PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM MONITORING PRODUKSI BIOGAS PADA BIODIGESTER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

Chrisnanda Anggradiar NRP

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER

Akuisisi Data Secara Wireless Untuk Sistem Monitoring Real Time Pada Produksi Biogas

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB II LANDASAN TEORI

SNTMUT ISBN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kaya akan sumber daya alam dan terbatas ilmu. fosil mendapat perhatian lebih banyak dari kalangan ilmuan dan para

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN POLUTAN GAS H 2 S PADA LOKASI MANIFESTASI GEOTHERMAL GEDUNG SONGO MENGGUNAKAN SENSOR TGS 2602 TUGAS AKHIR

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

C I N I A. Pengembangan Teknologi Purifikasi Biogas (Kandungan Gas H2S Dan CO2) dengan Mempergunakan Kombinasi Wet Scrubber-Batu Gamping

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

EFISIENSI PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS TERHADAP PENAMBAHAN EFFECTIVITAS MICROORGANISME

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

Kata Kunci: Biodigester, TGS, methane, Biogas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Brilianda Adi WIcaksono Bidang Studi Elektronika Jurusan Teknik Elektro FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

Perancangan Sistem Monitoring Gas Hasil Pengolahan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

SKRIPSI PEMURNIAN BIOGAS DARI GAS PENGOTOR CO2 DENGAN MENGGUNAKAN BUTIRAN PADAT KALSIUM HIDROKSIDA. Oleh: I MADE RAI DWIJA ANTARA

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS. Tulus Subagyo 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PROTOTYPE TEKNOLOGI KONTROL EMISI TRANSPORTASI DARAT JALAN RAYA MENGGUNAKAN PLATINUM CATALIC CONVERTER

ROBOT PENGURAI ASAP DALAM RUANGAN MENGGUNAKAN T-BOX DENGAN METODE BEHAVIOUR BASED CONTROL

PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY

BAB I PENDAHULUAN. di pabrik, kebutuhan peralatan kantor, peralatan rumah tangga, traffic light, dan

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

Sistem Akuisisi Data 6 Channel Berbasis AVR ATMega dengan Menggunakan Bluetooth ABSTRAK

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

PENENTUAN KUALITAS BIOGAS UNTUK PEMENUHAN ENERGI SKALA RUMAH TANGGA BERBASIS FUZZY LOGIC

RANCANG BANGUN SISTEM TELEMETRI TEMPERATUR MULTICHANNEL MULTIBIT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 DENGAN PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI 7 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. vegetasi dan material karena ulah manusia (man made). Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1. Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. 2. Ir. Tasripan, MT.

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING PORTABEL POLUSI UDARA BERBASIS KOORDINAT GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

SNTMUT ISBN:

Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

RANCANG BANGUN TEKNOLOGI "DIGESTER" GAS BIO UNTUK MENGATASI KETERBATASAN ENERGI PERDESAAN DI DESA KEDUNGDOWO, KECAMATAN ARJASA, SITUBONDO, JAW A TIMUR

TJ TUGAS AKHIR I - 3 SKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KADAR AIR TANAH BERBASIS MIKROKONTROLER AVR

ANALISIS KINERJA DIGESTER BIOGAS BERDASARKAN PARAMETER OKSIGEN BIOGAS DIGESTER PERFORMANCE ANALYSIS BASED ON OXYGEN PARAMETER

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

PENDETEKSI JENIS TEH MENGGUNAKAN DERET SENSOR TIN OXIDE DAN NEURAL NETWORK

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

PERFORMANSI PURIFIKASI BIOGAS DENGAN KOH BASED ABSORBENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

APLIKASI BLUETOOTH SEBAGAI INTERFACING KENDALI MULTI- OUTPUT PADA SMART HOME

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA

TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup

Transkripsi:

