Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

dokumen-dokumen yang mirip
Penanganan bibit Shorea spp. (meranti) dengan perbanyakan generatif (biji)

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

Pembuatan Pembibitan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

Cara Menanam Cabe di Polybag

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III.TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

Oleh : Iskandar Z. Siregar

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Perternaka UIN Suska Riau. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari tanggal

III. MATERI DAN METODE

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

3. METODE DAN PELAKSANAAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

BAB 3 METODE PENELITIAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Persyaratan... 2 5 Penyiapan media... 3 6 Penaburan benih... 4 7 Penyapihan... 4 8 Pemeliharaan... 4 9 Pengerasan (hardening off)... 6 10 Seleksi akhir... 7 11 Pengemasan dan pengiriman... 7 i

Prakata Standar Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) digunakan sebagai pedoman untuk pengadaan bibit Acacia mangium (mangium) yang bermutu baik dengan cara generatif (biji). Standar ini disusun oleh Pantia Teknis 65-01, Pengelolaan Hutan, yang telah dibahas dan disepakati dalam rapat teknis dan rapat konsensus nasional yang diadakan pada tanggal 31 Desember 2004 di Bogor. Standar ini disusun dengan memperhatikan hal-hal yang terdapat dalam: 1. Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. 2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. ii

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) yang meliputi penyiapan media, pembuatan bibit, pemeliharaan, seleksi, pengemasan, dan pengiriman. 2 Acuan normatif SNI 01-5006.7-2002, Tanaman kehutanan Bagian 7: Istilah dan definisi yang berhubungan dengan perbenihan dan pembibitan tanaman kehutanan. 3 Istilah dan definisi 3.1 bahan media pokok bahan utama pembuatan media umumnya berupa tanah 3.2 bahan media organik bahan organik yang digunakan untuk pembuatan media, seperti kompos, pupuk kandang dan gambut 3.3 bahan media campuran lain bahan pencampur yang digunakan untuk pembuatan media, seperti pasir atau bahan serat (sekam padi, dan serabut kelapa) 3.4 gulma tumbuhan lain yang mengganggu tanaman utama 3.5 penanganan bibit kegiatan yang mencakup penyiapan, pembuatan, pemeliharaan, seleksi, pengerasan dan pengemasan bibit 3.6 tugal alat yang digunakan untuk membuat lubang pada media penanaman CATATAN Istilah dan definisi lain dari standar ini mengacu pada SNI 01-5006.7-2002, Tanaman kehutanan Bagian 7: Istilah dan definisi yang berhubungan dengan perbenihan dan pembibitan tanaman kehutanan. 1 dari 8

4 Persyaratan 4.1 Benih Benih berasal dari sumber benih bersertifikat dan atau memiliki keterangan hasil pengujian. 4.2 Bak/bedeng/rak tabur - Bak/bedeng tabur dapat terbuat dari bahan seperti batu bata, papan atau plastik dengan tinggi +15 cm. - Dasar bak dilubangi untuk drainase. - Benih yang langsung disemaikan pada tabung/polytube dibuat rak bibit dengan tinggi kurang lebih 1 meter. - Bak/bedeng/rak tabur diberi naungan 50 %. 4.3 Bedeng/rak sapih - Bedeng/rak sapih diberikan naungan (shading net) sebesar 50 % dan bedeng/rak terbuka (tanpa naungan). - Lantai bedeng dihampari kerikil/gravel. 4.4 Wadah bibit - Wadah bibit berupa kantong plastik yang dilubangi (bawah dan samping) dengan ukuran kantong plastik minimal lebar 7 cm, tinggi 12 cm, dan ketebalan 0,04 mm atau tabung/polytube dengan ukuran tinggi 12 cm dan diameter sebelah atas 4 cm. - Tabung yang digunakan ulang harus dicuci bersih dan direndam dalam desinfektan. 4.5 Media 4.5.1 Persyaratan umum - Media harus memiliki aerasi yang baik; - Media harus mempunyai ph 5,5 6,5. 4.5.2 Persyaratan khusus 4.5.2.1 Media tabur - Media tabur harus steril; - Media diayak dengan ukuran lubang 2,5 mm x 2,5 mm; - Ketebalan media tabur 10 cm. 4.5.2.2 Media sapih - Media harus mengandung unsur hara; - Media dapat berupa campuran bahan pokok, bahan organik dan bahan campuran lain; - Bahan media harus bersih dari batu, sisa-sisa batang kayu, ranting, atau bahan lain dan diayak dengan ukuran lubang 10 mm x 10 mm. 2 dari 8

