BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

SKRIPSI EFEKTIVITAS PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT PERBELANJAAN MODERN PLAZA BANGKINANG KECAMATAN BANGKINANG KOTA KABUPATEN KAMPAR

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. antar aktor dalam proses negosiasi dan resolusi konflik Pasar Kranggan Yogyakarta. Seperti

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 35 SERI E

I. PENDAHULUAN. pemerintah dalam era otonomi daerah seperti saat ini. Hal tersebut disebabkan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. di Provinsi Lampung. Awalnya Kabupaten Tulang Bawang merupakan. kabupaten terbesar di Provinsi Lampung, namun pada tahun 2007 Bupati

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGURUSAN PASAR KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pembangunan nasional serta menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH TAHUN 2014 YANG TELAH DITETAPKAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI RIAU

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL,

ABSTRAK Perkembangan Pasar Inpres Painan: Studi Kasus Setelah Kebakaran Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

( RENSTRA) SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN GARUT

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

UCAPAN TERIMA KASIH...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2008

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. selalu mempunyai dampak yang positif dan negatif, di satu pihak terdapat

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah antara lain: UU No. 22 Tahun 1999 dan Undang-undang. penyusunan aturan di tingkat daerah dalam bentuk Perda.

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat ini diidentifikasi dari tahapan-tahapan dalam pembentukan Peraturan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WBAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN DAN PENATAAN PASAR KULINER SUROBOYO DI AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di. masyarakat, fungsi pelayanan dan kegiatan ekonomi.

STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO.

BAB I PENDAHULUAN. dan Toko Modern, memberikan pengertian Pasar Tradisional sebagai berikut:

BAB II GAMBARAN UMUM PASAR INPRES KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR. sebagai tempat aktivitas kegiatan pasar. Luas pasar Inpres Bangkinang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2011 Seri : C

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

MUSRENBANG RKPD KOTA BALIKPAPAN Balikpapan, 15 Maret 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PASAR DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA PUSAT PERBELANJAAN

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2016

BAB I P E N D A H U L U A N

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

MEMUTUSKAN: PERATURAN DAERAH TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN BULUNGAN.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 SERI E.102 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Di era reformasi, di tengah bangsa Indonesia yang terus melakukan perubahan dan pembangunan di segala bidang, nasib pasar tradisional terdesak dengan munculnya pasar modern seperti mall dan minimarket yang berkembang pesat. Pasar memang bukan suatu tempat yang aneh dan asing bagi masyarakat kita. Tapi, persoalan yang ada di pasar sesungguhnya ibarat benang kusut yang sukar untuk diurai, mengapa, bagaimana, untuk siapa dan masih banyak lagi hal yang perlu dipertanyakan. Sudah sejak lama pasar tradisional memegang peranan penting dalam menggerakkan ekonomi rakyat di seluruh negeri. Pasar tradisional di seluruh Indonesia yang mencapai lebih dari 13.450 unit dan mampu menampung lebih dari 12.625.000 pedagang sebenarnya dapat menjadi kekuatan ekonomi negara. Roda perekonomian kerakyatan dapat terus bergulir jika pasar-pasar 1

tradisional yang memiliki sejarah panjang dikelola dengan baik dan tetap lestari. Dalam era reformasi, terjadi perubahan sistem pemerintahan menjadi otonomi daerah dengan semua keputusan mengenai perizinan hampir 100% merupakan otoritas pimpinan daerah, perhatian terhadap perkembangan pasar serta pedagang tradisional mulai terabaikan sehingga banyak pasar tradisional berubah fungsi menjadi mall dan akhirnya pedagang lama tersingkirkan. Pemda sebagai organisasi publik senantiasa mengalami dinamika dan perubahan yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan, sehingga organisasi perlu menyesuaikan diri dengan perubahan itu agar lebih efektif, efisien, adaptif dan responsibility dalam mencapai tujuan. Organisasi mengalami perubahan dalam rangka mencapai tujuan, bukan saja karena lingkungan dimana organisasi itu berada mengalami perubahan tapi juga tujuan organisasi ini merupakan suatu keharusan agar organisasi menyelesaikan permasalahan, tuntutan dan keinginan masyarakat. Pasar Inpres Bangkinang, yang merupakan pasar tradisional milik pemerintah daerah Kabupaten Kampar, pada tahun 2011 dimodernisasi atau dilakukan peremajaan dari pasar tradisional menjadi pasar modern yang berbentuk plaza. Pembangunan pasar tradisional Bangkinang menjadi pasar modern tidak berjalan mudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan pihak investor, penolakan pembangunan timbul dari para pedagang pasar inpres bangkinang. Sekurangnya tercatat 700 orang pedagang Pasar Inpres Bangkinang menolak pembangunan Pasar Modern Bangkinang 2

