BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran 2013 yang menyebutkan bahwa : Secara geografis, Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Tembakau Deli, yang ditanam di wilayah Sumatera Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu.

Perubahan yang terjadi pada tata ruang Kota Medan dapat diungkapkan dalam fotofoto

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu,

BAB I PENDAHULUAN. penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Etnis Tionghoa merupakan bahan kajian yang menarik untuk

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah. Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif

BAB I PENDAHULUAN. : Kelurahan Pulo Brayan Lama (Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera timur sudah menanam tembakau sebelum kedatangan orang Barat ke

BAB I PENDAHULUAN. Pada BAB I ini menyajikan beberapa topik yaitu latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika laporan.

BAB I PENDAHULUAN. heterogen dan materialistis di bandingkan dengan daerah belakangnya.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

BAB. I PENDAHULUAN. Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Peninggalan peninggalan sejarah merupakan bukti bukti kehidupan. yang menyangkut sebuah peristiwa sejarah.

BAB I PENDAHULUAN. tidak melalui bentuk bentuk perizinan/peraturan tertentu. Sektor informal juga

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bila kita lihat fenomena hari ini, hubungan antara kopi dengan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. bayang-bayang kekuasaan Kesultanan Melayu Deli. Kesultanan Melayu Deli

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan lainnya ( Sinulingga, 1999:19) sarana-sarana rekreasi modern. ( Colombijn, 2005:148)

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. melawan arus sungai Wampu yang sangat deras. (Sulaiman Zuhdi 2013: 81). Dari. akhirnya menjadi Ibu Kota kabupaten Langkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain, atau dari tempat asal ke tempat tujuan (Adisasmita 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

STASIUN DAN BALAI YASA MANGGARAI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak hal yang dapat dipelajari dan dipahami bagaimana suatu peristiwa sejarah bisa terjadi. Peninggalan bersejarah merupakan bukti dari suatu kegiatan masyarakat pada masa lampau atau merupakan suatu bukti tentang perkembangan suatu budaya yang ada sampai sekarang. Masuknya suku bangsa asing seperti Cina, Arab, India serta masa perkembangan kolonialisme yang sangat signifikan di Sumatera Utara, membuat daerah ini memiliki banyak peninggalan bersejarah yang harus tetap di jaga agar nilai-nilai historisnya dapat dipahami. Sejarah perkembangan perkebunan di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Sebagai sistem perekonomian pertanian baru, sistem perkebunan telah memperkenalkan berbagai pembaharuan dalam sistem perekonomian pertanian yang membawa dampak perubahan penting terhadap kehidupan masyarakat jajahan atau negaranegara berkembang. Perkebunan pada awal perkembangannya hadir sebagai sistem perekonomian baru yang semula belum dikenal, yaitu sistem perekonomian komersial (commercial agriculture) yang bercorak kolonial. 1

Pelaksanaan sistem perkebunan dimulai dengan melalui pembukaan penanaman modal dan teknologi dari luar, dan memanfaatkan tanah dan tenaga kerja yang tersedia di daerah jajahan. Secara Topografis, perkebunan sering dibangun di daerah yang subur, baik yang ada di daerah dataran rendah maupun yang ada di dataran tinggi. Kehadiran perkebunan dianggap telah menciptakan komunitas sektor perekonomian modern yang berorientasi eksport dan pasaran dunia. Pendirian perkebunan di negara-negara jajahan atau berkembang sering diikuti dengan kecenderungan pengambilalihan tanah-tanah milik penduduk pribumi. Perkebunan sebagai perusahaan komersial biasanya dikelolah oleh maskapai asing dan berorientasi pada kepentingan negara-negara besar yang menjadi tempat pemasaran barang produksinya. Deli Maatschappij merupakan jejak sejarah masa kolonialisme yang sangat terkenal di Sumatera Utara. Tembakau merupakan produk yang paling menguntungkan di pasar Eropa. Deli Maatschappij merupakan perusahaan dagang Belanda yang mengutamakan perhatiannya pada tembakau dan sepanjang sejarahnya ia merupakan penghasil tembakau gulung terkenal di Sumatera Timur bahkan sampai ke negara-negara Eropa dengan nama Tembakau Deli. Deli Maatschappij tersebar ke seluruh Deli, Serdang dan Langkat. Latar belakang utama terbentuknya Deli Maatschappij karena J.Nienhuys berhasil menghasilkan tembakau dengan cita rasa yang khas sehingga dapat diterima oleh penikmat tembakau di Eropa. Dengan demikian J.Nienhuys berhasil mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan berhasil menarik para pemodal Belanda untuk bergabung dengannya. Karena banyaknya keuntungan yang diperoleh, perusahaan dagang Belanda ini banyak membuat 2

