PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 474 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PIDIE QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 33 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN P3A/GP3A/IP3A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK N OMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI

QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI BISMILLAHIRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANG IRIGASI BUPATI MUSI RAWAS,

PEMERINTAH DAERAH SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

Transkripsi:

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang : a. b. BUPATI BIREUEN, bahwa pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi merupakan upaya menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sehingga pemberdayaan air wajib dikelola secara selaras, sistematis dan bertanggung jawab; bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Bab III, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi yang mengatur tentang Kelembagaan Pengelolaan Irigasi dan Bab V Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2011 tentang Irigasi serta Bab III Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 10 Tahun 2009 tentang Irigasi, perlu diatur Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Dalam Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif Kabupaten Bireuen; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan dalam suatu Peraturan; Mengingat : 1. 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046); Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3897) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3963);

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Negara Nomor 4633); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah untuk beberapa kalinya terakhir dengan Undang-Undang 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Negara Nomor 5679); Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624); Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas Di Lingkungan Pemerintah Daerah; 10. 11. 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32). Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2011 tentang Irigasi (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 37); Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 10 tentang Irigasi (Lembaran Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bireuen Nomor 19 );

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BIREUEN TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Daerah adalah Kabupaten Bireuen. Pemerintahan Kabupaten adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten sesuai dengan fungsi dan kewenangannya masing-masing. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Kabupaten. Bupati adalah Bupati Bireuen. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Sistem Irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi. Daerah Irigasi Lintas Kabupaten adalah daerah irigasi yang mendapatkan air irigasi dari jaringan yang bangunan dan/atau saluran serta luasannya berada di lebih dari satu wilayah kabupaten. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialokasikan dari suatu sumber air untuk daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian dan penggunaan air irigasi. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder.

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier. Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Jaringan Primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran pembuangnya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya. Jaringan Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran sekunder, saluran pembuangnya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya. Jaringan Irigasi Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya. Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disingkat P3A adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah Petani Pemakai Air dalam suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi. Gabungan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disingkat GP3A adalah kelembagaan sejumlah P3A yang bersepakat bekerja sama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi. Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disingkat IP3A adalah kelembagaan sejumlah GP3A yang bersepakat bekerja sama untuk memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi. Masyarakat Petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi P3A maupun petani lainnya yang belum tergabung dalam organisasi P3A.

22. 23. 24. Komisi Irigasi Kabupaten adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah, wakil P3A tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi. Forum Koordinasi daerah irigasi adalah sarana konsultasi dan komunikasi antara P3A, petugas pemerintah, petugas pemerintah provinsi, petugas pemerintah kabupaten/kota dan pengguna jaringan irigasi untuk keperluan lainnya dalam rangka pengelolaan irigasi yang jaringannya berfungsi multiguna pada suatu daerah irigasi. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Kelembagaan Pengelolaan Irigasi meliputi : a. perencanaan, pelaksanaan konstruksi, peningkatan, operasi, pemeliharaan, rehabilitasi pengelolaan aset irigasi, evaluasi dan monitoring serta pembiayaannya; dan b. wewenang pengelolaan irigasi pada daerah irigasi luasnya kurang dari 1.000 (seribu) Ha. BAB III WEWENANG, HAK DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI Pasal 3 yang Wewenang, hak, dan tanggung jawab kelembagaan pengelolaan irigasi daerah terdiri atas kegiatan perencanaan, pengembangan, pengelolaan jaringan irigasi, pengelolaan aset sistem irigasi, hak guna dan alokasi air irigasi, pemberdayaan kelembagaan pengelolaan irigasi, pembiayaan kegiatan pengelolaan irigasi, upaya keberlanjutan sistem irigasi, pengendalian dan pengawasan, dan menyiapkan bahan penyusunan peraturan dan pedoman penyelenggaraan irigasi.

Pasal 4 Wewenang dan tanggung jawab Sekretaris Daerah dalam Kelembagaan Pengelolaan Irigasi adalah: a. b. c. d. e. menyatukan kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi ke dalam kebijakan pembangunan daerah; melaksanakan proses pengesahan kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi Komisi Irigasi Kabupaten dengan wadah-wadah koordinasi terkait lain; dan melaksanakan proses penerbitan izin pembangunan, pemanfaatan, perubahan dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi; membantu memfasilitasi proses pembentukan Komisi Irigasi. Pasal 5 Wewenang dan tanggung jawab Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam Kelembagaan Pengelolaan Irigasi adalah: a. b. c. d. e. melaksanakan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam rangka untuk menyatukan rencana pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten, ke dalam rencana pembangunan daerah; memberi dukungan aspek perencanaan dalam melaksanakan program pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah; berpartisipasi dalam memfasilitasi pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pembangunan daerah skala Kabupaten/Kota, dalam bidang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten, sebagai bahan masukan untuk musyawarah rencana pembangunan daerah; melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama pembangunan antar daerah kabupaten dan antara daerah kabupaten dengan swasta, dalam dan luar negeri pembangunan jaringan sistem irigasi.

