BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. PERANCANGAN HUTAN PINUS BATEALIT sebagai KAWASAN. WISATA ALAM EDUKASI di JEPARA. (Pendekatan Green Architecture)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA COLO, KUDUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA (WANAWISATA) CINDELARAS DI KABUPATEN GROBOGAN

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

I. UMUM. Sejalan...

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. 1.2 Tujuan dan Sasaran

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

HOTEL RESORT BINTANG DUA DAN PUSAT KEBUGARAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara Untuk menjabarkan mengenai pengertian judul di atas maka kalimat judul dapat diuraikan berdasarkan pengertian sebagai berikut: Perancangan : Proses, cara, perbuatan merancang. (KBBI, 2013). Hutan : Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. (UU RI No. 41, 1999) Pinus : Pohon yg biasa ditanam di lereng-lereng gunung, daunnya seperti jarum (KBBI, 2013) Batealit : Sebuah kecamatan di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. (http://id.wikipedia.org/wiki/batealit,_jepara, 2013) Sebagai : Kata hubung jadi (menjadi). (KBBI, 2013) Kawasan : Daerah tertentu yg mempunyai ciri tertentu, spt tempat tinggal, pertokoan, industri, dsb. (KBBI, 2013) Wisata : Perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. (UU No. 10, 2009) Edukasi : (Perihal) pendidikan. (KBBI, 2013) Alam : Segala yg ada di langit dan di bumi. (KBBI, 2013) 1

2 Jepara : Salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Jepara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan. (http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_jepara, 2013) Jadi pengertian dari Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara adalah suatu tempat yang memberikan informasi keilmuan kepada masyarakat tentang hutan pinus beserta manfaat dari pohon pinus itu sendiri dan sebagai salah satu tempat wisata alam yang bersifat edukatif. 1.2. Latar Belakang Jepara sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak pada 5 43`20,67 sampai 6 47`25,83 Lintang Selatan dan 110 9`48,02 sampai 110 58` 37,40 Bujur Timur. Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di pantura timur Jawa Tengah, dimana bagian barat dan utara dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan. Kabupaten Jepara mempunyai luas tercatat 100.413,189 Ha. Kondisi tersebut mempunyai berbagai sumberdaya alam yang masih alami seperti hutan, air terjun, sumber air dan fenomena alam yang tersebar di seluruh daerah di Kabupaten Jepara. (Jepara dalam Angka, 2012) Sumber daya alam tersebut kemudian dikelola pemerintah salah satunya dengan dibuatnya kawasan konsevasi alam seperti hutan suaka alam, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, taman nasional, taman burung dan taman laut. Begitu banyak manfaat dengan dibangunya kawasan konservasi ini karena dapat menjaga flora dan fauna, menjaga iklim agar tetap stabil, menjaga kondisi air tanah, menahan erosi, penyuplai oksigen, media pengetahuan, media pendidikan, penyeimbang lingkungan hidup, sebagai tempat daya tarik wisata dengan tujuan untuk kegiatan rekreasi, olah raga, adventure, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap alam. Dengan sumber daya alam yang dimiliki dan dikelilingi daerah pegunungan di bagian timur, Kabupaten Jepara memiliki berbagai tempat wisata

3 alam nasional yang terbilang layak untuk dikunjungi. Wisata Alam merupakan salah satu obyek yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang atau wisatawan. Dalam dunia pariwisata istilah obyek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang menjadi daya tarik bagi seseorang wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam. Jepara merupakan kabupaten yang memiliki luas hutan yang sangat luas. Jepara memiliki 516.406 hektar yang terdiri dari 17.562 hektar hutan negara dan 3.954 hektar perkebunan negara. Dan sekitar 17 ribu hektar kondisinya rusak dan sisanya kritis. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. (Undang-undang No 41, 1999) Dengan potensi-potensi yang ada, hutan merupakan tempat yang dapat dijadikan area wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Jepara memiliki potensi hutan alam salah satunya adalah Hutan Pinus Batealit Jepara. Hutan pinus yang dikelola oleh Perhutani Jepara memiliki luas 4.5 hektar yang dikelilingi oleh hutan alam dan mahoni. Hutan ini memiliki potensi wisata yang yang sangat menarik. Potensi wisata alam yang dapat di kunjungi adalah lahan lapang yang dijadikan sebagai bumi perkemahan, adapun wisata olah raga yaitu tersedianya arena downhill international dan arena sepeda gunung. Sesuai dengan isi pasal 5 UU No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, pengembangan ekoturisme di kawasan pelestarian alam seperti taman nasional ataupun hutan lindung harus memenuhi