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM MONITORING PRODUKSI BIOGAS PADA BIODIGESTER Rocky Alfanz 1*, Agus Nurhadi 2, Joddy Arya Laksmono 3 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 3 Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia * Corresponding author, e-mail : rocky.alfanz@ft-untirta.ac.id Abstrak Biogas merupakan salah satu gas alam yang dapat terbakar, kandungan yang paling banyak diobservasi dalam penelitian ini adalah gas metana (CH 4 ), hidrogen (H 2 ) dan karbon dioksida (CO 2 ), hal inilah yang menjadikan biogas dapat dikembangkan dan digunakan sebagai energi alternatif. Namun pada umumnya plant biodigester yang digunakan untuk memproduksi biogas masih sangat sederhana, sehingga dibutuhkan perancangan sistem yang dapat membantu proses monitoring produksi biogas. Pada penelitian ini dirancang sebuah sistem yang dapat melakukan proses akuisisi data menggunakan sensor gas metana MQ4, sensor gas hidrogen MQ8 dan sensor gas Karbon dioksida MG811 serta parameter yang berpengaruh pada proses produksi biogas seperti suhu, kelembaban dan tekanan. Berdasarkan pengukuran terhadap gas metana, didapatkan titik tertinggi produksi gas terjadi pada pukul 10:00 dengan kondisi pengukuran suhu: 34 C, kelembaban: 67%RH, dan tekanan: 100,6 kpa menghasilkan gas metana sebesar 95.672 ppm. Untuk pengukuran gas hidrogen didapatkan titik tertinggi produksi gas terjadi pada pukul 14:00 dengan kondisi pengukuran suhu 34 C, kelembaban 74%RH, dan tekanan 100,4 kpa menghasilkan gas hidrogen sebesar 4,378 ppm. Pada pengukuran gas karbondioksida titik tertinggi produksi gas terjadi pada pukul 11:00 dengan kondisi pengukuran suhu 33 C, kelembaban 68%RH, dan tekanan 100,5 kpa menghasilkan gas karbondioksida sebesar 16,89 ppm. Kata Kunci : Biodigester, Sistem Monitoring, Biogas, DAQ Abstract Biogas is one of the flammable natural gas. The most observed content of biogas in this study is methane (CH 4 ), hydrogen (H 2 ) and carbon dioxide (CO 2 ). Therefore, biogas can be developed and used as an alternative energy. Nowadays, the used of plant biodigester, as the biogas producer, is still in very simple design. So, the system design should be developed to assist the monitoring process of biogas production. In this study, a system is design which can do the data acquisition using MQ4 sensor of methane, MQ8 sensor of hydrogen and MG811 sensor of carbon dioxide also the parameter which influencing to the process of biogas production such as temperature, humidity and pressure. Based on the measurement of methane, it is spotted that the highest point of methane production occured at 10:00 a.m. The details were the temperature 34 C, humidity 67% RH, and pressure 100,6 kpa which can produce 95.672 ppm of methane. In the measurement of hydrogen, it is figured out that the highet point of hydrogen production occured at 02:00 p.m. The details were the temperature 34 C, humidity 74% RH, and a pressure of 100,4 kpa to produce 4,738 ppm of hydrogen. Then, the highest point of the measurement of carbon dioxide production occurred at 11:00 a.m. The details were temperature 33 C, humidity 68% RH, and a pressure of 100,5 kpa to 16,89 ppm of carbon dioxide. Keywords : Biodigester, Monitoring System, Biogas, DAQ Copyright 2016 JNTE. All rights reserved 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi merupakan salah satu tempat yang banyak digunakan untuk melakukan penelitian tentang biogas, karena kotoran sapi merupakan salahsatu sumber utama untuk membentuk biogas. Seperti peternakan sapi yang terletak di kawasan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (PUSPIPTEK) serpong yang memiliki instalasi digester biogas berkapasitas 50 m 3 sebanyak 2 buah dan gas holder berukuran 10 m 3 sebanyak 3 buah, dengan produksi biogas ±30 m 3 perhari. Biogas merupakan suatu jenis gas yang dapat dibakar, yang diproduksi melalui proses fermentasi aerobik dan anaerobik dari bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia, Received date 2016-02-15, Revised date 2016-03-06, Accepted date 2016-03-12 DOI : 10.20449/jnte.v5i1.216

biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang pencerna (digester), kandungan biogas yang banyak diteliti yaitu, gas metana, gas karbondioksida dan gas hidrogen [1]. Gas metana (CH 4 ) yang merupakan komponen utama biogas dapat menjadi bahan bakar yang berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800-6700 kkal/m³, sedangkan gas metana murni mengandung energi 8900 kkal/m³ [2]. Karena nilai kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan penerangan, memasak, menggerakkan mesin dan sebagainya. Sistem produksi biogas juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu mengurangi pengaruh gas rumah kaca, mengurangi polusi bau yang tidak sedap, sebagai pupuk, dan produksi daya dan panas [1]. Selain metana, hidrogen (H 2 ) juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif dimana 95% gas hidrogen yang digunakan pada saat ini berasal dari pemrosesan gas alam (Natural Gases) yang salah satunya didapat pada biogas hasil fermentasi bahan alam dalam biodigester [3]. Gas karbondioksida (CO 2 ) juga merupakan gas yang banyak diproduksi pada biogas, hal ini memungkinkan untuk mengetahui perkiraan pertumbuhan gas efek rumah kaca pada wilayah tertentu dengan mengukur kadar gas karbondioksida pada wilayah tersebut. Sehingga dapat dilakukan beberapa hal yang dapat mengurangi pertumbuhan gas efek rumah kaca [4]. Biodigester (Reaktor Biogas) berfungsi mengubah kotoran binatang, kotoran manusia dan materi organik lainnya, menjadi biogas. Teknologi reaktor yang sudah banyak digunakan di Indonesia adalah teknologi BIRU. Teknologi BIRU merupakan teknologi reaktor kubah beton (fixed-dome) yang diadaptasi dari sistem yang telah digunakan di negara lain seperti Banglades, Kamboja, Laos, Pakistan, Nepal dan Vietnam. Reaktor kubah beton ini terbuat dari batu-bata dan beton yang tertutup di bawah tanah. Sistem ini terbukti aman bagi lingkungan dan berfungsi sebgai sumber energi yang bersih. Di Nepal, teknologi ini digunakan oleh lebih dari 200 ribu rumah tangga selama lebih dari 15 tahun, dengan 95% reaktor masih berfungsi [5]. Pada umumnya plant biodigester yang ada saat ini masih belum dilengkapi dengan sistem monitoring volume gas yang dihasilkan dalam biodigester, dan dibutuhkan sebuah sistem yang dapat diimplementasikan pada plant biodigester ini. Pada penelitian ini merancang sebuah sistem monitoring yang dapat memantau konsentrasi gas metana, karbon dioksida dan hidrogen serta mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi produksi biogas seperti suhu, kelembaban, dan tekanan dalam biodigester. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data Acquisition (DAQ) Data Acquisition (DAQ) adalah proses mengukur fenomena listrik atau fisik seperti tegangan, arus, suhu, tekanan, atau suara dengan komputer. Sebuah Sistem DAQ terdiri dari sensor, perangkat keras pengukuran DAQ, dan komputer dengan software yang telah diprogram. Dibandingkan dengan sistem pengukuran tradisional, sistem DAQ berbasis PC mengeksploitasi kekuatan pemrosesan, produktifitas, tampilan, dan kemampuan konektifitas komputer standar industri menyediakan solusi pengukuran yang lebih kuat, fleksibel, dan hemat biaya. Sistem akuisisi data juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data, hingga memprosesnya untuk menghasilkan data yang dikehendaki. Jenis serta metode yang di pilih pada umumnya bertujuan untuk menyederhanakan setiap langkah yang dilaksanakan pada keseluruhan proses. Suatu sistem akuisisi data pada umumnya dibentuk sedemikian rupa sehingga sistem tersebut berfungsi untuk mengambil, mengumpulkan dan menyimpan data dalam bentuk yang siap untuk diproses lebih lanjut [6]. Gambar 1 adalah proses akuisisi data. Gambar 1. Diagram blok bagian sistem akuisisi data [6] Jurnal Nasional Teknik Elektro 129