5 Penyiapan media 5.1 Penyiapan wadah 5.1.1 Tabung disusun dalam rak tabung. 5.1.2 Bak tabur disusun dalam rak. 5.1.3 Kantong plastik disusun di bedeng sapih. 5.2 Penyiapan media tabur 5.2.1 Media tabur dapat berupa campuran tanah dan pasir halus dengan perbandingan volume 1 : 1. 5.2.2 Sterilisasi media tabur dapat dilakukan antara lain dengan cara : - digoreng sangan (sangrai) sampai mencapai suhu minimal 80 C (selama + 2 jam); - penjemuran langsung di bawah terik matahari selama satu hari dengan cara membolakbalik media; - pasteurisasi, yaitu dengan cara media dihamparkan di atas plastik/terpal dan ditutup dengan plastik/terpal. Media tersebut diletakkan di tempat yang terbuka yang panas selama 2 jam dan kemudian dipindahkan di tempat yang teduh selama 2 jam (diulang sekali lagi). Ketebalan media maksimum 10 cm; - dikukus (steam) sampai suhu + 80 C (selama + 2 jam); - disiram dengan larutan CuSO 4 0,5 g/l + CaCO 3 0,5 g/l sebanyak 2 liter setiap rak (1 rak = 445 tabung). 5.2.3 Apabila diperlukan, pencegahan terhadap hama dan penyakit dapat menggunakan pestisida. 5.3 Penyiapan media sapih 5.3.1 Pembuatan media sapih Contoh campuran media sapih adalah sebagai berikut: - Campuran antara tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 8 : 1 (v/v) dan pada setiap 1 m 3 ditambah 1 sendok teh pupuk TSP. - Campuran antara tanah dan kompos dengan perbandingan 3 : 2 (v/v) dan pada setiap 1 m 3 media ditambahkan 1 sendok teh pupuk TSP/KCL. - Campuran antara tanah dan gambut dengan perbandingan 3 : 2 (v/v), tiap m 3 media ditambah dolomit 6 kg, magam P 1 kg, TSP 0,5 kg, dan KCL 0,15 kg. - Campuran antara tanah dan gambut dengan perbandingan 1 : 2 (v/v), tiap m 3 ditambah dolomit 6 kg, magam P 1 kg, TSP 0,5 kg dan KCL 0,15 kg; untuk media tabung. 5.3.2 Pengisian media sapih - Kantong plastik diisi penuh dengan media kemudian dihentakkan 3 kali dan ditambah media sampai penuh. 3 dari 8

