PENGGUNAAN METODE MATCHING UNTUK PENENTUAN KESESUAIAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMENEP MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI UNIT PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV METODE PENELITIAN

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SEPANJANG JEMBATAN SURAMADU KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Endang Prinina 1, Lalu Muhamad Jaelani 1, Salam Tarigan 2 1

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

FORMASI SPASIAL PERAIRAN PULAU 3S (SALEMO, SAGARA, SABANGKO) KABUPATEN PANGKEP UNTUK BUDIDAYA LAUT Fathuddin dan Fadly Angriawan ABSTRAK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2016) ISSN: ( Print) 1

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia


ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Karakteristik Oseanografi Dalam Kaitannya Dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jatinangor, 22 Juli Haris Pramana. iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN

PARAMETER KUALITAS AIR

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

Gambar 1. Kondisi Teluk Benoa saat surut. (

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB 4. METODE PENELITIAN

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari hari, air merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Banyak

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

STUDI KONSENTRASI KLOROFIL-A BERDASARKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

Journal Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman

STUDI PERSEBARAN KONSENTRASI MUATAN PADATAN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DI SELAT MADURA

Sistem Informasi Geografis Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Kriminalitas Menggunakan Metode K-Means

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Jombang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Spasial dan Temporal Total Suspended Solid (TSS) dengan Citra SPOT di Estuari Cimandiri, Jawa Barat

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

DISTRIBUSI TOTAL SUSPENDED SOLID DAN TOTAL DISSOLVED SOLID DI MUARA SUNGAI BANYUASIN KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) C-130

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali di terjemahkan seaweed bukan sea grass yang sering di sebut dengan

Transkripsi:

PENGGUNAAN METODE MATCHING UNTUK PENENTUAN KESESUAIAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMENEP MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Hari Toha Hidayat Jurusan Teknik Informatika-Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Surabaya Jl. Ahmad Yani 114 Surabaya, Email: qshari@gmail.com Abstrak. Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh kondisi ekologi setempat. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode matching untuk menentukan lokasi budidaya rumput laut berdasarkan kondisi perairan. Proses penentuan lokasi yang akan dijadikan tempat budidaya rumput laut dilakukan dengan cara pertama nilai kekeruhan, total suspended material (TSM), dan klorofil a yang nantinya nilai ini akan digunakan dalam penilaian metode matching. Hasil yang diperoleh dari sistem penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut dengan metode matching yang dibantu dari hasil penginderaan jauh menggunakan Citra Satelit Landsat 7 pada Desa Legung Kabupaten sumenep menunjukkan bahwa lokasi yang layak dijadikan tempat budidaya pada stasiun 2 dan stasiun 3. Kata kunci: metode matching, total suspended material, kekeruhan, klorofil a Pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sumenep banyak memberikan bantuan dalam bentuk penguatan sarana dan prasarana bagi para petani rumput laut tersebut. Sehingga, beberapa tahun terakhir ini, produksi rumput laut Kabupaten Sumenep adalah tertinggi di wilayah provinsi Jawa Timur. Sesuai data di DKP Sumenep, produksi rumput laut pada 2010 lalu sebanyak 500.775,10 ton dalam bentuk basah dan 2011 sebanyak 533.706,37 ton. Namun begitu, permasalahan yang mengemuka saat ini adalah rendahnya harga jual panen rumput laut dari petani. Dan, harga rumput laut tersebut dari tahun ke tahun cenderung menurun. Menurunnya harga jual rumput laut di tingkat petani, pada khususnya di kab. Sumenep, lebih disebabkan pada rendahnya mutu rumput laut hasil panenan. Secara teknis, kualitas hasil panen rumput laut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan budidaya, dalam hal ini kualitas air laut di lokasi budidaya. Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh kondisi ekologi setempat. Oleh karena itu perlu dibangunnya suatu sistem informasi untuk mengetahui di lokasi atau daerah mana saja yang layak untuk budidaya rumput laut. Selain mengetahui lokasi yang cocok untuk budidaya perlu ada informasi mengenai kriteria atau parameter perairan untuk budidaya rumput laut. LANDASAN TEORI Penggunaan metode matching dengan penginderaan jauh pernah dilakukan oleh [1]. Dimana penelitiannya mengenai pemanfaatan penginderaan jauh pada daerah aliran sungai progo untuk penggunaan tempat budidaya ikan air tawar di kabupaten Sleman dengan menggunakan metode matching. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memetakan aliran aliran DAS serta mengetahui kriteria kualitas air pada sungai progo di kabupaten Sleman yang akan dimanfaatkan sebagai budidaya ikan air tawar. Pemilihan Lokasi Lokasi yang diharapkan untuk budidaya rumput laut merupakan syarat utama yang harus diperhatikan. Kegagalan dalam menentukan lahan yang terbaik merupakan kegagalan awal yang mungkin terjadi. Beberapa kriteria dalam 35