2.2. Sistem Monitoring Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen subsistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran terhadap objek tertentu. Maka, sistem monitoring merupakan suatu perangkat yang saling terkait dan mempunyai fungsi sebagai alat pemantau [7]. 2.3. Real-time Sistem Real time system disebut juga dengan sistem waktu nyata. Sistem yang harus menghasilkan respon yang tepat dalam batas waktu yang telah ditentukan. Jika respon komputer melewati batas waktu tersebut, maka terjadi degradasi performansi atau kegagalan sistem. Sebuah real time system adalah sistem yang kebenarannya secara logis didasarkan pada kebenaran hasil-hasil keluaran sistem dan ketepatan waktu hasil-hasil tersebut dikeluarkan. Aplikasi penggunaan sistem seperti ini adalah untuk memantau dan mengontrol peralatan seperti motor, assembly line, teleskop, atau instrumen lainnya. Peralatan telekomunikasi dan jaringan komputer biasanya juga membutuhkan pengendalian secara real time. Berdasarkan batasan waktu yang dimilikinya, real-time system ini dibagi atas beberapa jenis. Diantaranya yaitu, hard real time system, soft real- time system [8]. 2.4. Biogas Biogas merupakan suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui proses fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia, biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang pencerna (digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut terbesar adalah gas Methan (CH 4 ) serta gas karbondioksida (CO 2 ). Selain kedua gas tersebut dalam digester pula menghasilkan gas gas yang relative kecil seperti gas Oksigen (O 2 ), Nitrogen (N 2 ), Amonia (NH 3 ), Hidrogen (H 2 ), serta Hidrogen Sulfida (H 2 S) (Al Seadi dkk, 2008) [1][2]. monitoring, tahap pengujian sistem monitoring, tahap implementasi sistem monitoring dan tahap pengujian pengaruh suhu, kelembaban, dan tekanan. Secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2. Mulai Perancangan sistem monitoring Pengujian sistem monitoring Implementasi sistem monitoring Pengujian pengaruh suhu, kelembaban dan tekanan terhadap pembentukan biogas Selesai Gambar 2. Flowchart penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan menggunakan rangkaian hasil rancangan sistem senor seperti pada gambar 3, dilakukan pengujian. Pengujian sensor terhadap gas MQ4, gas MQ 8 dan gas MG811. 3. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi pada penelitian ini dilakukan melalui 4 tahap, yaitu tahap perancangan sistem Gambar 3. Skema rangkaian sistem sensor 130 Jurnal Nasional Teknik Elektro