gudang-gudang sebagai tempat penyimpanan dan pengeringan sementara tembakau yang diterima dalam tiga musim berurutan. Setelah itu gudang-gudang tersebut dibongkar. Beberapa dari kayu-kayu itu akan dipakai lagi dalam pembangunan serangkaian gudang berikutnya, tetapi atap-atap nipahnya dibakar. Setiap onderneming mempunyai gedung-gedung tetap untuk pengsortiran, peragian, pengepakan, dan penyimpanan tembakau. Berbagai fasilitas telah dibangun oleh Belanda untuk kepentingan perkebunan. Gedung-gedung tetap ini merupakan bagian dari suatu kompleks bangunan-bangunan permanen, dikenal sebagai emplasemen, juga terdiri dari rumah-rumah para anggota staff, sebuah gedung kantor administratif, sebuah toko yang biasanya dikelola oleh orang Cina, bengkel, dan bedeng-bedeng tempat tinggal bagi keluarga buruh, serta pembuatan rel kereta api. Semakin berkembangnya tembakau dari Deli Maatschappij, dibentuklah perusahaan kereta api yaitu Deli Spoorweg Maatschappij. Rel kereta api saat itu juga dibangun sebagai sarana transportasi perekebunan. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Tengku Luckman Sinar ( 2011:61) perkembangan yang sangat pesat dari penanaman tembakau sejak abad ke-19 menyebabkan dibangunnya perusahaan kereta api Deli, agar transportasi lebih cepat dan tidak terganggu lumpur-lumpur dijalanan ketika musim hujan datang. Banyaknya sarana yang telah di bangun oleh Belanda, sebagian besar hanya untuk kepentingan perkebunan saja, para buruh perkebunan hanya mendapatkan fasilitas yang minim. Rumah buruh jauh berbeda dengan rumah para staff perkebunan, mungkin ini untuk menunjukkan kelas sosial antara para staff 3

dengan buruh. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Sartono dan Djoko Suryo (1991:9) Secara struktural di perkebunan terdapat dua lapisan sosial, yaitu lapisa asing dan lapisan pribumi. Golongan pertama menempati jabatan teras dengan pendapatan tinggi, seperti jabatan pimpinan, staf pengelola, administrator, dan tenaga spesialis. Golongan kedua menempati kedudukan sebagai pekerja kasar atau buruh dengan upah rendah. Hanya sedikit golongan pribumi yang menempati lapisan menengah. Selain itu Soekanto (2007:198) juga menerangkan bahwa Mereka yang memiliki uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan. Sebaliknya, para buruh diperlakukan sangat mengerihkan. Apabila ada buruh yang berbuat salah, maka buruh itu dihadapkan dengan hukum dera atau kalau tidak diganti dengan hukuman: kedua kakinya dirantai dan diberati dengan bola besi. Dan orang yang terhukum itu disuruh bekerja sekeras-kerasnya dalam keadaan seperti itu walaupun dipanas terik matahari. Perkembangan perkebunan hingga ke Kecamatan Percut Sei Tuan membuat banyak peninggalan yang telah di bangun pada masa kolonial Belanda ada sampai sekarang. Banyak dari bangunan-bangunan itu yang dialihfungsikan, bahkan juga sudah ada bangunan yang di hancurkan. Ini berarti masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui pentingnya bangunan bersejarah tersebut. Mungkin karena tidak adanya program pemerintah yang melibatkan masyarakat dalam upaya melestarikan bangunan bersejarah di Kecamatan tersebut. Setelah kemerdekaan, perkebunan tembakau Deli Maatschappij diambil alih oleh 4