pemilihan lokasi budidaya rumput laut sebagai berikut: a. Perairan harus cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak yang kuat. Arus air yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan, tumbuhan akan bersih, karena kotoran maupun endapan yang menempel akan hanyut oleh arus. b. Kedalaman perairan tidak boleh kurang dari 2 kaki (60 cm) pada saat surut terendah dan tidak boleh lebih dari 7 kaki (sekitar 210 cm) saat pasang tinggi sebab bila tidak demikian, tanaman akan kekeringan pada saat air surut dan bila terlalu dalam akan mempersulit baik pada saat penanaman, pemeliharaan maupun pemanenan hasil. Di samping itu kedalaman ini ada kaitannya dengan daya tembus sinar matahari yang memegang peranan penting bagi pertumbuhan. Analisa Kualitas Perairan dengan Penginderaan Jauh Kualitas perairan untuk budidaya rumput laut juga dipengaruhi oleh tingkat pencemaran dan unsur biologi yang dikandung oleh air laut. Adapun parameter untuk tingkat pencemaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kekeruhan dan TSM. Sementara faktor biologi yang digunakan adalah klorofil a. Pencemaran air sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya rumput laut yang dibudidayakan. Semakin tinggi pencemaran airnya akan berpengaruh terhadap asupan unsur zat hara yang akan diperoleh sehingga akan memperlambat tumbuhnya rumput laut. Adapun parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pencemaran air berupa kekeruhan dan MPT. Selain tingkat pencemaran digunakan juga parameter klorofil a sebagai unsur biologi. a. Parameter Kekeruhan Kekeruhan menggambarkan suatu sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan anorganik dan bahan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya [2]. Satuan kekeruhan adalah unit turbiditas setara dengan 1 mg/l SiO 2. Satuan kekeruhan dengan metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Kekeruhan yang tinggi dan kecerahan yang rendah dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. b. Parameter MPT (Masa Padatan Tersuspensi ) Massa Padatan Tersuspensi (MPT) atau dikenal juga sebagai Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1μm) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0.45 μm. MPT terdiri dari Lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik. Penyebab nilai MPT yang utama adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Nilai TSS bila berlebih akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. c. Klorofil A Konsentrasi klorofil yang dapat menjadi parameter kesuburan / produktivitas dari suatu perairan adalah berasal dari pigmenpigmen yang ada pada fitoplankton, dimana pigmen yang paling berperan adalah klorofil-a. Oleh karena itu kandungan klorofil-a dalam perairan merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton atau tingkat kesuburan suatu perairan [2]. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi suatu perairan. Beberapa parameter fisikkimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien (terutama nitrat, fosfat dan silikat). Hasil yang diperoleh dari penginderaan jauh dijadikan sebagai nilai tambah untuk menentukan kelayakan lokasi budidaya rumput laut. Adapun hasil dari pengolahan dengan penginderaan jauh untuk mengidentifikasi tingkat pencemaran air berupa parameter kekeruhan dan TSM, serta hasil mengidentifikasi nilai klorofil dapat dilihat pada Tabel 1. 36