4.1. Pengujian sensor gas MQ4 Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sistem ini dapat berjalan dengan baik pada saat diimplementasikan untuk melakukan monitoring terhadap gas metana dalam biodigester atau tidak. Pengujian dilakukan dengan memonitoring proses produksi biogas sejak dibuatnya campuran feses sapi dengan air dimasukkan dalam biodigester. Proses monitoring dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan memanfaatkan program PLX DAQ yaitu sebuah plugin untuk merekam data serial pada program excel dan melalui proses datalogging sistem menggunakan perangkat datalogger yang kemudian data disimpan pada SDCard selama kurang lebih 7 jam, mulai pukul 8:00 sampai pukul 15:00. Pada proses pengujian ini data di cuplik setiap 1 detik sekali, sementara data yang di analisa adalah data setiap 30 menit sekali. Gambar 4. Pengaruh suhu terhadap produksi gas metana Berdasarkan pengujian yang ditampilkan pada Gambar 4 diperoleh data pengujian pengaruh parameter suhu terhadap pembentukan gas metana dalam biodigester. Pembentukan gas metana paling tinggi terjadi pada saat suhu 34 C dengan keluaran sensor mencapai 95.672 ppm pada pukul 10:00. Namun pada pukul 10:30 konsentrasi gas metana yang terbaca oleh sensor turun menjadi 86.000 ppm, lalu pada saat pukul 12:30 konsentrasi gas kembali naik menjadi 89.155 ppm pada saat suhu naik dari 33 C menjadi 34 C. Pada saat suhu kembali naik menjadi 35 C, produksi gas metana naik kembali menjadi 90.760 ppm, kondisi ini terjadi pada pukul 13:30. Ketika suhu mengalami penurunan dari 35 C menjadi 34 C produksi menurun hingga konsentrasi 87.567 ppm kondisi ini terjadi pada pukul 14:00. Gambar 5. Pengaruh kelembaban terhadap produksi gas metana Pada Gambar 5 pengujian pengaruh kelembaban terhadap produksi gas metana pada menunjukkan bahwa kelembaban juga berpengaruh terhadap produksi gas metana dalam biodigester. Pada saat kelembaban meningkat dari 66% ke 67%, produksi gas metana mengalami penurunan dari 92.381 ppm menjadi 90.760 ppm dan ketika kelembaban kembali menurun menjadi 66% produksi gas metana naik menjadi 92.381 ppm. Produksi gas metana tertinggi terjadi pada kondisi kelembaban 67% pada pukul 10:00 menghasilkan gas metana sebesar 95.672 ppm, sementara pada saat kelembaban naik menjadi 72% produksi gas metana mengalami penurunan yang sangat darastis hingga 85.995 ppm pada pukul 10:30. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kelembaban berbanding terbalik terhadap produksi gas metana. Gambar 6. Pengaruh tekanan terhadap produksi gas metana Tekanan juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi biogas, Jurnal Nasional Teknik Elektro 131

seperti terlihat pada Gambar 6. pengaruh tekanan terhadap produksi gas metana. Kondisi puncak produksi gas metana terjadi pada saat tekanan menunjukkan 100,6 kpa. Kemudian pada pukul 13:30 terjadi penurunan tekanan dari 100,4 kpa menjadi 100,3 kpa hal ini mempengaruhi produksi gas metana yang naik dari 89.155 ppm menjadi 90.760 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tekanan hampir sama seperti pengaruh kelembaban terhadap produksi gas metana, yaitu berbanding terbalik terhadap produksinya. hidrogen. Seperti pada pukul 13:00, terjadi peningkatan produksi gas hidrogen yang semula 4,65 ppm menjadi 4,72 ppm dengan kondisi kelembaban naik dari 68% menjadi 74%. 4.2. Pengujian sensor gas MQ8 Gambar 8. Pengaruh kelembaban terhadap produksi gas hydrogen Gambar 7. Pengaruh suhu terhadap produksi gas hydrogen Pada pengujian ini terlihat bahwa pada rentang pukul 8:30-10:30 tidak terjadi perubahan produksi gas hydrogen yang signifikan yaitu berada pada rentang 4,56 4,58 ppm, hal ini karena suhu dalam kondisi yang stabil yaitu menunjukkan pada suhu 34 C, kemudian pada pukul 11:00 terjadi penurunan suhu menjadi 33 C namun produksi tetap dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya. Titik tertinggi produksi gas hidrogen terjadi pada pukul 13:30 14:30 pada saat suhu mencapai 35 C menghasilkan produksi gas hidrogen sebesar 4,738 ppm, namun pada pukul 14:00 suhu menurun menjadi 34 C tetapi produksi tidak berubah dan kembali stabil sampai pukul 15:00. Kelembaban cukup berpengaruh pada proses produksi gas hidrogen kali ini, walaupun produksi hidrogen relatif stabil pada pukul 8:30 12:30 dengan kondisi rentang produksi 4,65 4,68 ppm, namun terdapat beberapa waktu pengukuran yang menunjukkan adanya pengaruh kelembaban terhadap produksi gas Pada kondisi tekanan dari rentang 100,5 100,6 produksi gas hydrogen tidak terlihat begitu signifikan, produksi gas hidrogen berada pada rentang 4,65 4,68 ppm, kondisi ini terjadi mulai pukul 8:30 hingga 12:00. Pada pukul 13:00 terjadi kenaikan produksi hingga 4,72 ppm namun puncak produksi gas hidrogen terjadi pada pukul 13:30 14:30 dengan produksi mencapai 4,73 ppm dengan kondisi tekanan pada rentang 100,3 100,4 kpa. Gambar 9. Pengaruh tekanan terhadap produksi gas hidrogen 4.3. Pengujian sensor gas MG811 Gambar 10 menunjukkan hubungan pengaruh perubahan suhu terhadap produksi gas karbondioksida dalam biodigester, pada saat suhu turun dari 34 C menjadi 33 C produksi gas karbondioksida menunjukkan pada 16,89 ppm. 132 Jurnal Nasional Teknik Elektro