yang sudah direncanakan oleh Pemda Kab. Kampar karena pedagang menilai pembangunan yang akan dilaksanakan investor itu sangat menyengsarakan pedagang. Penolakan terhadap investor itu ditanda tangani oleh 700 orang pedagang yang dituangkan dalam sebundel surat yang ditujukan kepada Bupati Kampar nomor : 01/SPPIB/01/2011 tertanggal 24 Januari 2011 perihal Keberatan atas Pembangunan Pasar Inpres Bangkinang yang dilaksanakan oleh Investor. Surat keberatan pedagang itu ditembuskan dan disampaikan kepada DPRD Kampar, Komisi I DPRD Kampar, Investor selaku Pelaksana Pembangunan Pasar lnpres Bangkinang, Ketua Asosiasi Pedagang Pasar lnpres Bangkinang, Ketua Forum Komunikasi Pedagang Pasar lnpres Bangkinang, Tokoh Masyarakat Kampar, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Kerapatan Adat Kampar, Ninik Mamak Bangkinang, Ikatan keluarga Minang (lkm), Himpunan Mahasiswa Kampar dan Media massa. Ada 4 alasan mengapa 700 pedagang menyampaikan keberatannya terhadap pemdakab Kampar atas rencana pembangunan Pasar lnpres Bangkinang menjadi Pasar Modern yang dikuasai oleh lnvestor. Pertama, Para Pedagang Pasar Inpres Bangkinang tidak setuju dengan kondisi luas Bangunan (2x2) meter dengan harga Rp. 12.000.000, -per meter. dan Luas Bangunan Los (1,5 x 1,5) Meter dengan harga Rp. 9.000.000, -per meter, masing-masing Kios dan Los diangsur pembayarannya selama 5 (lima) Tahun, dengan sistem pembayaran per bulan melalui Bank yang telah ditunjuk oleh Pemerintah, walaupun dengan bunga yang rendah. Apalagi untuk mendaftar saja harus membayar Uang Muka (DP) 30% ditambah PPn 10%. Kedua, para 3

pedagang yang pada saat itu telah memiliki Kios dengan Luas Bangunan (3 x 8) Meter dan Lapak dengan Luas Bangunan (3 x 4 ) Meter, hanya diberikan kemudahan berupa diskon 20% saja. Kebijakan ini perlu dipertimbangkan kembali oleh Bupati Kampar mengingat para pedagang sangat sulit dalam mendapatkan bangunan Kios pada saat awal pembelian, apalagi sudah beberapa kali telah terjadi kebakaran antara lain pada tahun 1992, tahun 1994, tahun 2006 dan tahun 2009, sehingga membutuhkan dana yang besar dari para pedagang untuk membangun kembali kios-kios tersebut, namun masih banyak juga bangunan kios yang terbakar tersebut belum mampu dibangun oleh para pedagang dengan kendala faktor keuangan. Alasan Ketiga, untuk pembangunan Ruko sebanyak 40 Unit dengan Luas Bangunan Ruko masingmasing (4 x 10) Meter yang kabarnya seharga diatas Rp. 600.000.000, - sementara beritanya sudah tersebar ke daerah lain seperti di Pekanbaru, Jambi dan Bukit Tinggi. Kebijakan ini juga perlu dipertimbangkan kembali oleh Bupati Kampar agar para pedagang tempatan dapat memiliki Ruko tersebut dengan harga dibawah Rp. 600.000.000,-. Alasan Keempat, merupakan alasan secara intern pedagang terhadap kepentingan pihak Asosiasi Pedagang Pasar lnpres (APPI) Bangkinang dimana sejumlah pengurus APPI beberapa waktu lalu pernah melakukan study banding ke Kalimantan bersama Bupati Kampar dan pihak investor, MPP yang konon tujuan study banding itu untuk melihat sejumlah pasar yang dibangun oleh MPP di Kalimantan tersebut karena pergi diam-diam dan pulangnya tidak memberikan informasi atau tidak mensosialisasikan apapun tentang hasil study banding pasar tersebut. 4