Tabel 1. Hasil pengolahan penginderaan jauh untuk tingkat pencemaran di perairan Kabupaten Sumenep Kekeruhan Klorofil TSM Interval Keterangan Interval Keterangan Interval Keterangan 0 85 Tidak Keruh (S1) 0 85 Sangat sesuai (S1) 0-85 Tidak Keruh (S1) 86-170 Kurang Keruh (S2) 86-170 Kurang Sesuai (S2) 86-170 171-255 Sangat Keruh (N) 171-255 Tidak Sesuai (N) 171-255 Sumber : Analisis Pengolahan Citra Landsat, 2011 Kurang Keruh (S2) Sangat Keruh (N) Metode Penentuan Kesesuaian Lahan Metode yang digunakan dalam pemetaan kesesuaian lahan sangat beragam, sementara yang digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut adalah metode matching. Metode Matching Metode matching atau pencocokan merupakan model pencocokan antara karakteristik serta kualitas lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan. Pencocokan tiap parameter didasari atas klasifikasi parameter kemampuan lahan dalam [3]. Penggunaan model matching dilakukan untuk penilaian terhadap tiga kriteria hasil pengolahan penginderaan jauh. Ketiga kriteria itu berupa TSM (total suspended material), kekeruhan dan klorofil a. Dalam penilaiannya apabila salah satu parameter menghasilkan kesesuaian N, maka kesesuaian matching akan menghasilkan N. Oleh sebab itu, untuk hasil kesesuaian S1 hanya bisa didapatkan bila semua parameter memiliki kesesuaian S1. Adapun persamaan yang digunakan dapat dilihat pada persamaan (1). Kes lahan = Min(Kes par-1,...,kes par-n )..(1) dengan: Kes lahan = Kesesuaian lahan Kes par-1 = nilai kesesuaian pada parameter 1 Kes par-n = nilai kesesuaian pada parameter n Design Sistem Adapun perancangan dari design sistem penentuan lokasi yang tepat untuk budidaya rumput laut seperti pada gambar 1. Gambar 1. Diagram konteks Rancangan Database Perancangan database pada sistem seperti pada gambar 2. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang terjadi di lokasi tersebut. SIG yang lengkap meliputi metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial, perangkat keras dan lunak serta struktur organisasi [4], Sedangkan [5] mengartikan SIG sebagai alat yang dapat digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, mendapatkan kembali informasi, dan menampilkan suatu data fisik untuk tujuan tertentu. Data yang dimaksud meliputi data 37

Gambar 2. Rancangan Database KONDISI AWAL Di Kabupaten Sumenep Masyarakat pembudidaya rumput laut belum memahami cara memilih lokasi perairan yang tepat sebagai media tanam rumput laut DAMPAK 1. Kualitas hasil panen kurang bagus 2. Harga jual panen rendah, dan cenderung terus menurun Diperlukan sistem untuk menentukan lokasi perairan yang cocok untuk usaha budidaya rumput laut. METODE PENELITIAN 1. Studi Pustaka 2. Pengambilan data sesuai parameterparameter kualitas perairan untuk budidaya rumput laut 3. Pembangunan sistem informasi geografi 4. Pembangunan aplikasi dengan metode matching untuk penentuan lokasi perairan yang tepat untuk budidaya rumput laut 5. Ujicoba dan validasi sistem Ditemukan cara untuk penentuan lokasi perairan yang tepat untuk budidaya rumput laut dengan menggunakan metode matching Gambar 3. Diagram alir penelitian spasial maupun data atribut. SIG mempunyai beberapa langkah yang berurutan dan berkaitan erat mulai dari perencanaan, penelitian, persiapan, inventarisasi, pemetaan tematik, penggabungan peta, editing, hingga pemetaan. Analisa data spasial tersebut dapat dikembangakan untuk penilaian sumber daya alam [5] serta sebagai alat untuk pengelolaan sumber daya yang berwawasan lingkungan. Dalam analisis spasial selain dilakukan teknik overlay, juga terdapat operasi connectivity dan neighboard. Connectivity adalah identifikasi topologi kumpulan garis yang terhubungkan di setiap titik (node). Connectivity berfungsi untuk analisis proximity atau buffer. Operasi neighboard mempunyai banyak fungsi dalam SIG. Untuk data dengan struktur vector, operasi neighboard dikenal sebagai contiguity, yaitu identifikasi topologi polygon yang berdampingan. Operasi neighboard dalam data berstruktur raster adalah identik dengan proses filtering data dalam analisis citra digital, yaitu didefinisikan dengan kernel window. Untuk analisis spasial, proses filtering ini berguna sekali untuk menentukan nilai rata-rata suatu data dalam suatu areal. Analisis statistik dalam SIG berguna sekali untuk pengolahan data yang diperlukan untuk mendapatkan informasi dalam pengambilan keputusan. Ketersediaan menu analisis statistic dalam SIG bervariasi, tergantung pada jenis software yang digunakan. Sedangkan modeling dalam SIG disediakan untuk memenuhi cara pengguna yang ingin memanfaatkan SIG untuk aplikasi spesifik yang 38