Gambar 10. Pengaruh suhu terhadap produksi gas karbondioksida Pada kondisi suhu naik dari 33 o C menjadi 34 o C Produksi gas karbondioksida menjadi 15,96 ppm. Produksi gas karbondioksida menjadi stabil pada kondisi suhu 34 C dengan produksi sebesar 13,64 ppm hingga pukul 15:00. Gambar 12. Grafik pengaruh tekanan terhadap produksi gas karbondioksida Pada Gambar 12 menunjukkan hubungan pengaruh tekanan terhadap produksi gas karbondioksida, hasil pengujian menunjukkan bahwa produksi gas karbondioksida pada pukul 11:00 merupakan titik tertinggi produksi gas karbondioksida, yaitu dengan jumlah produksi sebesar 16,89 ppm pada kondisi tekanan 100,5 kpa. Pada pukul 13:00 15:00 produksi karbondioksida berada pada kondisi yang stabil sebesar 13,4 13,7 ppm dengan kondisi tekanan berada pada rentang 100,3 kpa 100,4 kpa. 5. KESIMPULAN Gambar 11. Pengaruh kelembaban terhadap produksi gas karbondioksida Gambar 11. merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara produksi gas karbondioksida dengan perubahan kelembaban dalam biodigester. Jika dilihat dari perubahan grafik, terdapat beberapa pengaruh kenaikan kelembaban, puncak produksi gas karbondioksida terjadi pada pukul 11:00 yaitu mencapai 16,89 ppm dengan kondisi kelembaban sebesar 68%. Pada pukul 11:30 produksi gas mengalami penyusutan hingga mencapai 13,99 ppm, namun kembali naik hingga 15,96 ppm dan terjadi penurunan produksi menjadi 13.76 pada saat kelembaban naik dari 68% menjadi 74%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kelembaban berbanding terbalik terhadap produksi gas karbondioksida Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Sistem instrumen yang digunakan untuk proses monitoring konsentrasi gas metana, hidrogen, dan karbondioksida ini dapat melakukan proses akuisisi data dengan baik, serta data yang terbaca pada mikrokontroller dapat dikirimkan ke PC. 2. Parameter suhu, kelembaban dan tekanan dapat mempengaruhi produksi biogas, pada pengujian terhadap gas metana, didapatkan titik tertinggi produksi gas metana terjadi pada pukul 10:00 menghasilkan 95672 ppm dengan kondisi suhu 34 C, kelembaban: 67%RH, dan tekanan 100,6 kpa. Untuk gas hidrogen didapat titik tertinggi produksi terjadi pada pukul 14:00 menghasilkan 4,738 ppm dengan kondisi suhu 34 C, kelembaban 74%RH, dan tekanan 100,4 kpa. Pada gas karbondioksida titik tertinggi produksi gas terjadi pada pukul 11:00 menghasilkan 16,89 ppm dengan kondisi suhu 33 C, kelembaban 68%RH, dan tekanan 100,5 kpa. Jurnal Nasional Teknik Elektro 133

