PEMBATALAN SURAT IZIN USAHA PENERBITAN PERS MAJALAH MINGGUAN TEMPO, EDITOR DAN SURAT KABAR TABLOIT DETIK SERTA PERMASALAHAN HUKUMNYA

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

b.segala Peraturan Perundangan yang bertentangan dengan Undang-undang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

HUKUM PERS ANDRYAN, SH., MH

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Etika Jurnalistik dan UU Pers

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA EsA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

Hukum Acara Pembubaran Partai Politik. Ngr Suwarnatha

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

2018, No Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan organis

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN KETUA DPR-RI PADA ACARA PRESS GATHERING Di Wisma Griya Sabha Kopo, 12 Desember 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Membaca: Surat Menteri Penerangan tanggal 14 April 1967 No. 69/SM/67 perihal Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Dewan Pers;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

JURNAL SKRIPSI PENGGUNAAN HAK JAWAB DAN HAK KOREKSI DALAM PENYELESAIAN DELIK PERS BERDASARKAN UU NOMOR 40 TAHUN 1999

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagian masyarakat berpikir menjadi seorang jurnalis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

ABSTR.AK SKR,IPSI. tttt. t ip 2tt0 4 SURABAYA. ilrnm $.7.00a.120a.0006t IIALIT HAI. TERIAIII PEIICABUTA]I SIUPP. HUKUT UNryEngtls.

DEWAN PERS Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1984 Tanggal 9 Januari 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.970, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI. Sanksi Administrasi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan (check and balances) antara Pemerintah dan DPR RI. Ketiga fungsi

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA. No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 99/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Larangan quick count pada pilpres

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. ASN. Revolusi Mental. Kode Etik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tonggak penting sebuah sistem demokrasi di Indonesia. Dimana

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut

ASPEK HUKUM PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Husendro

2015, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 3. Peraturan Pemer

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 127); 3. Pera

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mematikannya. Produk media yang pertama kali dihasilakan dari PT. Tempo Inti

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

2016, No Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Transkripsi:

, m n o. i & [ j m u I ^ k,axck<r-r- I B (LI ^ A 13 ^ k A j PEMBATALAN SURAT IZIN USAHA PENERBITAN PERS MAJALAH MINGGUAN TEMPO, EDITOR DAN SURAT KABAR TABLOIT DETIK SERTA PERMASALAHAN HUKUMNYA l. Uralan Fakta Pada tanggal 21 Juni 1994 Menteri Penerangan Republik Indonesia mengeluarkan surat keputusan yaitu : a. Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia Nomer 123/KEP/MENPEN/1994; tentang Pembatalam Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Majalah Mingguan TEMPO; b. Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia Nomer 124/KEP/MENPEN/1994; tentang Pembatalan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Majalah Mingguan EDITOR; c. Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia Nomer 125/KEP/MENPEN/1994; tentang Pembatalan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Surat Kabar Mingguan Tabloit DETIK. Latar belakang dikeluarkannya surat keputusan tentang pembatalan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) tiga media massa tersebut oleh Pemerintah (Menteri Penerangan), karena adanya tenggara dari Preslden Soeharto ketika berada di teluk Teratai, sebuah pelabuhan baru yang sengaja dibangun untuk menampung kapal-kapal perang eks Jerman Timur yang dibeli atas lobi Menrietek B.J. Habibie. Belakangan ini pers dianggapnya telah berbicara terlalu Jauh sehingga 1

mengancam stabilitas nasional. Dikatakan kepala negara ada beberapa media massa yang telah mengadu domba dalam pemberitaannya. Karenanya, media massa itu pantae diambil tindakan.1 Kebetulan, ketika itu Tempo baru saja menulis tentang pembelian 37 (tiga tujuh) kapal bekas itu, yang oleh beberapa pejabat keuangan dan DPR, dianggap terlalu mahal, sehingga terasa ketidaksepahaman antara departemen - departemen. Detik menulis tentang calon Presiden ketiga. Tabloit itu memajang gambar Try Sutrisno besar-besar di sampulnya dengan.foto kecil Habibie yang nampak murung di belakangnya. Sedang Editor belum lama ini menulis tentang ABRI "merah putih dan yang bukan "merah putih".2 Sedangkan yang dijadikan dasar pertimbangan oleh pemerintah untuk mengeluarkan Surat Keputusan Pembatalan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers Majalah Mingguan Tempo adalah mengenai perkara SIT-nya yang telah pernah dibekukan sementara pada tsanggal 12 April 1982, dengan Surat Keputusan Menteri Penerangan RI Nomer 76/KEP/MENPEN/1982. Berkaitan dengan penerbitannya yang dinilai telah melanggar dan membahayakan stabilitas nasional. Dalam proses pencairan SIT-nya yang dibekukan itu, Tempo telah menerima pengarahan Dewan Harian Dewan Pers dan secara tulus ikhlas menyanggupi A y u U tam L, B r e d e l 1004: k u m p u lan t u lie a n te n t a n g p o m - b r e d e la n T e m p o, D e tik, E d it o r. E d I. A l i a n o i J u r n a lt e In d e p e n d e n, J a k a r t a ± 0 0 4, h. 2.