sesuai dengan bidang keahliannya masingmasing. METODOLOGI Bagan alir penelitian seperti pada gambar 3. Dalam bagan tersebut penelitian ini dilakukan dari belum mengetahuinya para pembudidaya dalam memilih lokasi yang tepat untuk melakukan budidaya rumput laut. Sampai sekarang metode yang digunakan hanya sekedar coba-coba. Dari pemilihan lokasi yang tidak tepat akan berdampak pada kualitas hasil rumput laut yang diperoleh tidak bagus bahkan hal ini bisa mempengaruhi harga jual dari rumput laut itu sendiri. Maka dari itulah diperlukan sekali sebuah metode yang tepat untuk memilih lokasi budidaya rumput laut sehingga bisa meningkatkan kualitas dari rumput laut yang dihasilkan. Dalam budidaya rumput laut faktor utama yang mempengaruhi terhadap kualitas yakni pemilihan lokasi yang tepat. Metode yang akan digunakan dalam pemilihan lokasi ini adalah menggunakan metode matching dimana pengujian kelayakan lokasi berdasarkan pada kondisi perairannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai kekeruhan, tsm dan klorofil a untuk daerah Desa Legung Kabupaten Sumenep dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data penginderaan jauh di Desa Legung Desa Legung Stasiun Kekeruhan TSM Klorofil-a 1 18 223 204 2 16 78 65 3 23 80 56 4 10 223 204 5 5 245 206 Berdasarkan Tabel 2 hasil yang diperoleh untuk perhitungan matching di Daerah Legung sebagai berikut: 1. Hasil pengolahan penginderaan jauh pada stasiun 1 di Legung pada Tabel 2 untuk nilai kekeruhan = 18, TSM = 223, dan klorofil a = 204. Kes lahan = Min (18, 223, 204) = Min (S1, N, N) = N kesesuaian terendah dari parameter, sehingga pada stasiun 1 di Legung memiliki nilai matching N yang berarti tidak layak. 2. Hasil pengolahan penginderaan jauh pada stasiun 2 di Legung pada Tabel 2 untuk nilai kekeruhan = 16, TSM = 78, dan klorofil a = 65. Kes lahan = Min (16, 78, 65) = Min (S1, S1, S1) = S1 hasil kesesuaian dari parameter, sehingga pada stasiun 2 di Legung memiliki nilai matching S1 yang berarti sangat sesuai untuk tempat budidaya rumput laut. 3. Hasil pengolahan penginderaan jauh pada stasiun 3 di Legung pada Tabel 2 untuk nilai kekeruhan = 23, TSM = 80, dan klorofil a = 56. Kes lahan = Min (23, 80, 56) = Min (S1, S1, S1) = S1 kesesuaian dari parameter, sehingga pada stasiun 3 di Legung memiliki nilai matching S1 yang berarti sangat sesuai untuk tempat budidaya rumput laut. 4. Hasil pengolahan penginderaan jauh pada stasiun 4 di Legung pada Tabel 2 untuk nilai kekeruhan = 10, TSM = 223, dan klorofil a = 204. Kes lahan = Min (10, 223, 204) = Min (S1, N, N) = N kesesuaian terendah dari parameter, sehingga pada stasiun 4 di Tanjung memiliki nilai matching N yang berarti tidak layak. 5. Hasil pengolahan penginderaan jauh pada stasiun 5 di Tanjung pada Tabel 4.9 untuk nilai kekeruhan = 5, TSM = 245, dan klorofil a = 206. Kes lahan = Min (5, 245, 206) = Min (S1, N, N) = N kesesuaian terendah dari parameter, sehingga pada stasiun 5 di Tanjung 39

