BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I. Pendahuluan. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan penyakit. jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian balita (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

DEA YANDOFA BP

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. rongga telingga tengah, dan pleura (Kepmenkes, 2002). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah.gejala yang ditimbulkan yaitu gejala ringan (batuk dan pilek), gejala sedang (sesak danwheezing) bahkan sampai gejala yang berat (sianosis dan pernapasan cuping hidung). Komplikasi ISPA yang berat mengenai jaringan paru dapat menyebabkan terjadinya pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian nomor satu pada balita (Riskesdas, 2013).Beberapa faktor risiko terjadinya ISPA adalah faktor lingkungan, ventilasi, kepadatan rumah, umur, berat badan lahir, imunisasi, dan faktor perilaku (Naning et al., 2012). Penyakit ISPA dapat terjadi di berbagai tempat di saluran pernafasan mulai dari hidung sampai ke telinga tengah dan yang berat sampai keparu. Kebanyakan ISPA muncul dari gejala yang ringan seperti pilek dan batuk ringan tetapi jika imunitas anak rendah gejala yang ringan tersebut bisa menjadi berat. Anak yang terkena infeksi saluran pernapasan bawah akan berisiko tinggi kematian (Dinkes RI,2010). Penyakit ISPA merupakan salah satu dari banyak penyakit yang menginfeksi di negara maju maupun negara berkembang. Hal ini diperkuat dengan tingginya angka kesakitan dan angka kematian akibat ISPA khususnya pneumonia, terutama pada balita. Pneumonia di Amerika menempati peringkat ke- 1Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

6 dari semua penyebab kematian pada balita. Pneumonia di Spanyol mencapai angka 25% sedangkan pada anak-anak, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 25-30 orang per 100.0000 penduduk (Alsagaff, Hood &Mukty, 2010). Negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun terutama pada bayi, balita, dan lanjut usia (Lindawaty, 2010). Penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab utama rawat jalan dan rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). Indonesia memiliki angka kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30% dari seluruh kematian anak (Depkes, 2010). Kejadian ISPA masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2013 adalah 25,0% tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25,8% dan<1 tahun sebesar 22,0%. ISPA mengakibatkan sekitar 20-30% kematian pada balita (Depkes, 2010). Provinsi dengan ISPA tertinggi di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh pada tahun 2007 (25,5%), di Sumatera Barat angka kejadian ISPA masih lebih tinggi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 23,5% (RIKESDA, 2013). Berdasarkan laporan Dinkes kota Padang, penyakit yang paling banyak di Kota Padang tahun 2012 adalah ISPA, diikuti oleh Penyakit kulit infeksi dan 2Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

gastritis. Berdasarkan data tahun 2013 penyakit paling banyak di kota Padang masih ISPA, yaitu sebanyak 91.225 kasus diikuti rematik dan alergi kulit (DINKES, 2013). Faktor lain yang menyebabkan terjadinya ISPA selain virus dan bakteri adalah terpaparnya balita dengat kabut asap. Salah satu penyebab kabut asap adalah musim kemarau yang dapat meningkatkan suhu dan adanya pembakaran hutan. Terdapat beberapa daerah yang mengalami kabut asap, yaitu Riau, Jambi, Palangkaraya, Banjarmasin, dan menyebar ke daerah sekitarnya termasuk Sumatera Barat. Kabut asap adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berharihari hingga hitungan bulan. Dampak cuaca yang disebakan adalah pencemaran udara dan juga menutupi suatu kawasan dalam waktu yang cukup lama (Dinkes, 2015). Kabut asap juga berdampak terhadap kesehatan yaitu meningkatkan terjadinya penyakit saluran napas akut ( ISPA ). Penderita ISPA di daerah kabut asap meningkat sebanyak 1,8-3,8 kali dibandingkan jumlah penderita ISPA pada periode yang sama ditahun-tahun sebelumnya (Dinkes 2015). Selain itu dampak kabut asap yaitu menimbulkan iritasi mata, kulit, gangguan saluran pernapasan yang lebih berat, fungsi paru berkurang, bronkitis, asma eksaserbasi, dan kematian dini. Konsentrasi tinggi partikel-partikel ini dapat menyebabkan iritasi pernapasan, batuk terus-menerus, batuk berdahak, kesulitan bernapas dan radang paru. Materi partikulat pada kabut asap juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fisiologi melalui mekanisme terhirupnya benda asing ke paru. Dampak yang ditimbulkan tergantung dari individu yang menghirupnya 3Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