untuk melaksanakan arahan tanggal 13 Mei tersebut. Yakni antara lain : 1. Tempo menyanggupi untuk turut serta bertanggung Jawab menjaga stabilitas nasional, keamanan, ketertlban dan kepentingan umum, tidak akan memperuncing keadaan dan bahkan akan meredakan ketengangan Jika terjadi dalam masyarakat. 2. Tempo menyanggupi akan menahan diri dan selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara di atas kepentingan pribadi dan majalah Tempo. 3. Tempo akan selalu menjaga nama balk dan kewibawaan Pemerintah serta Pimpinan Nasional. 4. Tempo akan mengindahkanserta memenuhl dan menjalankan ketentuan yang digariskan peraturan perundang-undangan, Dewan Pers, Kode Etik Jurnalistik dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah dalam rangka pembinaan pers yang bebas dan bertanggung Jawab. 5. Tempo akan selalu mengindahkan intropeksi, koreksi dan perbaikan-perbaikan ke dalam, dalam rangka memantapkan perkembangan pers yang bebas dan bertanggung Jawab. Selaln itu, Tempo telah diberi peringatan balk lisan (33 kali) maupun secara tertulls (6 kali) dalam rangka pembinaan, tetapl isi penerbitannya dinilai masih menunjukan itikad tidak balk dan tidak lagi mencerminkan pers yang bebas dan bertanggung jawab. Sehingga menurut pemerintah Tempo dapat dikenai sanksi pembatalan SIUPP karena melanggar

pasal 33 huruf h Peraturan Menteri Penerangan RI Nomer 01/PER/MENPEN/1984. Pertimbangan yang digunakan Pemerintah untuk mengeluarkan Surat Keputusan Pembatalan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers Majalah Mingguan Editor adalah berkaitan dengan pengasuh penerbitannya baik Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi maupun Pemimpin Perusahaan yang tercantum dalam SIUPP sudah non aktif sejak tahun 1989, sehingga sekarang pengelolaan penerbitan berada di tangan yang tidak terdaftar dalam SIUPP. Dengan demikian Editor sebenarnya telah terjadi kekosongan Jabatan pengasuh penerbitan. Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Nomer 03/SE/DitJen PPG/1993 tentang kekosongan Jabatan pengasuh penerbitan pers. Seperti Pemimpin Umum, Pemimpin RedakBi maupun Pemimpin Perusahaan maka penerbitan pers diberi tenggang waktu tiga bulan untuk memproses pengisian tersebut. Penerbitan pers yang tidak mengindahkan akan terkena tindakan sesuai dengan ketentuan SIUPP. Untuk kasus Surat Kabar Mingguan Tabloit Detik, pertimbangan yang digunakan pemerintah adalah tentang izin perubahan misi penerbitan harus melalui atau mendapat persetujuan secara tertulis dari Menteri Penerangan (pasal 7 ayat 2 Permenpen No. 01/1984). Dalam kasus ini, Detik tanpa mendapat persetujuan secara tertulis dari Menteri Penerangan telah berubah misinya dari tabloit dengan misi informatif, detektif dan kriminal menjadi tabloit berita umum dan

politik. Berarti misinya tidak sesuai dengan yang tercantum dalam SIUPP. Hal tersebut dapat dikenai sanksi sesuai dengan pasal 33 huruf b Peraturan Menteri Penerangan RI Nomer 01/PER/MENPEN/1984 yang berakibat dibatalkannya SIUPP. Terlepas dari pertimbangan apa yang digunakan oleh pemerintah, yang jelas dengan dikeluarkannya surat keputusan pembatalan SIUPP atas TEMPO, EDITOR dan DETIK tersebut ternyata mengundang gelombang reaksi. Masyarakat yang merasa kehilangan sumber informasi, tak hanya menyatakan keprihatinan, tetapi juga melakukan aksi unjuk rasa di jalan-jalan, untuk menentang tindakan tersebut. Ketika TEMPO, EDITOR dan DETIK dicabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers, tampaknya reaksi di kalangan pers sendiri tidak jelas. Semua sepertinya bisa mengerti tindakan pemerintah. Kadang-kadang menyesalkan, kemudian minta perhatian pemerintah terhadap nasib karyawan pers dan keluarganya. Maka timbul kesan seakan-akan masalah pencabutan SIUPP hanyalah sekedar soal ekonomi, bukan masalah kemerdekaan pers. Masalah Surat Izin Usaha Penerbitan Pers menjadi pembicaraan yang aktual saat ini, sebagai dampak dari pidato kenegaraan Presiden Soeharto tanggal 16 Mei 1990 lalu yang menegaskan tidak perlu adanya kekhawatiran lagi akan beraneka ragamnya pandangan dan pendapat dalam masyarakat. Pada hakikatnya, hak menyatakan pikiran dan pendapat sebagai bagian dari hak asasi manusia adalah esensiil dalam suatu negara demokrasi. Indonesia sebagai suatu negara

demokrasi, menjamin kebebasan menyatakan pikiran dan pen dapat dalam suatu landasan hukum yang kuat, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pendapat pikiran secara lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Manifestasi dari kebebasan menyatakan pikiran dan pendapat terdapat di dalam kebebasan pers, tercantum dalam Undang-undang Pokok Pers (UU Nomer 21/1982) yaitu dalam rangka meningkatkan peranannya dalam pembangunan pers berfungsi sebagai penyebar informasi yang obyektif menyalurkan aspirasi rakyat, meluaskan komunikasi dan partisipasl masyarakat serta melakukan kontrol sosial yang konstruktif. Dalam hal ini perlu dikembangkan interaksi positif antara pemerintah, pers dan masyarakat (pasal 2 ayat 3). Terhadap pers nasional tidak dikenakan sensor dan pembreidelan (pasal 4). Kebebasan pers sesuai dengan hak asasi warga negara di Jamin ( pasal 5 ayat 1) dan kebebasan pers ini didasarkan atas tangung jawab nasional dan pelaksanaan pasal 2 dan 3 undang-undang ini (pasal 5 ayat 2). Kebebasan pers yang dijamin oleh undang-undang itu ternyata mendapat hambatan oleh adanya pranata SIT (Surat Izin Terbit) dalam Undang-undang Pokok Pers eebelumnya (pasal 8 Jo 20 UU Nomer 11/1966), di mana dikatakan oleh OemarSeno Adji, "Pada dasarnya suatu SIT tidak diperlukan karena pada hakekatnya ia merupakan suatu persyaratan

prevensi yang tidak sesuai dengan pers bebas". Undang-undang Nomer 21 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pers yang merubah Undang-undang Nomer 11 Tahun 1966 kemudian mengganti pranata SIT menjadi pranata SIUPP, seperti tercantum dalam pasal 13 ayat 5 yang menyatakan setiap penerbitan pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers memerlukan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Sebagaimana halnya pranata SIT, pranata SIUPP digunakan sebagai usaha untuk membatasi kebebasan pers yaitu dengan mencabut SIUPP dari suatu perusahaan pers apabila perusahaan pers itu melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam SIUPP. Beban tanggung Jawab bagi pers nasional sebetulnya bermuara kepada tuntutan stabilitas. Manakala kaidah politik stabilitas turut bicara dalam suatu urusan pemberitaan maka pertukaran pikiran, dialog dan diskusi menjadi berhenti, seketika bahasa hukum pun berhenti. Tidak ada wartawan yang berani bicara tentang undang-undang pers. Di samping itu budaya keterbukaan memang belum sanggup menopang kebebasan pers yang bertanggung Jawab yuridis atau bertanggung Jawab kode etik. Budaya keterbukaan masih lebih merupakan teori daripada suatu realitas, sama halnya dengan kebebasan informasi dan kebebasan menyatakan pendapat atau kebebasan berbeda pendapat. Pembatasan kebebasan lebih banyak berupa tanggung Jawab politis daripada hukum.