I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:150).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku di dunia pasti memiliki kebudayaan. Sebagai hasil cipta

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

Oleh Arwin Rio Saputra *), Bintang Wirawan *)*) Mahasiswa program sarjana Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

ABSTRAK SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ADAT TUNGGU TUBANG DI DESA PULAU PANGGUNG KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT KABUPATEN MUARA ENIM. Oleh M.

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

I. PENDAHULUAN. mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN TOKOH ADAT DALAM MEMPERTAHANKAN ADAT TUNGGU TUBANG PADA MASYARAKAT SEMENDO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

(Skripsi) Oleh: HASVEN STAMADOVA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan manusia. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Indonesia, misalnya suku bangsa Sunda, Batak, Minangkabau, Jawa, Basemah, Bali atau yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini menjadikan masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk atau masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan serta adat istiadat, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda, hal itu terjadi karena adanya perbedaan dalam penafsiran unsur-unsur kebudayaan. Dalam memahami kebudayaan tidaklah cukup hanya mengetahui wujudnya saja. Kebudayaan itu juga harus dipahami maknanya yang terkandung dalam berbagai wujudnya baik sebagai gagasan, pola perilaku maupun benda-benda. Kebudayaan dapat berfungsi sebagai sarana untuk menyalurkan ide-ide atau pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat kepada anggota masyarakat lain dari generasi ke generasi, maka ide-ide atau pengetahuan yang hendak diwariskan inilah yang harus dicari.

2 Dengan demikian kebudayaan dianggap sebagai tempat atau wadah yang membawa makna yang hendak disalurkan kepada masyarakat. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Tiap-tiap kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, sistem sosial dan unsur-unsur kebudayaan fisik. Disebutkan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa, ketujuh unsur kebudayaan yaitu : 1. Bahasa, 2. Sistem pengetahuan, 3. Organisasi sosial, 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi, 7. Kesenian, (Koentjaraningrat, 2009:165) Keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai provinsi yang ada di Indonesia itu merupakan kekayaan dan menjadikan cirri khas bangsa yang harus tetap dilestarikan. Salah satu Provinsi yang memiliki kemajemukan suku bangsa adalah Provinsi Lampung, di Provinsi Lampung tidak hanya ada satu suku bangsa Lampung saja akan tetapi ada juga suku bangsa yang lainnya salah satunya yaitu suku bangsa Semende. Suku Semende adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang berada di daerah kecamatan Semende kabupatan Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Suku Semende dikenal sebagai masyarakat yang kuat dalam memegang aturan adat. Menurut Thohlon Abdul Rauf, (1989:68), Adat berasal dari bahasa Arab yang

3 mengandung arti Lembaga, kebiasaan, peraturan dan hukum. Sebagaimana sukusuku bangsa lain di Indonesia, suku Semende memiliki beragam adat yang khas sseperti bahasa, kesenian dan upacara perkawinan. Suku Semende yang ada di wilayah Provinsi Lampung ini salah satunya ada di daerah Kabupaten Pringsewu. Kehadiran masyarakat Semende ke daerah Lampung telah menjadikan daerah ini kaya akan berbagai kebudayaan, karena kedatangan masyarakat di sini tidak hanya berpindah tempat tetapi juga membawa kebiasaan-kebiasaan atau kebudayaan yang telah mereka lakukan ditempat mereka tinggal sebelumnya. Kebudayaan yang mereka bawa dari daerah asal akan mereka adaptasikan ke dalam daerah baru. Dalam proses adaptasi ini, manusia menggunakan lingkungannya untuk tetap melaksanakan kelangsungan dalam kehidupannya. Kebudayaan yang telah mereka adaptasikan di daerah baru menimbulkan adanya kebudayaan baru didaerah tersebut. Kebudayaan baru dari berbagai daerah menjadikan propinsi Lampung sebagai daerah bercirikan majemuk. Masyarakat majemuk adalah masyarkat yang terdiiri dua atau lebih kelompok yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah dan memilki struktur kelembagaan yang berbeda-beda. Setiap suku memiliki struktur kelembagaan atau lembaga adat masing-masing, begitu juga dengan masyarakat Semende. Masyarakat Semende memiliki lembaga adat yang sampai saat ini masih ada dalam masyarakat Semende yaitu adat Bemeraje Anak Belai. Lembaga Bemeraje Anak Belai ini terdiri dari :