- Wadah tabung dibasahi kemudian diisi dengan media sampai 0,3 cm di bawah leher tabung. 6 Penaburan benih 6.1 Perlakuan pendahuluan Perlakuan pendahuluan yang diberikan dalam penyemaian benih dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan cara berikut: - Benih dimasukkan dalam ember atau bak aluminium, selanjutnya air mendidih dituangkan ke dalam ember tersebut dan dibiarkan selama 24 jam. Volume air yang digunakan merendam benih 20 kali volume benih. - Benih yang terapung dibuang. - Air rendaman dibuang. 6.2 Penaburan benih - Benih ditabur secara merata pada media tabur sebanyak 15-20 gram tiap m 2. - Atau satu butir benih tiap wadah bibit yang sebelumnya sudah dilubangi terlebih dahulu dengan menggunakan kayu kecil (tugal) pada tengah-tengah wadah bibit sedalam 0,5 cm. Selanjutnya media ditutup dengan menaburkan tanah halus/pasir (dapat ditambahkan bahan yang mengandung bakteri fiksasi N setebal 2 mm). - Selanjutnya disiram sampai air menetes dari lubang wadah bibit. 7 Penyapihan - Penyapihan dilakukan setelah kecambah mempunyai sepasang daun yang sehat (kira-kira berumur 2 minggu). Waktu penyapihan dilakukan pada pagi hari (jam 6.00 sampai 9.00) dan sore hari (setelah jam 15.00). - Perlu diperhatikan dalam penyapihan bahwa akar tidak terlipat, kecambah ditanam tegak sebatas leher akar, dan tidak ada rongga udara dalam media. 8 Pemeliharaan 8.1 Pemeliharaan kecambah 8.1.1 Penyiraman 8.1.1.1 Penyiraman dilakukan setiap hari minimal 2 kali dengan menggunakan alat yang menghasilkan percikan air halus. 8.1.1.2 Penyiraman dihentikan apabila air sudah menetes keluar dari wadah bibit. 8.1.2 Penyiangan 4 dari 8

8.1.2.1 Penyiangan dilakukan secara rutin dan hati-hati dengan cara mencabut gulma agar tidak merusak kecambah. 8.1.2.2 Areal di bawah rak atau di sekeliling bak kecambah harus bebas dari gulma. 8.2 Pemeliharaan bibit 8.2.1 Penempatan bibit Bibit ditempatkan di bawah naungan selama 2-3 minggu setelah penyapihan, kemudian dipindahkan pada bedeng terbuka (aklimatisasi bibit). 8.2.2 Penyiraman 8.2.2.1 Penyiraman dapat dilakukan secara manual atau mekanis dengan menggunakan air bersih. 8.2.2.2 Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore hari), penyiraman dihentikan apabila air telah menetes dari wadah. 8.2.2.3 Penyiraman manual dilakukan dengan menggunakan embrat atau selang yang dilengkapi sprayer, sedangkan penyiraman mekanis dilakukan dengan menggunakan sprinkle. 8.2.2.4 Kedua metode tersebut menghasilkan pancaran dan percikan air halus yang tidak merusak media dan perakaran bibit. 8.2.3 Penyiangan 8.2.3.1 Penyiangan dilakukan secara rutin dan hati-hati dengan cara mencabut gulma agar tidak merusak bibit. 8.2.3.2 Areal di sekeliling produksi bibit harus bebas dari gulma. 8.2.4 Pemupukan 8.2.4.1 Pemupukan dapat dilakukan secara rutin mulai bibit berumur 2-3 minggu setelah penyapihan sampai dengan bibit siap tanam. 8.2.4.2 Pemberian pupuk bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit, dapat menggunakan bentuk butiran atau larutan sesuai dengan konsentrasi/dosis yang telah ditetapkan. 8.2.4.3 Penggunaan pupuk: a. Pemberian pupuk dilakukan tiga minggu setelah penyapihan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk daun berkadar N tinggi sesuai dengan aturan dalam kemasan. b. Larutan pupuk dimasukkan ke dalam sprayer dan setiap rak (445 bibit) disemprot sebanyak 1 liter larutan. c. Seminggu setelah bibit keluar dari naungan, seminggu sekali disemprot dengan pupuk daun berkadar P tinggi sesuai dengan aturan dalam kemasan hingga minggu ke-8 (seminggu sebelum bibit dikeluakan dari persemaian). 5 dari 8