pemerintah dan resmi dikelola oleh perkebunan PTPN II. Bangunan-bangunan bersejarah itu sekarang menjadi aset dari perkebunan tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan daerah yang memiliki banyak bukti peninggalan sejarah dari perkebunan Deli Maatschappij yang sangat terkenal pada masa kolonial Belanda. Bangunan-bangunan ini perlu diperhatikan sebagai bukti dari kejayaan tembakau deli sampai ke pasar Internasional. Jika dilihat dari isi Undang-Undang Cagar Budaya, bangunan yang telah berusia 50 tahun dapat dikategorikan sebagai peninggalan bersejarah. Menurut Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010 pasal 5 disebutkan bahwa : Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apa bila memenuhi kriteria : a. Berusia 50 tahun atau lebih ; b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun; c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. Dengan masih adanya bangunan bersejarah di kecamatan tersebut, berarti perlu adanya pelestarian terhadap banguanan bersejarah disana agar dapat terpilihara dengan baik. Jika bangunan tersebut dapat dilestarikan dan di jaga dengan baik, maka bisa dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah untuk para peserta didik dari tingkat dasar sampai tingkat atas. Para pengguna dan 5

masyarakat di daerah bangunan-bangunan tersebut seharusnya juga mampu menjaga dan merawatnya agar tetap memiliki nilai-nilai historis. Mengingat begitu pentingnya bangunan besrsejarah masa kolonial Belanda yang masih terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang bangunan bersejarah tersebut dengan judul penelitian BANGUNAN BERSEJARAH PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI MAATSCHAPPIJ DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu : 1. Identifikasi bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan. 2. Kondisi bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan. 3. Pelestarian bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij di Kecamatan Percut Sei Tuan. C. Pembatasan Masalah Karena luasnya masalah yang harus dibahas, maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar lebih terarah dan terfokus. Oleh karena itu, penelitian dibatasi berdasarkan identifikasi masalah, yaitu banguan bersejarah 6

perkebunan tembakau Deli Maatschappij yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan. Pembatasan penelitian ini pada masa kolonial Belanda saat Deli Maatschappij ada di Sumatera Timur khususnya pembukaan lahan perkebunan sampai ke Kecamtan Percut Sei Tuan dan membangun berbagai sarana dan prasarana untuk kepentingan perkebunan. Sehingga setelah perkebunan Deli Maatschappij ini diambil alih oleh pemerintah, Deli Maatschappij dianggap telah meninggalkan berbagai bangunan bersejarah yang harus dilestarikan. D. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa-apa saja bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan? 2. Bagaimana kondisi bangunan bersejarah perkebnuanan tembakau Deli Maatschappij yang terdapat di Kecamatan Percuti Sei Tuan? 3. Bagaimana usaha pelestarian bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij di Kecamatan Percut Sei Tuan? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bangunan-bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan. 2. Untuk mengetahui kondisi bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij di Kecamatan Percut Sei Tuan. 7

3. Untuk menngetahui bagaimana usaha pelestarian bangunan bersejarah perkebunan tembakau Deli Maatschappij di Kecamatan Percut Sei Tuan. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian dari penulisan ini adalah : 1. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang pentingnya banguanan-bangunan bersejarah peninggalan perkebunan tembakau Deli Maatschappij di Kecamatan Percut Sei Tuan. 2. Memberikan wawsan kepada pembaca tentang kehidupan buruh pada masa Kolonial Belanda di Kecamatan Percut Sei Tuan. 3. Dapat menambah informasi bagi masyarakat akan pentingnya bangunanbangunan bersejarah di Kecamatan Percut Sei Tuan. 4. Memberikan pengetahuan kepada peniliti tentang penulisan sebuah karya ilmiah 5. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk referensi bahan perbandingan terhadap hasil penelitian yang telah ada maupun digunakan bagi peneliti lain sebagai bahan rujukan. 6. Sebagai bahan masukan bagi Lembaga Pendidikan umumnya dan UNIMED khususnya. 8