4 1. Payung jurai atau payung Meraje ialah turunan anak laki-laki tertua dalam keluarga (jurai). 2. Jenang jurai atau jenang Meraje ialah turunan dari payung jurai. 3. Meraje ialah kakak atau adik laki-laki dari ibu. 4. Anak belai ialah semua keturunan dari kakak atau adik perempuan ibu. 5. Apit jurai ialah keluarga dari sebelah ibu dan ayah. (Dzulfikriddin, 2001:25-26) Berdasarkan uraian diatas Bemeraje Anak Belai merupakan lembaga tertinggi dalam sistem kelembagaan di masyarakat Semende. Dalam adat Beeraje Anak Belai ini ada dua hal yang sangat berkaitan dan berhubungan erat serta tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan lainnya, yaitu Tunggu Tubang dan Meraje. Dalam menjalankan tugasnya tunggu tubang diawasi oleh paman yang disebut dengan Meraje. Peran dari seorang Meraje sesuai dengan hukum adat Semende adalah memimpin musyawarah, menetapkan Tunggu Tubang, menjadi juru bicara (besuare), membimbing dan mengawasi para anak belai, memberi hukuman atau sanksi, mengawasi harta pusaka, dan mencarikan jodoh. Dalam musyawarah keluarga, sseperti apabila ingin mengadakan acara upacara pernikahan, Meraje duduk ditengah dan pendapatnya menjadi pegangan utama dalam mengambil keputusan. Sebelum Meraje datang, musyawarah belum dapat dimulai, kecuali atas izinnya. Apabila terjadi perselisihan dalam keluarga, maka hanya Meraje yang berhak mengadili dan menyelesaikan perselisihan itu. Begitu pula jika terjadi perselisihan antara salah satu anggota keluarga dengan pihak luar, maka Merajelah yang mewakili keluarga untuk menyelesaikan persoalan itu, baik dengan perdamaian ataupun dengan memberikan ganti rugi. Meraje dijadikan sebagai tumpuan keluarga besar atas segala sesuatu yang terjadi baik hal buruk atau pun yang sebaliknya.

5 Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bawah peran dan kedudukan Meraje dalam masyarakat adat Semende yang menaungi segenap anggota keluarga. Akan tetapi, Meraje yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab besar itu tidak dapat bertindak semaunya. Ada hal-hal yang membatasinya, yaitu aturan adat Semende. Karena itu, peran pemimpin adat sangat kuat dalam masyarakat Semende. Pada mulanya masyarakat Dusun Pamasalak menjadikan lembaga adat Bemeraje anak belai sebagai lemabaga adat tertinggi, namun kenyataannya saat ini menunjukan bahwa kepemimpinan Meraje di masyarakat adat Semende di Dusun pamasalak dilihat dari perannya tidak seperti dulu lagi. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Sabirin salah satu Meraje yang ada di Dusun pamasalak mengemukakan bahwa Meraje masih ada namun pengaruhnya bagi masyarakat sudah tidak seperti dulu lagi, salah contoh peran dari Meraje yang telah mengalami pergeseran yaitu dahulu seorang Meraje mencarikan jodoh untuk bujang dan gadis yang ada dalam keluarganya namun kenyataannya saat ini Meraje hanya dijadikan sebagai orang yang dituakan dalam acara pernikahan (Wawancara dengan Bapak Sabirin, Meraje di Dusun Pamasalak, Selasa, 13 januari 2015). Hal dikemukakan oleh Bapak Sabirin diatas dapat menunjukkan bahwa peran dari seorang Meraje di dusun Pamasalak sudah mengalami suatu pergeseran sebagai akibat dari perkembangan zaman yang terjadi di dalam masyarakat. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk merumuskan dan mengkajinya melalui suatu penelitian dengan judul

6 Pergeseran Peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu B. Analisis Masalah 1. Rumusan masalah Berdasarakan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dan peran apa saja yang sudah mengalami pergeseran? C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah ; Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. 2. Kegunaan Penelitian Setiap penelitian tentunya kegunaan pada pihak-pihak yang membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain diharapkan bermanfaat untuk: 1. Memahami dan mengetahui bagaimana suatu masyarakat mengalami suatu perubahan. Selain itu, peneliti ingin turut merasakan bagaimana masyarakat menjalankan kehidupan keseharian pada keadaan yang telah berubah karena adanya pergeseran peranan pemimpin adat.

7 2. Memberikan manfaat dan pengetahuan mengenai factor-faktor apa saja yang memepengaruhi pergeseran peranan dari pemimpin adat khususnya Meraje. 3. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa Universitas Lampung sebagai informasi wujud ragam budaya Semende. 3. Ruang Lingkup Penelitian 1. Obyek penelitian : Pergeseran Peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. 2. Subyek penelitian : Masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. 3. Tempat penelitian : Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. 4. Waktu Penelitian : Tahun 2015 5. Bidang Ilmu : Antropologi Budaya

8 REFERENSI Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropolgi. PT. Renika Cipta. Jakarta. Halaman 165 Thohlon Abdul Rauf. 1989. Jagat Besemah Lebar Semende Panjang. Pustaka Dzumirrah Yayasan Nurqadim. Jilid 1. Palembang. Halaman 68 Dzulfikriddin. 2001. Kepemimpinan Meraje Dalam Masyarakat Adat Semende Dan Kesesuaiannya Dengan Kepemimpinan Dalam Islam, Pustaka Auliya. Palembang Halaman 25 Ibid 26