memiliki nilai matching N yang berarti tidak layak. Sementara source code untuk menghitung hasil perhitungan metode matching seperti pada gambar 4. <?php if(!empty($_get['kode'])){ $id_info = $_GET['kode']; } else if(!empty($_post['kode'])){ $id_info = $_POST['kode']; } if(!empty($_post['simpan'])){ $kesesuaian = $_POST['kesesuaian']; $kekeruhan = $_POST['kekeruhan']; $mpt = $_POST['mpt']; $klorofila = $_POST['klorofila']; $sesuai = $_POST['sesuai']; $aktif = $_POST['aktif']; //echo "aktif - ".$aktif; $l_kekeruhan = ''; $l_mpt =''; $l_klorofila =''; //kekeruhan if($kesesuaian >= 0 && $kesesuaian <= 85){ $l_kekeruhan = 'N'; } else if($kesesuaian >= 86 && $kesesuaian <= 170){ $l_kekeruhan = 'S2'; } else if($kesesuaian >= 171 && $kesesuaian <= 255){ $l_kekeruhan = 'S1'; } //TSm if($mpt >= 0 && $mpt <= 85){ $l_mpt = 'N'; } else if($mpt >= 86 && $mpt <= 170){ $l_mpt = 'S2'; } else if($mpt >= 171 && $mpt <= 255){ $l_mpt = 'S1'; } //Klorofil-a if($klorofila >= 0 && $klorofila <= 85){ $l_klorofila = 'S1'; } else if($klorofila >= 86 && $klorofila <= 170){ $l_klorofila = 'S2'; } else if($klorofila >= 171 && $klorofila <= 255){ $l_klorofila = 'N'; } Gambar 4. Source code proses metode matching tersedianya alat dan laboratorium untuk melakukan uji coba terhadap kriteria tersebut. Sehingga penggunaan kriteria TSM, kekeruhan dan klorofil a di Pulau Madura terutamanya di Kabupaten Sumenep baru pertama kali dilakukan, dikarenakan instansi terkait belum memiliki data tersebut maka peneliti menggunakan citra landsat 7 dalam membantu menghitung nilai kriterianya. KESIMPULAN Hasil yang diperoleh dari sistem penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut dengan metode matching yang dibantu dari hasil penginderaan jauh menggunakan Citra Satelit Landsat 7 pada Desa Legung Kabupaten sumenep menunjukkan bahwa lokasi yang layak dijadikan tempat budidaya pada stasiun 2 dan stasiun 3. DAFTAR PUSTAKA [1] Ariyanti D. 2011. Pemanfaatan Penginderaan Jauh pada Daerah Aliran Sungai Progo untuk Penggunaan Tempat Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Sleman dengan Menggunakan Metode Matching. Jurnal S1 Geografi UGM, Yogyakarta [2] Lillesand.T.M & Ralph W.K 1993. Remote Sensing and Image Interpretation. New York: University of Wisconsin [3] Dehejia, R.H. and Wahba, S., 2002, Propensity Score-Matching Methods for Nonexperimental Causal Studies, www.nber.org/~rdehejia/papers/matching.pdf, diakses tanggal 23 November 2011 [4] Prahasta E.2011. Tutorial ArcGIS Desktop untuk Bidang Geodesi & Geomatika.Bandung: Informatika Bandung [5] Burrough P.A & Rachel A.M. 1998. Principle of Geographical Information System. New York: Oxford University Sampai saat ini kriteria TSM, kekeruhan, dan klorofil a belum pernah digunakan oleh instansi terkait yakni oleh Dinas Perikanan dan Kelautan dalam menentukan lokasi budidaya rumput laut. Hal ini disebabkan tidak 40