BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU. Hetilaniar, M.Pd. Abstrak

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

SISTEM KEKERABATAN DALAM BAHASA BATAK KARO JAHE DI DESA BANGUN PURBA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Wirotho Agung, sebelah Selatan

COMPARISON OF THE GREETING KINSHIP BANJAR SYSTEM LANGUAGE WITH MALAY GUNTUNG RIVER

1 PENDAHULUAN. dengan julukan Sang Bumi Ruwa Jurai yang berarti satu bumi yang didiami

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2009

Lampiran 1. Kuesioner

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh %

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN TUIK IV KOTO MUDIAK BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

LEKSIKON KEKERABATAN ETNIK MELAYU PALEMBANG Lexicons Kinship Etnics Palembang Malay

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting keberadaanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

I. PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

RIAU MALAY LANGUAGE GREETING SYSTEM SUB DIALECT INUMAN

PEMAKAIAN BAHASA TONTEMBOAN SISWA SMA DAN SMK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PENGGUNAAN KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA JOMBANG KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JEMBER

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam etnis dan setiap etnis

SAPAAN DALAM BAHASA MELAYU PONTIANAK WILAYAH ISTANA KADRIAH

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPING PARAK KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

DAFTAR LAMPIRAN. a. Opung : Orangtua Ayah atau Ibu, maupun saudara (kakak/adik) dari orangtua Ayah dan Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tradisi adalah sebuah kata yang sangat akrab terdengar dan terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Leksikon Kekerabatan Melayu Manado

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SUNGAI JAMBU, KABUPATEN TANAH DATAR

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini terdapat beberapa konsep yang diperkuat dengan pendapat para ahli,

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

Nomor 22 Tahun Ke-8 Desember 2010 Halaman 19

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

Keluarga inti merupakan kelompok primer yang dapat dikatakan sebagai institusi dasar berkembangnya institusi sosial yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

Pengaplikasian Pohon dalam Silsilah Keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

Transkripsi:

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang penulis kemukakan terdahulu, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Istilah sapaan yang digunakan oleh penutur Bahasa Lampung sangat bervariatif dan menyulitkan penutur dari etnis lain untuk memahaminya. Sementara itu, berdasarkan bentuknya, sapaan yang digunakan oleh penutur Bahasa Lampung terdiri dari sapaan bentuk kata dasar dan kata jadian atau kata turunan. Di dalam kata jadian atau kata turunan terdapat kata ulang dan kata majemuk. Sementara itu, berdasarkan jenis atau kategorinya, sapaan yang digunakan penutur Bahasa Lampung terdiri dari sapaan kekerabatan, sapaan nonkekerabatan, sapaan urutan kelahiran (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10), sapaan gelar adat (status perkawinan, tingkatan/jenjang adat), sapaan nama diri, sapaan kata ganti orang, sapaan pemesra, sapaan untuk menyebut (sebutan), sapaan kesukuan, sapaan akademik, sapaan jabatan pemerintahan, sapaan kemiliteran, sapaan persahabatan, sapaan pekerjaan, dan sapaan keagamaan. Sapaan kekerabatan adalah sapaan yang digunakan kepada lawan tutur yang masih ada hubungan darah/keturunan, kepada lawan tutur yang masih ada hubungan tali perkawinan, dan kerabat karena saudara akuan (angkat); sapaan nonkekerabatan digunakan untuk menyapa lawan tutur yang tidak ada hubungan kerabat. 274

275 Sapaan kekerabatan yang digunakan kepada lawan tutur karena hubungan darah/keturunan meliputi sapaan terhadap orang tua (bapak dan ibu), orang tua dari orang tua (kakek dan nenek), orang tua kakek dan nenek (buyut), orang tua dari orang tua buyut (canggah), orang tua canggah, saudara dari ayah, saudara dari ibu, saudara kandung (kakak dan adik), saudara sepupu, anak, cucu, cicit, dan anak dari cicit. Sapaan kekerabatan yang digunakan kepada lawan tutur karena tali perkawinan meliputi sapaan terhadap suami, isteri, mertua, saudara ipar, dan besan. Sapaan kekerabatan yang digunakan kepada lawan tutur karena akuan (angkat) bentuknya sama dengan sapaan yang digunakan kepada saudara karena hubungan darah/keturunan dan karena tali perkawinan. Sapaan nonkekerabatan dibedakan menjadi sapaan nonkekerabatan kepada lawan tutur seetnis dan lawan tutur lain etnis. Masing-masing sapaan tersebut dibedakan menjadi sapaan nonkekerabatan kepada seetnis/lain etnis yang belum/baru dikenal dan yang sudah dikenal. Berdasarkan cara pemakaiannya, sapaan Bahasa Lampung dibedakan menjadi istilah untuk menyapa/memanggil (Term of Address) dan istilah untuk menyebut (Term of Reference). Pada ketiga kelompok penutur Bahasa Lampung (Abung, Pesisir, dan Pubian) Term of Address dan Term of Reference mempunyai istilah yang sama yang disebut Tutur atau Tutor, sedangkan pada kelompok penutur Bahasa Lampung Dialek Komering istilah Term of Addres disebut Tutur/Patuturan dan istilah Term of Reference disebut Bistaan/Pabistaan.

276 Untuk dapat menggunakan sapaan Bahasa Lampung dengan tepat terdapat faktor-faktor yang menentukan pemilihan sapaan Bahasa Lampung. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor hubungan kerabat atau bukan kerabat, tingkat generasi, jenis kelamin, tingkat usia, urutan kelahiran, asal keturunan, asal lingkungan keluarga, status perkawinan, jenjang/tingkatan adat, asal etnis, keagamaan, tujuan/fungsi pembicaraan, dan situasi pembicaraan. Selanjutnya, berdasarkan tujuan/fungsi penggunaan sapaan, sapaan Bahasa Lampung berfungsi untuk menyapa/memanggil/menyebut, melestarikan adat budaya Lampung, menunjukkan identitas suku Lampung, menghormati/sopan santun, menunjukkan status (jenis kelamin, usia, urutan lahir, keagamaan, perkawinan, tingkatan/jenjang adat, asal keturunan, asal lingkungan keluarga), menyatakan rasa sayang, sebagai alat integrasi sosial, dan sebagai pelambang harapan hidup atau tujuan hidup. Dilihat dari segi makna sapaan, makna-makna yang terdapat dalam sapaan Bahasa Lampung merujuk pada latar belakang hubungan kerabat/bukan kerabat, tingkat generasi, asal keturunan (dari kakek, dari nenek, dari ayah, dari ibu, orang biasa, bangsawan), asal lingkungan keluarga (keluarga biasa, agamis), jenis kelamin (laki-laki, perempuan), tingkat hubungan (biasa/berjarak, akrab), usia (lebih tua/di atas penutur, lebih muda/di bawah penutur, sebaya), urutan lahir (1, 2, 3, 4, 5, 6, dst.), status perkawinan (belum menikah, sudah menikah), keagamaan, jenjang/tingkatan adat (I, II, III, IV, dst.), tujuan/fungsi pembicaraan (sopan, biasa, menyatakan rasa sayang), dan situasi pembicaraan (formal, nonformal).

277 Dari keempat kelompok penutur Bahasa Lampung yang diteliti, kelompok penutur Bahasa Lampung Dialek Komering mempunyai banyak perbedaan dari ketiga kelompok penutur Bahasa Lampung lainnya (Abung, Pesisir, dan Pubian). Perbedaan itu terdapat pada penggunaan istilah Term of Address dan Term of Reference, jenis sapaan tingkatan generasi, sapaan status perkawinan, sapaan asal keluarga, dan sapaan jenjang/tingkatan adat. Perbedaan istilah yang digunakan untuk istilah kekerabatan pada kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Abung, Pesisir, dan Pubian disebut Tutur atau Tutor, sedangkan istilah kekerabatan pada kelompok penutur Bahasa Lampung Dialek Komering disebut dengan istilah Patuturan. Dalam kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Abung, Pesisir, dan Pubian istilah Term of Address (istilah untuk menyapa/memanggil) dan Term of Reference (istilah untuk menyebut) sama-sama disebut Tutur/Tutor, sedangkan dalam kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Komering disebut Patuturan. Dalam Patuturan terdiri dari Term of Address (Tutur) dan Term of Reference (Bistaan atau Pabistaan). Perbedaan jenis sapaan yang menunjukkan tingkatan generasi, kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Komering memiliki istilah sapaan yang paling banyak. Dalam kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Komering, dari tingkatan Ego (0) ke atas (+) mempunyai enam tingkatan (orang tua/+1, kakek/nenek/+2, buyut/+3, canggah/+4, orang tua canggah/+5, orang tua dari orang tua canggah/+6), sedangkan penutur Bahasa Lampung dialek Abung dan Pesisir hanya memiliki istilah sapaan sampai tingkat keempat (orang tua/+1,

278 kakek/nenek/+2, buyut/+3, dan canggah/+4), penutur Bahasa Lampung dialek Pubian memiliki istilah sapaan sampai tingkat kelima (orang tua/+1, kakek/nenek/+2, buyut/+3, canggah/+4, dan orang tua canggah/+5)). Istilah yang digunakan dari Ego (0) ke bawah, kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Komering memiliki empat tingkatan (anak/-1, cucu/-2, cicit/-3, anak cicit/-4). Dalam jenis sapaan yang menunjukkan status perkawinan, penutur Bahasa Lampung dialek Komering tidak memiliki sapaan Jejuluk/Juluk (sapaan untuk individu yang belum menikah). Istilah Juluq pada kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Komering artinya sama dengan istilah Adoq (gelar adat) yang diberikan kepada individu yang sudah menikah. Individu yang belum menikah biasanya disapa dengan nama diri atau nama kecil kakeknya (untuk cucu pertama laki-laki), sedangkan bila individu itu sudah menikah ia disapa dengan Adoqnya (gelar adatnya). Istilah Jejuluk/Juluk pada kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Abung, Pesisir, dan Pubian berarti sapaan untuk menyapa individu yang belum menikah, sedangkan istilah Adek/Adok berarti sapaan untuk menyapa individu yang sudah menikah. Jenis sapaan yang menunjukkan asal keluarga pada penutur Bahasa Lampung dialek Komering juga berbeda dengan penutur Bahasa Lampung dialek lainnya. sapaan yang digunakan adik kepada kakak perempuan yang berasal dari dalam keluarga atau saudara kandung adalah Niay, sedangkan sapaan yang digunakan adik kepada kakak perempuan yang berasal dari luar (saudara ipar) adalah Kaka. Hal ini tidak ditemukan di dalam kelompok penutur dialek Abung, Pesisir, dan Pubian.

279 Sapaan tingkatan/jenjang adat tidak ditemukan dalam kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Komering. Hal ini disebabkan karena kelompok penutur Bahasa Lampung Komering tidak membeda-bedakan tingkatan/jenjang/kelas sosial masyarakat. Semua manusia dianggap sederajat, yang membedakannya hanya tingkat ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan paham agama yang mereka anut, yaitu Agama Islam. Dengan demikian, dari segi adat istiadat, kelompok penutur Bahasa Lampung dialek Komering tidak ada hubungan dengan adat Saibatin dan adat Pepadun yang menjadi ciri khas adat istiadat masyarakat etnis Lampung, yang diabadikan dalam lambang Provinsi Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai (bumi yang dihuni oleh dua asal penduduk dan dua macam adat istiadat). 7.2 Saran Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar kosa kata, khususnya dan mata pelajaran Bahasa Daerah Lampung (Mulok) serta Bahasa Indonesia, pada umumnya di sekolah-sekolah di Provinsi Lampung. Di samping itu, dapat digunakan untuk menambah/memperkaya teori tentang sapaan dalam kajian Sosiolinguistik dan Kebudayaan. Berkaitan dengan fungsi sapaan Bahasa Lampung, agar dipupuk rasa kecintaan dan kebanggaan pada generasi muda etnis Lampung terhadap bahasa dan budaya nenek moyang mereka. Dengan demikian, warisan kearifan lokal nenek moyang tidak akan punah oleh pengaruh perkembangan jaman dan kebudayaan dari luar (asing).