8.2.5 Seleksi awal a. Seleksi awal dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan secara terusmenerus. Seleksi dilakukan dengan cara memilih dan memilah bibit berdasarkan kondisi fisik bibit (tinggi, diameter, jumlah daun, dan kesehatan). b. Bibit yang sakit segera dipisahkan pada bedeng tersendiri dan dilakukan penanggulangan. Bibit yang mati dan yang kena serangan hama-penyakit yang parah dibuang. c. Bersamaan dengan seleksi awal dilakukan penyulaman; d. Penjarangan bibit dilakukan terutama untuk bibit dalam wadah tabung (selang satu lubang dalam rak), agar bibit mendapatkan ruang tumbuh yang sesuai dengan pertumbuhannya. 8.2.6 Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara terpadu sebagai berikut: a. penerapan silvikultur yang tepat (mengatur jarak bibit dan memilih klon yang resisten); b. pengaturan lingkungan fisik (mengatur suhu, mengatur penyiraman, memusnahkan/ merusak habitat hama penyakit, melindungi bibit dengan menggunakan naungan); c. biologi, dengan menggunakan predator alami, dan lain-lain; d. kimia, penggunaan pestisida hanya dilakukan apabila terpaksa, namun perlu memperhatikan konsentrasi, dosis, waktu penyemprotan dan cara penyemprotan sesuai aturan pakai pada label. Selain itu dapat digunakan pestisida alami (seperti ekstrak daun/buah mimba). 8.2.6.1 Fungisida Setelah penaburan benih, bibit dapat disemprot dengan fungisida setiap 2 minggu sekali. Penggunaan fungisida sesuai aturan aturan yang tercantum dalam kemasan. 8.2.6.2 Insektisida Mulai minggu ke-5 setelah penaburan, setiap bulan sekali harus disemprot insektisida, penggunaan insktisida sesuai aturan yang tercantum dalam kemasan. 8.2.6.3 Faktor-faktor penting dalam penyemprotan insektisida/pestisida - Memakai alat keselamatan kerja seperti masker, sarung tangan, baju lengan panjang dan celana panjang. - Setelah penyemprotan selesai, tangan dan seluruh bagian yang terkena larutan harus dicuci dengan sabun. - Pisahkan sprayer yang digunakan untuk insektisida, fungisida dan pupuk. - Selesai penyemprotan semua alat penyemprotan harus dibersihkan. - Selama penyemprotan insektisida, dipasang bendera merah untuk memperingatkan pekerja yang lain. 9 Pengerasan (hardening off) 9.1 Pengerasan bibit dilakukan 1 minggu - 2 minggu sebelum diangkut ke lapangan. 6 dari 8

9.2 Pengerasan bibit dilakukan dengan cara mengurangi pemupukan dan penyiraman. 10 Seleksi akhir 10.1 Umur bibit siap tanam adalah 3 bulan sejak penyapihan. 10.2 Seleksi akhir dilakukan 1 minggu - 2 minggu sebelum bibit diangkut ke lapangan penanaman dengan cara memilih bibit yang sesuai dengan kriteria dan standar mutu bibit. 11 Pengemasan dan pengiriman 11.1 Persiapan Sebelum bibit dikemas, terlebih dahulu disiram air sampai menetes dari wadah, kemudian ditunggu sampai 30 menit sampai proses pengemasan. 11.2 Pengemasan dan pengiriman (1) Bibit yang memenuhi kriteria dan standar dikemas dalam jumlah tertentu (2) Bibit dikemas dengan menggunakan kotak plastik, kotak kayu, kotak karton, keranjang, kantong keresek, dan rak bibit (3) Bibit dikemas dengan menggunakan kotak (4) Penggunaan kemasan tergantung pada ukuran bibit, jenis angkutan, dan jarak angkut (5) Bibit disusun dengan posisi berdiri dan satu sama lain rapat (6) Bila mengunakan rak bibit semua lubang dalam rak diisi bibit (7) Pengiriman bibit harus dilengkapi dengan keterangan bibit pada setiap kemasan berisi antara lain : - jenis bibit; - mutu bibit; - jumlah bibit; - asal bibit (produsen dan lokasi persemaian); - sumber benih. 7 dari 8

Bibliografi SNI 01-5006. 1-2006, Mutu bibit Bagian 1: Mangium, ampupu, gmelina, sengon, tusam, meranti dan tengkawan. SNI 01-5006.13-2003, Tanaman kehutanan Bagian 13: Penanganan bibit pohon hutan melalui pembiakan generatif (biji). 8 dari 8