok Tulangan Bagi Momen Tersedia (KNm) C. Perencanaan Tangga Pada perencanaan ini tangga yang digunakan tiap lantai sama. Dalam analisa perhitungan, tangga dibagi menjadi 2 bagian. Sebagai contoh hasil perencanan yaitu pada tangga bagian bawah dengan denah yang dapat dilihat pada gambar V. 2. dan pada Tabel V.2, dengan injakan 31 cm dan tanjakan 16 cm. 7.00 Lantai Atas 4 Bordes 3 T T 2 1 2.00 3.00 2.00 Lantai Bawah 3.00 1.75 Gambar V.2. Perencanaan tangga besement dan lantai 1,2 dan 3. Tabel V.3 Penulangan tangga bagian bawah BATANG 1 2 B.MATI B.HIDUP KOMBINASI PEMBEBANAN B.RENCANA (D) (La) 1.4D 1.2D+1.6L 1.2D+1.0L KNm kiri 16,7940 9,5851 23,5116 35,4890 29,7379 35,4890 lapangan 3,6378 1,9375 5,0929 7,4654 6,3029 7,4654 kanan 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407 kiri 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407 lapangan 5,8041 3,8222 8,1257 13,0804 10,7871 13,0804 kanan 0 0 0 0 0 0

13 Tabel V.3 Penulangan tangga bagian bawah (Lanjutan) BATANG 3 4 B.MATI B.HIDUP KOMBINASI PEMBEBANAN B.RENCANA (D) (La) 1.4D 1.2D+1.6L 1.2D+1.0L KNm kiri 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407 lapangan 5,8041 3,8222 8,1257 13,0804 10,7871 13,0804 kanan 0 0 0 0 0 0 kiri 16,7940 9,5851 23,5116 35,4890 29,7379 35,4890 lapangan 3,6378 1,9375 5,0929 7,4654 6,3029 7,4654 kanan 8,7371 5,3476 9,5851 19,0407 15,8321 19,0407 D. Perencanaan Struktur Balok Perencanaan kolom diambil contoh pada balok F14 portal as14 lantai 1. Balok berukuran 600/400 dengan diameter tulangan D22 mm dan diameter tulangan geser Ø 10 mm, penulangan balok dapat dilihat pada Gambar V.3. A B 7 D 22 3 D 22 C 3 D 22 3 D 22 2dp10120 A B 3 D 22 2dp10170 4 D 22 C 2dp10120 600 7D22 2D10 61 50 2Ø10120 600 3D22 2D10 61 2Ø10120 600 7D22 2D10 61 2Ø10120 3D22 3D22 3D22 400 400 400 POT A A POT B B POT C C Gambar V.3. Hasil perencanaan tulangan balok F14 portal as14 lantai 1 E. Perencanaan Struktur Kolom Perencanaan kolom diambil contoh pada kolom G13 portal asg. Kolom berukuran 600/600 dengan diameter tulangan D22 mm dan diameter tulangan geser Ø 10 mm, penulangan kolom dapat dilihat pada Gambar V.4.

70 400 14 61 2dp10260 600 20 D 22 A A 600 61 2dp10160 POT A A Gambar V.4. Hasil perencanaan tulangan kolom G13 portal asg F. Perencanaan Struktur Pondasi Perencanaan pondasi struktur utama menggunakan pondasi tiang pancang dan dipancang sampai tanah keras, dengan 5 buah tiang pancang. Tulangan tiang pancang menggunakan diameter 25 mm dan tulangan geser 2dp10. Poer menggunakan ukuran 2,4 x 2,4 m2, dengan tulangan diameter 19 mm. 2dp10260 240 20D22 2dp10160 2dp10160 D19110 D19110 500 2dp10160 D19110 D19110 D19110 D19110 80 1000 71 600 71 500 240 D19110 D19110 700 700 4D25 4D25 2dp10160 500 400 460 500 700 700 D19110 D19110 D19110 D19110 500 Penulangan tiang pancang 240 Penulangan plat poer Penulangan poer Pondasi tiang pancang Pondasi tiang pancang Gambar V.5. Penulangan pondasi tiang pancang.

15 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung pasar tiga lantai dengan satu basement di wilayah Boyolali dengan sistem daktail parsial tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati, beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika strukturnya menggunakan program bantu hitung SAP 2000 v. 14 nonlinear. Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut : 1). Struktur atap menggunakan kudakuda rangka baja profil 80.80.8 dengan penutup seng. 2). Struktur plat meliputi ; a). Ketebalan plat lantai 12 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp 8200. b). Ketebalan plat lantai basement tebal 20 cm, dengan tulangan pokok dp 10 100, dan tulangan bagi dp 8120. 3). Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade 16 cm dan antrade 26 cm. Untuk plat tangga digunakan tebal 12 cm dengan tulangan pokok dp 10100 dan tulangan bagi dp 6100, sedangkan untuk plat bordes digunakan tebal 12 cm dengan tulangan pokok dp 10100 dan tulangan bagi dp 6100. 4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi : a). Balok induk dengan dimensi 400/600 mm dengan tulangan pokok D22 dan tulangan geser menggunakan 2dp10120. b). Kolom dengan dimensi kolom 600/600 mm dengan tulangan pokok 20D22 dan tulangan geser menggunakan 2dp10160. 5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan dipancang sampai tanah keras meliputi :

16 a). Plat poer pondasi menggunakan ukuran (2,4 x 2,4) m 2 setebal 100 cm dengan tulangan vertikal D19110 dan tulangan horisontal D19110. b). Kelompok tiang pancang berjumlah 5 tiang dengan dimensi tiang pancang 400/400 dengan Tulangan pokok 4D25 dengan begel 2dp10160. B. Saran Halhal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut : 1). Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 v.14 atau yang lainnya hendaknya dicek ulang dengan hitungan analisa struktur secara konvensional agar hasilnya bisa dibandingkan sehingga kesalahan bisa diminimalisir. 2). Jika dalam perhitungan torsi hasilnya momen torsi diabaikan, maka hanya perlu diberi tulangan tambahan dengan diameter minimal (diameter tulangan longitudinal) sesuai pasal 13.6.1 SNI 03 2847 2002. 3). Dalam penggambaran hendaknya dibuat secara sederhana dengan sedetailnya agar mudah difahami oleh semua orang.