4 tiga prinsip yaitu menjamin perlindungan system penyangga kehidupan. Prinsip kedua adalah memelihara pengawetan keaneka ragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Prisip ketiga menyangkut pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati. Dengan adanya sektor pariwisata maka sangat penting untuk dikembangkan bersama baik dari pihak pemerintah maupun dari semua pihak. Berdasarkan adanya potensi wisata alam hutan pinus Batealit Jepara ini dan belum dimanfaatkan secara optimal maka, topik Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai Kawasan Wisata Edukasi dan Wisata Alam di Jepara menjadi pilihan dan layak untuk diangkat sebagai perancangan tugas akhir. 1.2.1. Pendukung keberadaan wisata alam dan edukasi. Keberadaan suatu bangunan tidak semata-mata hanya terdiri secara individual tanpa melihat lingkungan sekitar tapi diperlukanya pertimbangan khusus secara mendetail terhadap perencanaan tata ruang wilayah untuk menjadikan wilayah kawasan yang harmonis dari segi ekonomi, politik, sosial, dan budaya dan selaras dengan keberadaanya situasi lingku-ngan sekitar. Berikut data-data pendukung keberadaan wisata alam dan edukasi di Kabupaten Jepara : a) Gambaran Potensi Hutan Pinus Batealit. 1. Jalur Sepeda Gunung dan Jalur Downhill Adanya potensi alam yang luas dan berkontur menjadikan area bukit setro hutan pinus menjadi sorotan oleh media untuk dijadikan ajang olah raga sepeda gunung dan Downhill pada acara GOWES ANTV. Trek sepeda gunung memiliki 3 km sedangkan untuk trek downhill 1.5 km.

5 Gambar 1.1. Ragam kegiatan jalur downhill Sumber: Dokumentasi Penulis, 2013 2. Bumi Perkemahan Dengan luas lahan Hutan Pinus 4,5 Ha ini dijadikan masyarakat Kota Jepara sebagai area berkemah. Hutan pinus ini memiliki 2993 pohon pinus dengan udara yang sangat sejuk. Hutan pinus Batealit yang sering disebut setro ini memiliki pemandangan yang cukup indah pada pemandangan sebelah utara dapat terlihat pantai, dan pada sebelah selatan dapat melihat luasnya kota jepara.

6 Gambar 1.2. Ragam perkemahan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2013 3. Hutan Pinus Hutan Pinus ini terletak pada kaki bukit Gunung Muria. Hutan Pinus Batealit memiliki batas sebelah utara adalah Hutan Alam Rimba Campur, sebelah selatan adalah Hutan Maoni, sebelah timur Hutan Alam dan pada sebelah barat adalah Hutan maoni. Hutan pinus yang dikelola oleh PPH Batealit ini memiliki 2993 pohon yang aktif untuk disadap untuk diambil getahnya. Getah tersebut difungsikan untuk gondorukem dan terpentin. Gambar 1.3. Hutan Pinus Sumber: Dokumentasi Penulis, 2013

7 Gambar 1.4. Kegiatan menyadap di Hutan Pinus Sumber: Dokumentasi Penulis, 2013 b) Persentase kunjungan wisata di Jepara Tabel 1.1. Banyak Pegunjung Objek Wisata (Orang) di Kabupaten Jepara 2012 (Sumber : Jepara Dalam Angka 2012)