3. Setelah dilakukan perancangan dan pengujian, sistem monitoring ini dapat diimplementasikan pada sebuah digester dengan baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Faiz, Suyanto, Uji Kinerja Taguchi Gas Sensor (TGS) Untuk Monitoring Gas Methane Pada Portable Biodigester, Intitut Teknologi Surabaya, Surabaya, 2014. [2] L. Katriani, Potensi Pengaplikasian Sistem Instrumentasi Sebagai Pendeteksi Gas Metana (CH 4) yang Terkandung dalam Biogas, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014. [3] A. Marwan, Analisis Produktifitas Gas Hidrogen Dan Gas Oksigen Pada Elektrolisis Larutan Koh, Jurnal Neutrino Vol. 2 No. 2, 2010. [4] D. Arintya, Sumardi, I. Setiawan, Monitoring Kandungan Karbondioksida (Co2) Dalam Sebuah Model Ruangan Berbasis Mikrokontroler Atmega8535, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. [5] Indra, Lazuardy, Rancang Bangun Alat Penghasil Biogas Model Terapung, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara, 2008. [6] C. Bambang, Armansyah, N. Hayati A. Jaffar, Cheng Yee, S. Kasolang, Wireless e-nose Sensor Node : State of the Art, International Symposium on Robotics and Intelligent Sensors 2012 (IRIS 2012), ScienceDirect, 2012. [7] S. Abraham, X Li, A Cost Effective Wireless Sensor Network System for Indoor Air Quality Monitoring Applications, University of North Texas, Texas, 2014. [8] R. Andri, Sistem Monitoring dan Pengendalian Suhu dan Kelembaban Ruang pada Rumah Walet Berbasis Android, Web, dan SMS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 2013. Electrical Engineering (Institute biomedical Engineering) dan meraih gelar S.T di Universitas Jayabaya Jakarta. Sekarang Aktif sebagai pengajar di lingkungan Jurusan Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Aktif melakukan penelitian dibidang Elektronika Biomedical engineering, Ilmu Material, Photovoltaic Sistem, serta aktif dalam Ikatan Polimer Indonesia (HPI) dalam bidang Ilmu Bahan untuk power sistem bidang material Photovoltaic. Salahsatu karya ilmiah yang pernah diterbitkan dalam skala internasional adalah: Identification Disturbance on Transformer Using Wavelet Transformation pada International Journal of Engineering Research and Technology (IJERT) 2015. Agus Nurhadi, Lahir di Serang pada tanggal 29 Juli 1993. Mahasiswa Sarjana Teknik Elektro di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Pernah mengikuti Kontes Robot Indonesia tahun 2013, 2014 divisi KRPAI Berkaki sebagai ketua tim dan programmer. Pernah menjabat sebagai asisten laboratorium Pengolahan Sinyal Digital di Laboratorium Teknik Elektro UNTIRTA. Joddy Arya Laksmono, Mahasiswa program doktoral di Universitas Indonesia, aktif sebagai peneliti di lingkungan Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong dengan pangkat golongan III/c. Fokus pada kegiatan penelitian teknik reaksi kimia, kinetika dan termodinamika reaksi, transfer massa dan panas serta separasi dan purifikasi. Dan profil lebih lanjut bias diakses pada halaman: http://sivitas.lipi.go.id/jodd001/ Biodata Penulis Rocky Alfanz, Lahir pada 28 Maret 1981. Meraih gelar Master of Science (M. Sc) di National Taiwan University 2009 Master Degree 134 Jurnal Nasional Teknik Elektro