Selama dalam pelaksanaan pembangunan pasar, pihak investor telah mempersiapkan los, kios dan toko sebagai Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan diberlakukan sistem undian sesuai jenis dagangan. Pedagang yang menggunakan tempat penampungan sementara tersebut tidak dikenakan biaya apapun. Sedangkan khusus bagi PKL musiman di hari Rabu dan Ahad, Pemkab Kampar memberlakukan penutupan Jalan Datuk Tabano antara Jalan Sudirman hingga Jalan Sisingamangaraja untuk dijadikan lapak bagi PKL musiman. Berdasarkan Perda Kab. Kampar no 17 tahun 2007 tentang penertiban pedagang kaki lima dan juga dalam rangka menegakkan pilar kedua dari lima pilar misi pembangunan Kab. Kampar periode 2012-2016 dan atas instruksi Bupati Kampar, Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Kampar bekerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar melakukan penertiban pedagang kaki lima yang berjualan di atas trotoar dan bahu jalan di sepanjang Jalan M. Yamin SH, Sudirman, A. Yani dan Jalan Datuk Tabano Bangkinang. Selain melakukan penertiban, patroli pekat juga digelar setiap harinya dari pukul 16.00 wib sampai 22.00 wib. Kondisi yang berlaku demikian, dapat diduga bahwa aspirasi masyarakat pedagang dalam kasus Pasar Modern Bangkinang belum sepenuhnya ditindak lanjuti secara optimal, hal ini terindikasi dari gejala yang ditemui melalui penelitian yang telah dilakukan, yaitu semakin banyaknya pedagang yang menggelar dagangan mereka di luar gedung pasar modern. 5

Bertitik tolak dari gejala yang ditemui, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menerapkan judul Efektivitas Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pusat Perbelanjaan Modern Plaza Bangkinang Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan gejala yang telah dipaparkan di atas, dapatlah dirumuskan permasalahan pokok sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas kebijakan Pemerintah Daerah dalam menertibkan pedagang kaki lima (PKL) di pusat perbelanjaan modern di Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui efektifitas kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dalam menertibkan pedagang kaki lima (PKL) di pusat perbelanjaan modern di Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memperkaya dan mempertajam khasanah bagi perkembangan kepustakaan ilmu sosial terutama ilmu Administrasi Negara khususnya studi kebijakan. 6

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah khususnya pemerintah daerah Kecamatan Bangkinang Kota dalam menentukan arah kebijakan publik. 3. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi para peneliti selanjutnya yang meneliti dalam bidang yang sama. D. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis membagi penulisan ini dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Di dalam bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan. BAB II : TELAAH PUSTAKA Pada bab ini membahas tentang beberapa teori yang melandasi penulisan yaitu Pengertian Kebijakan, Aktor-aktor yang Berperan dalam Proses Kebijakan, Aktor-aktor yang Berperan dalam Proses Pembuatan Kebijakan, Pengertian Pemerintah, Fungsi Pemerintah, Hipotesis, Variabel Penelitian, dan Konsep Operasional. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Di dalam bab ini membahas tentang Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan Data, dan diakhiri dengan Teknik Analisa Data. 7

BAB IV : GAMBARAN UMUM PENELITIAN Di dalam bab ini membahas tentang Gambaran Umum Kecamatan Bangkinang Kota, keadaan geografis Kecamatan Bangkinang Kota, jumlah pedagang di Pasar Inpres Bangkinang, sekilas tentang Pasar Inpres Bangkinang, lokasi dan jumlah tempat yang tersedia di Pasar modern Bangkinang. BAB V : HASIL DAN ANALISA DATA Di dalam bab ini membahas tentang identitas Responden, Keadaan Pasar Inpres Bangkinang, Respon Pedagang tentang Kebijakan Pemerintah Daerah Untuk Pengembangan dan Penataan Pasar Inpres Bangkinang, Hasil Penelitian, dan terakhir Pengujian Hipotesis. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang penulis temukan dan kemudian diberikan saran-saran kepada hasil temuan tersebut. 8