8 Dari data di atas menunjukan bahwa Kota Jepara sangatlah menarik untuk di kunjungi. Dengan memiliki banyak objek wisata, baik wisata alam, wisata edukasi, maupun wisata minat khusus. Tercatat bahwa pada tahun 2009 didapati 1.035.494 pengunjung, tahun 2010 didapati 239.479 pengunjung dan pada tahun 2011 didapati 629.404 pengunjung, dengan jumlah pengunjung yang cukup banyak setiap tahunnya, Jepara menjadi kota wisata layak untuk dikembangkan pariwisatanya. Dengan demikian perancangan wisata hutan pinus akan menjadi tambahan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Kota Jepara. c) Tingkatan sosial masyarakat Jepara 1. Pendidikan Berdasarkan data dari kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara, pada tahun 2011 tercatat ada 777 SD/MI baik negeri maupun swasta, dengan jumlah murid sebanyak 126.234 siswa, sedangkan jumlah guru tercatat sebanyak 8.145 orang guru. Untuk sekolah setingkat SLTP (SMP dan MTs), tercatat sebanyak 178 sekolah baik negeri maupun swasta dengan jumlah murid 52.586 siswa dan 3.880 guru. Untuk sekolah menengah umum (SMA dan Aliyah) baik negeri maupun swasta tercatat sebanyak 78 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 20.320 siswa dengan 1.758 orang guru. Sedangkan untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta tercatat sebanyak 33 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 13.050 murid dan 1.049 guru. Bila dilihat di tingkat kelulusan EBTA, untuk tingkat SLTP, dari jumlah peserta EBTA sebanyak 8.502, yang berhasil lulus sebanyak 8.359 siswa 98,32 %. Untuk tingkat SLTA lulus sebanyak 4.892 siswa 99,71 %.

9 Gambar 1.5. Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan 2011 (Prosen) Sumber: Dokumentasi Penulis, 2013 Dari data di atas menunjukan bahwa penduduk Jepara dengan pendidikan formal lebih signifikan, hal tersebut dapat menjadi faktor pendukung atau kontribusi keberadaan wisata edukasi dan wisata alam di Jepara, dengan analisa potensi yang ada maka hutan pinus dapat dijadikan suatu pembelajaran tentang menjaga ekosistem alam. Baik tingkat pendidikan SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi yang ada di Jepara sebagai penelitian. 2. Perekonomian. Sektor industri merupakan tiang penyangga utama dari pada perekonomian Kabupaten Jepara. Sektor ini dibedakan dalam kelompok industri besar, industri sedang dan industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Menurut BPS, industri besar adalah perusahaan dengan karyawan / tenagakerja 100 orang ke atas. Industri sedang adalah per-usahaan dengan tenagakerja antara 20 sampai 99 orang. Industri kecil adalah perusahaan

10 dengan tenaga-kerja antara 5 sampai 19 orang dan industri rumah tangga punya tenaga kerja kurang dari 5 orang. Data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, tahun 2011 menyatakan ada 9.022 buah perusahaan industri/unit di Kabupaten Jepara. Angka tersebut mencakup seluruh perusahaan (unit usaha) industri kecil menengah (IKM). Bila dibandingkan tahun 2010, terjadi peningkatan jumlah unit usaha industri sebesar 7,47 persen. Sedangkan dilihat dari nilai produksi, tahun 2011 sebesar Rp1.713.158.374,- dibanding tahun sebelumnya terjadi peningkatan, sebesar Rp 37.268. Tabel 1.2 Banyakya Unit Usaha dan Tenaga Kerja (Orang) Dirinci Menurut Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Tahun 2011. JENIS INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) Unit Usaha Tenaga Kerja (1) (2) (3) 01. Furniture Kayu / Furniture of Wood 4,022 53,334 02. Kerajinan Rotan / Craft of Rattan 468 2,840 03. Tenun Ikat / Weave 291 4,881 04. Monel / Monel 215 862 05. Gerabah / Poltery 51 211 06. Genteng / Tile 709 4,212 07. Rokok Kretek / Cigarettes 19 374 08. Kerajinan Kayu / Craft of Wood 330 2,734 09. Makanan / Foods 1,879 9,399 10. Konveksi / Convection 763 5,341