seperti umur, penyakit pernapasan sebelumnya, dan infeksikardiovaskuler (KEMENKES,2015). Kementrian Kesehatan mencatat sebanyak 425.377 orang terserang infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA ) akibat dampak kebakaran hutan dan lahan ditujuh provinsi sejak Juni 2015 sampai bulan September 2015. Menurut Menteri Kesehatan terjadi peningkatan penderita menjadi 503.874 jiwa yang menderita infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA) di 6 provinsi sampai tanggal 23 Oktober 2015 (KEMENKES,2015). Kabut asap di Kota Padang mulai melanda sejak bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2015 yang menyebar di berbagai wilayah lain, misalnya Bukit Tinggi dan Payakumbuah (KEMENKES 2015). Sebanyak 70-80 orang yang berobat ke Puskesmas Alai Padang setiap harinya.peningkatan ini terjadi sejak Agustus 2015. Selain itu di Puskesmas Padang pasirdi kota Padang juga terjadi peningkatan sebanyak 20-30% kunjungan yang berobat ke puskesmas karena ISPA, meningkat pada anak-anak (Dinkes,2015). Dalam hal ini Puskesmas memegang peranan penting karena Puskesmas merupakan tempat dan sarana yang dekat dengan masyarakat serta Puskesmas dapat memberikan pencegahan lebih dini tentang ISPA pada anak balita. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas (Dinkes, 2011). Puskesmas juga sebagai tempat 4Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

kunjungan pertama masyarakat ketika sakit, apalagi dengan terjadinya kabut asap ini masyarakat lebih ingin memeriksakan kesehatan keluarganya ke puskesmas. Puskesmas yang diambil pada penelitian ini adalah empat puskesmas dengan tingkat kejadian tertinggi pada tahun 2014. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Padang Pasir, Puskesmas Andalas, Puskesmas Pauh, dan Puskesmas Lubuk Kilangan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang perbandingan kejadian ISPA pada balita sebelum sampai saat terpapar kabut asap pada beberapa puskesmas di kota padang tahun 2015. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimanaperbandingan penyakit ISPA pada balita sebelum dan saat terjadi kabut asap di Puskesmas kota Padang? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan ISPA pada balita sebelum dan saat terpapar kabut asap di beberapa puskesmas di kota padang tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus - Mengetahui karakteristik pasien ISPA pada balita sebelum dan saat kabut asap berdasarkan usia dan jenis kelamin. - Mengetahui kejadian ISPA pada balita sebelum terjadinya kabut asap di beberapa puskesmas di kota Padang berdasarkan umur dan jenis kelamin. 5Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- Mengetahui kejadiaan ISPA pada balita saat terjadinya kabut asap pada beberapa puskesmas di kota Padang berdasarkan umur dan jenis kelamin. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti a. Menambah pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan pengalaman kerja di bidang kesehatan, yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berisiko ISPA pada balita di kota Padang. b. Sebagai wujud aplikasi, penerapan ilmu yang di dapatkan di perkuliahan secara nyata. c. Sebagai wadah aplikasi ilmu penulis selama menempuh studi di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 1.4.2 Bagi Instansi a. Sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan dalam proses penyusunan dan pembuatan perencanaan program kesehatan, terutama program kesehatan mengenai ISPA pada penduduk Indonesia, khususnya di wilayah Padang Sumatera Barat. b. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. c. Sebagai gambaran terhadap puskesmas untuk lebih mempromosikan tentang bahaya ISPA kepada masyarakat, agar masyarakat mampu mengenali lebih dini tentang ISPA pada berbagai usia. 6Fakultas Kedokteran Universitas Andalas