Pasal 6 Wewenang dan tanggung jawab Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan dalam Kelembagaan Pengelolaan Irigasi adalah: a. b. c. d. e. melaksanakan penyuluhan dan penyebarluasan teknologi bidang irigasi hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat petani; memberikan pertimbangan aspek teknik keirigasian dalam penilaian usulan bantuan kepada masyarakat petani; melaksanakan penyuluhan dan penyebarluasan teknologi bidang irigasi di wilayah Kabupaten; memberikan bimbingan dan pengawasan pemanfaatan sumber-sumber air dan air irigasi yang diutamakan untuk kepentingan pertanian; memberikan bimbingan penerapan teknologi optimalisasi pengelolaan air untuk usaha tani. Pasal 7 Wewenang dan tanggung jawab Kepala Dinas Pengairan, Pertambangan dan Energi dalam Kelembagaan Pengelolaan Irigasi adalah: a. c. d. e. f. g. menyiapkan rancangan kebijakan daerah dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; b. melaksanakan program-program dibidang irigasi sesuai kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; menyusun dan melaksanakan rencana pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi; turut serta mendorong partisipasi masyarakat petani dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi; merencanakan dan melaksanakan kegiatan operasional dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi dalam Kabupaten yang luasnya kurang dari 1000 ha; menyiapkan rekomendasi teknis untuk penggunaan dan pengusahaan air tanah di wilayah Kabupaten bagi keperluan irigasi; memfasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah irigasi dalam Kabupaten yang berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi;

h. i. j. k. memberikan pertimbangan aspek teknik keirigasian dalam pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air; melaksanakan program-program bidang irigasi sesuai kebijakan daerah dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; turut serta dalam penyusunan rencana program jangka menengah (lima tahunan) dan program tahunan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi; mempersiapkan anggaran, personil dan administrasi untuk pelaksanaan program pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi; l. melaksanaan kegiatan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi; m. n. o. p. q. r. melaksanakan inventarisasi jaringan irigasi di daerah irigasi; merencanakan kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi lima tahunan dan tahunan jaringan irigasi primer dan sekunder; melaksanakan kegiatan pemeliharan rutin, berkala dan darurat serta rehabilitasi secara swakelola atau kontraktual jaringan irigasi primer dan sekunder; meningkatkan partisipasi masyarakat petani dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder; merencanakan dan melaksanakan pengelolaan aset irigasi dalam sistem irigasi primer dan sekunder; mengelola dan mengembangankan sistem informasi irigasi bagi daerah-daerah irigasi; s. memfasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah irigasi dalam Kabupaten yang berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; dan t. menyiapkan dan memberi rekomendasi teknis untuk pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, perubahan dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder.

Pasal 8 Wewenang dan tanggung jawab Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan dalam Kelembagaan Pengelolaan Irigasi adalah: a. b. menetapkan kebijakan, pedoman dan bimbingan pengembangan, rehabilitasi, konservasi, optimalisasi dan pengendalian lahan pertanian tingkat Kabupaten; menyusun peta pengembangan, rehabilitasi, konservasi, optimasi, dan pengendalian lahan pertanian; c. d. e. f. g. h. i. j. melaksanakan pengembangan, rehabilitasi, konservasi, optimasi, dan pengendalian lahan pertanian; menetapkan potensi dan pengelolaan lahan pertanian; melaksanakan pengembangan lahan pertanian; mengatur dan menetapkan kawasan pertanian terpadu; menetapkan sentra komoditas pertanian; memberikan dukungan aspek pertanian dalam rancangan kebijakan Kabupaten tentang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; memberikan dukungan aspek pertanian dalam rencana pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder; menyediakan dan memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha tani dan gampong. mengendalikan alih fungsi lahan beririgasi pada daerah irigasi; k. memberi dukungan aspek perencanaan pada pemberian bantuan untuk masyarakat petani; l. memberikan dukungan aspek perencanaan pada pembentukan dan pelaksanaan fungsi Komisi Irigasi; m. memberikan dukungan pelaksanaan kerjasama pembangunan antar daerah kabupaten, dan antara daerah kabupaten dengan swasta, dalam dan luar negeri, dalam bidang pembangunan jaringan sistem irigasi; n. berpartisipasi dalam melaksanakan upaya-upaya pengendalian alih fungsi lahan pada daerah irigasi dalam Kabupaten yang luasnya kurang dari 1000 ha.

Pasal 9 Wewenang dan tanggung jawab Komisi Irigasi dalam Kelembagaan Pengelolaan Irigasi adalah : (1.) Dalam bidang pengembangan : a. membantu Bupati dalam menentukan kebijakan pengembangan sistem irigasi pada kegiatan studi kelayakan; b. membantu petani dalam perencanaan teknis jaringan irigasi tersier/irigasi gampong; c. pembangunan jaringan irigasi tersier/irigasi gampong; dan d. meningkatan jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier. (2.) (3.) (4.) (5.) Dalam bidang pengelolaan jaringan irigasi : a. membantu Bupati dalam menentukan kebijakan pengembangan sistem irigasi pada kegiatan studi kelayakan; b. membantu Bupati dalam menentukan pembantuan untuk kelancaran operasional dan perawatan di jaringan irigasi tersier/irigasi gampong; c. ikut dalam penelusuran jaringan irigasi dan membantu Bupati dalam menentukan kebijakan mengenai pembiayaan dan pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder; d. membantu Bupati dalam menentukan pembiayaan jaringan irigasi untuk kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder; e. membantu Bupati dalam memberikan bantuan rehabilitasi jaringan irigasi tersier/irigasi gampong; dan f. membantu Bupati dalam menyelesaikan sengketa. Dalam bidang hak guna dan lokasi air irigasi : a. membantu Bupati dalam menetapkan hak guna pakai air untuk irigasi; b. membantu Bupati dalam menentukan hak-hak pengguna air diwilayahnya sesuai dengan kondisi sumber air; dan c. membantu Bupati dalam kebijakan peningkatan dan pembangunan baru. Dalam bidang pemberdayaan lembaga pengelolaan irigasi, mengusulkan kebutuhan dan pemberdayaan kepada Bupati. Dalam bidang pembiayaan kegiatan pengelolaan irigasi a. memberikan masukan kepada Bupati dalam kebijakan pembiayaan pengembangan jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier; b. dan memberikan masukan kepada Bupati dalam kebijakan pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder.

(6.) (7.) (8.) Dalam upaya keberlanjutan sistem irigasi : a. memberikan pertimbangan kepada Bupati mengenai izin alih fungsi lahan b. membantu Bupati dalam menentukan kebijakan dalam menjaga keberlanjutan sistem irigasi dengan menjaga keandalan air irigasi; dan c. membantu Bupati dalam menentukan kebijakan agar dapat menjaga keberlanjutan sistem irigasi untuk meningkatkan pendapatan petani. Dalam bidang pengendalian dan pengawasan, membantu Bupati dalam kebijakan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan pengelolaan irigasi; Dalam bidang pengaturan, membantu Bupati dalam proses pembentukan Komisi Irigasi Kabupaten dan pengesahan pembentukan Komisi Irigasi antar Kabupaten. Pasal 10 Wewenang dan tanggung jawab Keujruen Blang dalam Kelembagaan Pengelolaan Irigasi adalah: (1.) (2.) (3.) Dalam bidang perencanaan, memberikan pemikiran awal dan memberi masukan pada saat konsultasi publik; Dalam bidang pengembangan meliputi : a. memberi masukan pada saat konsultasi publik pada kegiatan studi kelayakan; b. memberikan masukan dan usulan dalam perencanaan teknis jaringan irigasi primer dan sekunder; c. berwenang dan bertanggung jawab melakukan dan dapat memohon bantuan kepada Bupati melalui instansi terkait pada kegiatan perencanaan, pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi tersier/irigasi gampong; dan d. berperan serta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pada pembangunan jaringan irigasi primer dan sekunder. Dalam bidang pengelolaan jaringan irigasi meliputi : a. berperan serta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam kelembagaan, teknis, dan pembiayaan; dapat melakukan kontrol sosial; menyepakati secara tertulis rencana tahunan operasional dan perawatan pada kegiatan operasi jaringan irigasi primer dan sekunder; b. berhak dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan, mohon bantuan dan dukungan fasilitas kepada Bupati melalui instansi terkait pada kegiatan operasional dan perawatan pada kegiatan operasi jaringan irigasi tersier/irigasi gampong;

c. ikut melakukan penelusuran jaringan irigasi, menyusun skala prioritas, dan melaksanakan pemeliharaan rutin pada kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder; d. berhak dan bertanggung jawab dalam penelusuran jaringan irigasi, menyusun skala prioritas, dan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan tersier pada kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi tersier/irigasi gampong; e. berperan serta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya pada kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder; f. bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan dapat memohon bantuan kepada Bupati melalui instansi terkait pada kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier/irigasi gampong; g. berkewajiban menyelesaikan sengketa mulai dari P3A/GP3A/IP3A, mengusulkan sengketa yang tidak dapat diselesaikan kepada Bupati melalui Komisi Irigasi atau instansi terkait pada kegiatan penyelesaian sengketa; h. GP3A/IP3A berhak memberikan laporan evaluasi pelaksanaan operasional dan perawatan dan menyampaikannya kepada Bupati pada evaluasi pengelolaan sistem irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder; i. bertanggung jawab melakukan evaluasi pelaksanaan operasional dan perawatan di wilayah kerjanya pada kegiatan evaluasi pengelolaan sistem irigasi pada jaringan irigasi tersier/gampong; j. mengusulkan pengubahan /pembongkaran pada kegiatan evaluasi; k. menyetujui/melaksanakan pada kegiatan evaluasi pengelolaan sistem irigasi pada kegiatan pengubahan/pembongkaran Jaringan Irigasi Tersier. (4.) Dalam bidang pengelolaan aset sistem irigasi meliputi: a. memberikan masukan tentang aset irigasi di wilayahnya kepada instansi terkait; b. memberikan masukan rencana pengelolaan aset jaringan irigasi tersier; c. bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan aset jaringan irigasi tersier sesuai rencana; d. membantu pemerintah dalam evaluasi aset irigasi yang menjadi tanggung jawabnya secara berkelanjutan; dan e. memberikan masukan lokasi yang sudah tidak berfungsi.

(5.) (6.) (7.) (8.) (9.) (10.) Dalam bidang hak guna dan alokasi air irigasi meliputi: a. berhak untuk mendapatkan hak guna pakai air untuk irigasi berdasarkan Keputusan Bupati pada pintu pengambilan di bangunan utama; b. memberikan usulan untuk mendapatkan hak guna usaha air untuk irigasi berdasarkan rencana tata tanam dalam jaringan irigasi tersier; dan c. mengajukan permohonan izin prinsip alokasi air kepada Bupati. Dalam bidang pemberdayaan lembaga pengelolaan irigasi, mengusulkan kebutuhan pemberdayaan kepada Bupati. Dalam bidang pembiayaan kegiatan pengelolaan irigasi meliputi : a. berperan serta dalam pembiayaan pengembangan jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kemampuannya; dan b. bertanggung jawab dalam pembiayaannya pengembangan tersier dan dapat mohon bantuan kepada Pemerintah Pusat melalui Bupati. Dalam upaya keberlanjutan sistem irigasi meliputi : a. memberikan masukan/laporan alih fungsi lahan beririgasi kepada Bupati melalui instansi terkait; b. bertugas memberikan masukan/laporan kerusakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) kepada Bupati; dan c. menerapkan modernisasi pertanian, teknologi tepat guna, dan diversifikasi usaha tani, serta efisiensi pemakaian air irigasi dalam rangka peningkatan pendapatan petani. Dalam bidang pengendalian dan pengawasan, melaporkan kepada instansi yang berwenang tentang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi, wajib melakukan pengawasan di wilayah kerjanya terhadap pengelolaan jaringan irigasi tersier. Dalam bidang penyusunan peraturan perundangan dan pedoman tingkat daerah, aktif memberikan masukan/saran dalam proses penyusunan dan pedoman tingkat penyelenggaraan irigasi.

BAB V PENUTUP Pasal 11 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bireuen. Ditetapkan di Bireuen pada tanggal 12 November 2015 BUPATI BIREUEN, ttd Diundangkan di Bireuen pada tanggal 13 November 2015 RUSLAN M. DAUD SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BIREUEN, ttd ZULKIFLI BERITA DAERAH KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2015 NOMOR 243