11 11. Bordir / Embroidery 275 1,91 JUMLAH/total : 2011 9,022 86,100 JUMLAH/total : 2010 8,395 82,595 JUMLAH/total : 2009 7,842 77,605 JUMLAH/total : 2008 7,648 74,352 (Sumber : Dinas Perindstrian dan Perdagangan Kab.Jepara, Kutipan Jepara Dalam Angka 2012) Sebagai salah satu tiang penyangga perekonomian Kabupaten Jepara, wisata edukasi dan wisata alam sangatlah memerlukan identitas yang kuat untuk menunjang daya tarik wisatawan dengan memunculkan hasil industri Kota Jepara. Dengan identitas yang kuat memungkinkan daya tarik wisatawan menjadi lebih berkembang. Berangkat dari hal tersebut, perancangan wisata edukasi dan alam hutan pinus Batealit dengan dibubuhi hasil industri dapat menarik daya tarik wisatawan untuk mengunjungi. 1.3. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas rumusan permasalahan dalam perancangan kawasan wisata di kawasan Hutan Pinus Batealit adalah : 1. Hutan Pinus Batealit Kabupaten Jepara memiliki potensi alam yang layak di kunjungi. 2. Pencapaian yang cukup sulit karena akses jalan yang masih belum sepenuhnya upaya pengembangan potensi pariwisata. 3. Belum optimalnya pengelolaan kawasan wisata alam Hutan Pinus Batealit Jepara. 1.4. Tujuan dan Sasaran A. Tujuan

12 Adapun tujuan yang ingin di capai dalam perencanaan kawasan wisata Hutan Pinus Batealit Jepara : a. Menggali dan menampilkan potensi alam yang dimiliki Hutan Pinus Jepara dengan tetap menjaga kelestarianya. b. Menjadikan wisata alam Hutan Pinus Batealit Jepara sebagai kawasan Wisata alam dan wisata edukasi. c. Menjadikan hutan pinus Batealit sebagai kawasan Wisata alam yang memiliki standar pariwisata nasional yang dapat dikunjungi masyarakat luas. B. Sasaran Sasaran pokok laporan ini meliputi upaya perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Batealit Jepara. Adapun sasaran yang akan dicapai : a. Penyediaan kawasan yang menarik untuk dikunjungi dengan menampilkan potensi-potensi dimiliki. b. Perancangan kawasan wisata dengan tetap memperhatikan ekosistem alam, dengan pemanfatan material ramah lingkungan. c. Menghadirkan desain bangunan sebagai lingkungan buatan yang selaras dengan lingkungan setempat. 1.5. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan berada pada potensi sumber daya alam yang ada di kawasan hutan pinus Jepara yang akan diangkat sebagai penunjang wisata Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi dengan memperhatikan tujuan, sasaran dan tetap menjaga ekosistem yang ada pada hutan pinus yang disesuaikan dengan masalah yang muncul dalam mewujudkan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara. 1.6. Metode Pembahasan A. Observasi

13 Yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap wisata alam dan edukasi sebagai studi banding dan acuan. Antara lain : LEMBANG JUNGLE DISCOVERY B. Studi Literatur Yaitu pengambilan beberapa refrensi sebagai landasan teori dan juga sebagai acuan dalam penyusunan. C. Analisis Pembahasan dilakukan dengan metode analisis deduktif yaitu menganalisa permasalahan yang bersifat umum dan khusus tentang wisata alam dan wisata edukasi. D. Sintesis Melakukaan penyusunan dari hasil analisis dalam bentuk kerangka yang terarah dan terpadu berupa diskripsi konsep perancangan sebagai pemecahan, yang selanjutnya menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa desain. E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang permasalahan yang diangkat sebagai dasar pelaksanaan penelitian untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dalam sasaran dengan penggunaan metode metode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan tinjauan pustaka mengenai teori-teori yang berkaitan dengan objek wisata beserta dasar-dasar sumber data yang digunakan dalam merancang suatu kawasan wisata alam dan edukasi. Tinjauan tentang objek wisata alam dan edukasi, fasilitas-fasilitas yang tersedia serta sarana pendukung lainya untuk menentukan aktifitas yang akan diwadahi disertai studi banding.

14 BAB III TINJAUAN LOKASI Tinjauan mengenai uraian kondisi dan potensi WISATA HUTAN PINUS BATEALIT JEPARA secara umum yang berkaitan dengan data yang ada. Berisikan tentang deskripsi objek dan data umum serta data lainnya yang mendukung proses penelitian yang didapat dari hasil survey langsung dan hasil studi literatur. BAB IV ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN HUTAN PINUS BATEALIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DAN EDUKASI. Mengungkapkan analisa permasalahan baik analisa fisik maupun non fisik dan pendekatan konsep dasar desain Hutan Pinus Batealit Jepara sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi, mengungkapkan konsep perancangan yang merupakan hasil akhir dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan.