I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

I. PENDAHULUAN. terpenuhi, sehingga kadang-kadang terdapat suatu keluarga yang tidak

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau beberapa orang lain. Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA DAN ANAK (ALIMENTASI) MENURUT K.U.H. PERDATA DAN U.U. NO.1 TAHUN 1974 SUNARTO ADY WIBOWO,SH.

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa

Diskusi Mata Kuliah Gemar Belajar Perjanjian dan Waris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

HUKUM KELUARGA ANAK RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

Pengadilan Agama Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB III KETENTUAN HAK WARIS ANAK ZINA MENURUT PASAL 869 KUH PERDATA. pada BW, merupakan bagian dari hukum harta kekayaan, oleh karena itu

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

BAB II KEWENANGAN KURATOR VENTRIS UNTUK MEWAKILI KEPENTINGAN ANAK DALAM KANDUNGAN JANDA DARI PERNIKAHAN SIRI

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB II SUBJEK DAN OBJEK HUKUM PERDATA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN, PERJANJIAN PERKAWINAN DAN PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian hukum menurut pendapat para ahli hukum : E. Utrecht, dalam bukunya pengantar dalam hukum indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir batin ini harus ada, karena

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

Soal Latihan UAS 2014/2015 Asas-Asas Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

Universitas Airlangga Fakultas Hukum Departemen Dasar Ilmu Hukum

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. batasan mengenai anak sah, yaitu dalam pasal 42 disebut bahwa anak

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang penting yaitu pada waktu ia dilahirkan, waktu ia kawin, dan waktu ia meninggal dunia (Ali Afandi, 2004:1). Sebagai salah seorang anggota masyarakat, maka bila kita berbicara tentang seseorang yang meninggal dunia arah dan jalan pikiran kita tentu akan menuju kepada masalah warisan. Seorang manusia selaku anggota masyarakat selama masih hidup, mempunyai tempat dalam masyarakat dengan disertai berbagai hak-hak dan kewajibankewajiban terhadap orang-orang atau anggota lain dari masyarakat itu dan terhadap barang-barang yang berada dalam masyarakat tersebut. Makna kalimat diatas menjelaskan bahwa ada bermacam-macam hubungan hukum antara satu pihak yang disebut dengan manusia dan dunia luar di sekitarnya, di lain pihak ada saling mempengaruhi dari kedua belah pihak itu berupa kenikmatan atau beban yang dirasakan oleh masing-masing pihak. Jadi apabila seseorang yang menjadi anggota masyarakat pada suatu saat karena usianya yang sudah uzur, atau karena mengalami sesuatu kejadian, misalnya terjadi kecelakaan, terserang penyakit dan lain-lain, seseorang tersebut meninggal dunia, maka yang akan terjadi dengan hubungan-hubungan hukum tadi, sangat erat sifatnya pada waktu si manusia itu masih hidup.

2 Namun demikian walaupun seseorang yang meninggal dunia sudah dimakamkan, hubungan-hubungan hukum itu tidaklah lenyap begitu saja, karena seseorang tadi masih mempunyai sanak saudara yang ditinggalkan, ayah atau ibunya, kakek dan neneknya atau juga anak-anaknya terutama berkenaan dengan harta yang ditinggalkan. Oleh karena itu perlu adanya hukum yang mengatur keberadaan harta tersebut. Harta yang ditinggalkan akan dialihkan kepemilikannya kepada ahli warisnya dalam hal-hal timbul peristiwa pewarisan. Pada umumnya masyarakat selalu menghendaki adanya suatu peraturan yang menyangkut tentang warisan dan harta peninggalan dari orang yang telah meninggal dunia. Memang pada kenyataannya dalam masalah keduniawian ini, yang pada hakikatnya akan berpindah kepada orang lain yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia tersebut, tetapi pada batas-batas kekayaan (vermogen) saja dari orang yang meninggal dunia. Oleh karena itu apabila ada pewarisan maka ada orang yang meninggal, ada harta yang ditinggalkan dan ada ahli waris (Eman Suparman, 2007:25). Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dengan meninggalkan harta kekayaan. Sedangkan Ahli Waris, adalah mereka-mereka yang menggantikan kedudukan si pewaris dalam bidang hukum kekayaan. Pada asasnya, yang dapat diwariskan hanyalah hak-hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan saja. Kecuali, ada hak dan kewajiban dalam bidang hukum kekayaan yang tidak dapat diwariskan, yaitu perjanjian kerja, hubungan kerja, keanggotaan perseroan, dan pemberian kuasa. Dengan

3 demikian pengertian pewarisan adalah apakah dan bagaimanakah bermacammacam hak dan kewajiban-kewajiban yang menyangkut kekayaan seseorang pada saat yang bersangkutan meninggal dunia akan berpindah kepada orang lain yang masih hidup. Dalam hukum waris perdata ahli waris utama adalah anak. Ada anak sah yang dilahirkan dari perkawinan yang sah dan ada anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang dalam hal ini disebut anak luar kawin. Keberadaan anak luar kawin ini disebabkan beberapa hal, antara lain karena adanya anak yang dilahirkan sebagai hasil hubungan antara seorang pria dan seorang wanita yang bukan suami istri (perzinahan), anak yang dilahirkan sebagai akibat dari hubungan seks pra nikah dan dapat juga disebabkan adanya keraguan suami terhadap asal usul anak yang dikandung istrinya atau karena sebab-sebab lain (Ali Afandi, 2004:42). Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya atau dengan keluarga ibunya, sedangkan hubungan hukum dengan ayahnya baru terjadi apabila telah adanya pengakuan dari ayahnya yang didahului dengan persetujuan si ibu apakah orang yang mengakui anak tersebut adalah ayah dari anak luar kawin tersebut. Apabila kita melihat secara biologis, tidak mungkin seorang anak tidak mempunyai ayah, demi kepentingan hukum yang menyangkut segala akibatnya di bidang pewarisan, hak dan kewajiban dalam keluarga, maka terhadap anak yang dilahirkan oleh ibunya harus mendapat pengakuan dari ayahnya. Peristiwa pengakuan anak itu

4 sangat penting sekali untuk mendapat pengesahan dari suatu lembaga yang hidup di masyarakat. Pengakuan ini menimbulkan status anak luar kawin yang diakui antara lain dalam hal pemberian izin kawin, pemberian nafkah, kewajiban timbal balik dalam hal pemberian nafkah, perwalian, hak memakai nama, dan juga mewaris. Berdasarkan hal tersebut, maka Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur tentang adanya pengesahan dan pengakuan anak luar kawin. Dalam hal ini dimaksudkan agar anak luar kawin mendapat jaminan kehidupan sepatutnya yaitu mengenai biaya hidup, nafkah jasmani dan rohani, pendidikan yang layak serta kesejahteraan anak. Jika anak yang diakui tersebut telah mendapat pengesahan, maka anak tersebut dapat mewaris dari keluarga garis keturunan lurus keatas dan kebawah (sama seperti anak sah). Dalam hal tersebut, anak luar kawin tidak boleh merugikan suami atau istri serta anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan tersebut. Sehingga anak luar kawin tersebut baru memperoleh warisan apabila diakui sebelum adanya pernikahan atau setelah terjadinya perceraian baik akibat kematian maupun cerai atau talak. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai bagian pewarisan anak luar kawin yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis Bagian Pewarisan Anak Luar Kawin Menurut KUHPerdata.

5 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahannya adalah: 1. Bagaimana kedudukan hukum antara anak luar kawin dengan ayah dan ibunya? 2. Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan agar anak luar kawin tersebut dapat diakui dan memiliki kedudukan hukum sebagai ahli waris? 3. Berapa besarnya bagian anak luar kawin apabila menjadi ahli waris? Ruang lingkup penelitian termasuk dalam hukum keperdataan yang terkait dengan hukum waris perdata. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk memahami kedudukan hukum antara anak luar kawin dengan ayah dan ibunya. 2. Untuk memahami upaya hukum yang dapat dilakukan agar anak luar kawin tersebut dapat diakui dan memiliki kedudukan hukum sebagai ahli waris. 3. Untuk memahami berapa besarnya bagian anak luar kawin apabila menjadi ahli waris. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan Penelitian ini mencakup dua aspek, yaitu: 1. Kegunaan secara teoritis

6 Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran dan pengetahuan ilmu hukum keperdataan terutama dalam bidang hukum waris perdata khususnya untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan hubungan hukum antara antara anak luar kawin dengan ayah dan ibunya. 2. Kegunaan secara praktis a. Sebagai bahan untuk menambah wawasan bagi penulis mengenai bagian anak luar kawin menurut KUHPerdata; b. Sebagai sumbangan informasi dan bahan bacaan bagi pihak yang ingin mengetahui tentang bagian anak luar kawin menurut KUHPerdata; c. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.